Gas

PGAS Catat Kinerja Positif di 2024, Analis Beri Rekomendasi Saham di Tengah Tantangan Industri Gas

PGAS Catat Kinerja Positif di 2024, Analis Beri Rekomendasi Saham di Tengah Tantangan Industri Gas

JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor transmisi dan distribusi gas bumi, mencatatkan kinerja keuangan yang solid sepanjang tahun 2024. Meski industri energi menghadapi berbagai tantangan global dan domestik, PGAS mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang signifikan.

Berdasarkan laporan keuangan terbaru, PGAS membukukan pendapatan sebesar US$ 3,79 miliar sepanjang 2024. Angka ini menunjukkan kenaikan 3,84% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tak hanya dari sisi pendapatan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga mengalami lonjakan 22,06% yoy menjadi US$ 339,43 juta.

Direktur Utama PGAS, Haryo Yunianto, menyatakan bahwa pencapaian positif tersebut tidak lepas dari berbagai upaya strategis yang dilakukan perusahaan sepanjang tahun. "Kami terus memperkuat kinerja operasional dan memperluas infrastruktur gas bumi demi menjaga keandalan pasokan energi nasional," ujarnya seperti dikutip dari Kontan.co.id.

Lebih lanjut, Haryo menambahkan bahwa PGAS terus melakukan efisiensi operasional serta memperkuat sinergi antar anak usaha dan induk perusahaan guna meningkatkan daya saing di tengah tantangan energi global. Strategi ini menjadi fondasi penting dalam menghadapi fluktuasi harga energi serta dinamika pasar gas bumi domestik.

Kinerja keuangan yang solid PGAS juga mendapat perhatian dari kalangan analis pasar modal. Analis BRI Danareksa Sekuritas, Aulia Farhan, menyatakan bahwa secara fundamental, PGAS masih memiliki prospek pertumbuhan yang baik ke depan. "Meskipun ada tantangan dari sisi volume distribusi dan volatilitas harga gas, efisiensi operasional serta potensi pertumbuhan permintaan gas di sektor industri memberikan ruang pertumbuhan bagi PGAS," ungkap Aulia.

Menurut dia, saham PGAS tetap menarik bagi investor jangka menengah hingga panjang. Oleh karena itu, Aulia merekomendasikan "buy" untuk saham PGAS dengan target harga Rp 1.750 per saham, mencerminkan potensi upside yang signifikan dari harga saat ini.

Di sisi lain, tantangan tetap membayangi kinerja PGAS ke depan. Salah satu isu utama adalah fluktuasi harga energi global serta kebijakan subsidi dan regulasi gas bumi di dalam negeri yang dapat memengaruhi profitabilitas perusahaan. Selain itu, kompetisi dengan sumber energi lain seperti batu bara dan energi terbarukan juga menjadi faktor yang perlu diperhitungkan.

Namun demikian, PGAS berupaya mengatasi tantangan tersebut dengan sejumlah inisiatif strategis. Beberapa di antaranya termasuk memperluas jaringan infrastruktur gas, mengembangkan proyek infrastruktur LNG, serta memperkuat layanan kepada pelanggan industri dan ritel.

Sepanjang 2024, PGAS juga memperluas proyek infrastruktur pipa gas di beberapa wilayah strategis seperti Jawa Barat, Sumatera, dan Kalimantan. Langkah ini ditujukan untuk meningkatkan akses dan distribusi gas bumi ke berbagai sektor industri, yang selama ini menjadi andalan PGAS.

Selain itu, perusahaan juga terus mendukung program pemerintah dalam transisi energi bersih melalui pemanfaatan gas bumi sebagai energi jembatan (bridge energy) menuju pemanfaatan energi baru dan terbarukan. "Gas bumi tetap menjadi energi yang penting dalam peta jalan transisi energi Indonesia. Kami siap berperan sebagai mitra strategis pemerintah untuk menyukseskan agenda tersebut," tutur Haryo.

Terkait strategi bisnis, PGAS juga fokus pada pengembangan pasar ritel gas bumi, termasuk layanan untuk rumah tangga dan usaha kecil menengah (UKM). Hingga akhir 2024, PGAS telah melayani lebih dari 800.000 pelanggan rumah tangga di berbagai kota besar di Indonesia, dan menargetkan pertumbuhan signifikan dalam dua tahun ke depan.

Sebagai bagian dari Pertamina Group, PGAS juga mendapat manfaat dari integrasi rantai pasok energi nasional. Dengan sinergi ini, perusahaan lebih fleksibel dalam merespons dinamika pasar dan menyesuaikan strategi operasionalnya agar tetap kompetitif.

Dalam laporan riset CLSA yang dikutip dari Kontan, analis mencatat bahwa penguatan harga minyak global dan peningkatan permintaan gas bumi di kawasan Asia Tenggara dapat menjadi katalis positif bagi PGAS. Selain itu, stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga memberikan dukungan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang sebagian besar pendapatannya berbasis mata uang asing.

Di pasar saham, pergerakan harga saham PGAS sepanjang 2024 cukup fluktuatif, namun menunjukkan tren pemulihan menjelang akhir tahun. Sejumlah investor ritel dan institusi mencermati potensi jangka panjang dari PGAS sebagai salah satu emiten energi terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dengan kondisi fundamental yang kuat dan berbagai inisiatif strategis yang sedang dijalankan, PGAS dinilai masih memiliki ruang untuk tumbuh dan meningkatkan nilai bagi para pemegang saham. Perusahaan pun terus membuka peluang kerja sama dengan mitra internasional guna memperluas akses pasar dan teknologi pengelolaan gas bumi.

Sebagai penutup, Haryo Yunianto menegaskan bahwa pihaknya akan tetap konsisten menjalankan transformasi bisnis serta menjaga kinerja positif dalam jangka panjang. "Kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan menghadirkan layanan terbaik bagi seluruh pelanggan dan pemangku kepentingan," pungkasnya.

Dengan kinerja yang menjanjikan dan optimisme dari para analis, saham PGAS layak dipertimbangkan dalam portofolio investasi jangka panjang, terutama bagi investor yang percaya pada potensi sektor energi di Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index