JAKARTA - China kembali mencetak sejarah besar dalam sektor energi dengan menemukan cadangan minyak raksasa di Laut China Selatan. Ladang minyak yang dinamai Huizhou 19-6 ini terletak di wilayah laut dalam hingga ultra dalam, dengan estimasi cadangan mencapai 100 juta ton. Penemuan ini menjadi yang pertama bagi China dalam formasi batuan klastik di kawasan tersebut, sekaligus menandai langkah maju yang signifikan dalam eksplorasi energi lepas pantai negeri Tirai Bambu.
Menurut laporan dari IDN Times, Huizhou 19-6 merupakan penemuan penting yang membuka peluang baru bagi kemandirian energi China. Selama ini, kebutuhan energi China sangat bergantung pada impor minyak dari luar negeri. Dengan penemuan ini, harapan untuk mengurangi ketergantungan energi impor semakin nyata.
“Penemuan ladang minyak Huizhou 19-6 di Laut China Selatan merupakan terobosan penting dalam eksplorasi batuan klastik di wilayah laut dalam hingga ultra dalam,”
Cadangan minyak sebesar 100 juta ton ini diprediksi akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pasokan energi domestik China. Dengan semakin meningkatnya permintaan energi akibat pertumbuhan ekonomi yang pesat, temuan ini menjadi angin segar bagi kebijakan energi nasional China yang bertujuan memperkuat keamanan energi sekaligus diversifikasi sumber daya.
Para ahli menyebutkan bahwa Huizhou 19-6 memiliki potensi strategis yang sangat besar, mengingat lokasinya yang berada di perairan Laut China Selatan — wilayah yang selama ini dikenal kaya sumber daya alam namun juga penuh dengan ketegangan geopolitik. Laut ini merupakan jalur perdagangan vital dan menjadi rebutan klaim kedaulatan dari berbagai negara di kawasan.
"Penemuan ini tidak hanya penting dari sisi energi, tetapi juga dari aspek geopolitik. China semakin memperkuat kehadirannya di Laut China Selatan dengan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam secara masif," ujar seorang analis energi yang dikutip dalam laporan tersebut.
Keberhasilan eksplorasi Huizhou 19-6 merupakan hasil dari kemajuan teknologi pengeboran laut dalam yang dikembangkan oleh China. Teknologi ini memungkinkan eksplorasi di area dengan kedalaman ekstrem yang sebelumnya sulit dijangkau. China National Offshore Oil Corporation (CNOOC), perusahaan energi utama yang memimpin proyek ini, menyatakan bahwa keberhasilan tersebut tidak terlepas dari inovasi dan kerja keras para insinyur dalam negeri.
"CNOOC berhasil melakukan pengeboran dengan presisi tinggi di zona laut ultra dalam berkat teknologi mutakhir yang kami kembangkan secara mandiri," ungkap perwakilan CNOOC dalam pernyataannya.
Lebih lanjut, CNOOC menjelaskan bahwa ladang Huizhou 19-6 akan dikembangkan secara bertahap untuk memastikan produksi minyak yang optimal dan berkelanjutan. Proyek ini juga akan memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan, sejalan dengan komitmen China untuk mencapai target emisi karbon netral pada 2060.
"Pengembangan Huizhou 19-6 akan dilakukan dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan, guna meminimalisir dampak lingkungan laut sekaligus mendukung transisi energi bersih di masa depan," tambah perwakilan CNOOC.
Selain itu, penemuan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian regional, terutama di provinsi Guangdong yang menjadi lokasi pengelolaan proyek. Diharapkan tercipta lapangan kerja baru dan peningkatan pendapatan daerah dari aktivitas eksplorasi serta produksi minyak.
"Kami optimistis penemuan Huizhou 19-6 akan memberikan dorongan ekonomi yang signifikan bagi wilayah pesisir selatan China, terutama Guangdong," kata salah satu pejabat lokal.
Namun demikian, penemuan ini juga diperkirakan akan menambah ketegangan di Laut China Selatan, kawasan yang sudah lama menjadi titik panas dalam peta politik internasional. Klaim tumpang tindih dari beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Filipina, Vietnam, dan Malaysia, membuat kawasan ini sangat sensitif terhadap aktivitas eksplorasi sumber daya alam.
"Penemuan ladang minyak raksasa ini bisa menjadi pemicu meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan, apalagi jika China semakin gencar melakukan eksploitasi tanpa melibatkan negara-negara lain yang juga memiliki klaim di wilayah tersebut," ujar seorang pakar hubungan internasional.
Seiring dengan meningkatnya perhatian dunia terhadap Laut China Selatan, keberhasilan eksplorasi Huizhou 19-6 menjadi simbol kekuatan teknologi sekaligus ambisi energi China untuk menjadi pemain utama di panggung energi global. Langkah ini juga semakin memperkuat posisi China dalam upaya memimpin transisi energi, sembari tetap mengamankan kebutuhan energinya dalam jangka panjang.
Dengan potensi cadangan sebesar 100 juta ton, Huizhou 19-6 dipastikan akan menjadi salah satu tulang punggung ketahanan energi China di masa depan. Apabila pengembangan berjalan sesuai rencana, tidak menutup kemungkinan ladang minyak ini juga akan berperan dalam stabilisasi harga minyak di pasar global, mengingat pengaruh besar China sebagai konsumen sekaligus produsen energi.