Finansial

Belajar dari Kasus Nunung: Pentingnya Literasi Finansial untuk Masa Depan

Belajar dari Kasus Nunung: Pentingnya Literasi Finansial untuk Masa Depan

JAKARTA - Kesulitan finansial yang dialami artis senior Tri Retno Prayudati atau yang lebih dikenal sebagai Nunung kembali menyoroti pentingnya literasi keuangan. Dalam podcast “Close the Door” beberapa waktu lalu, Nunung secara terbuka mengungkapkan kondisi ekonominya yang kini terpuruk, meskipun pada masa kejayaannya ia pernah mendapatkan penghasilan fantastis hingga Rp1 miliar hanya dalam waktu 10 menit tampil di atas panggung.

Namun, di tengah besarnya pendapatan tersebut, ia kini harus menghadapi kenyataan pahit. Aset-aset pribadinya seperti rumah, mobil, dan tanah telah tergadaikan satu per satu demi menutupi berbagai kebutuhan. Bahkan, ia mengaku dalam beberapa kesempatan saldo rekeningnya hanya tersisa Rp100 ribu. Situasi ini menjadi peringatan bagi banyak orang, termasuk para selebriti dan pekerja dengan pendapatan tinggi, bahwa pengelolaan keuangan yang buruk dapat berujung pada kondisi finansial yang sulit di kemudian hari.

Kampung Miliarder yang Kehabisan Uang

Kisah serupa juga terjadi di Sumurgeneng, sebuah desa di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Pada tahun 2021, desa ini viral karena mendadak dipenuhi oleh miliarder baru setelah menerima uang dari pembebasan lahan proyek Grass Root Refinery (GRR) milik PT Pertamina (Persero). Warga setempat menerima uang dalam jumlah besar, berkisar antara Rp1 miliar hingga Rp26 miliar per keluarga. Namun, hanya dalam hitungan tahun, banyak di antara mereka yang kini kembali mengalami kesulitan ekonomi akibat pola konsumsi yang tidak terkontrol.

Menurut laporan, banyak warga yang menghamburkan uang tersebut untuk membeli mobil mewah, membangun rumah megah, hingga berfoya-foya tanpa adanya perencanaan jangka panjang. Tanpa pemahaman yang baik tentang investasi dan manajemen keuangan, harta yang mereka terima pun habis dalam waktu singkat.

Kurangnya Edukasi Keuangan Jadi Masalah Utama

Kasus Nunung dan warga Sumurgeneng hanyalah beberapa contoh nyata dari kurangnya literasi finansial di Indonesia. Banyak orang masih memiliki anggapan bahwa uang dalam jumlah besar akan menjamin kestabilan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menyadari bahwa tanpa pengelolaan yang baik, kekayaan bisa habis dalam sekejap.

Ahli keuangan dan perencana keuangan, Rista Nurmansyah, menjelaskan bahwa literasi finansial bukan hanya tentang menabung, tetapi juga mencakup pemahaman tentang investasi, manajemen risiko, serta strategi pensiun yang matang.

“Masalah utama yang sering kita lihat adalah banyak orang tidak memiliki kebiasaan mengelola uang dengan baik. Mereka lebih fokus pada gaya hidup konsumtif tanpa mempertimbangkan kebutuhan jangka panjang. Padahal, dengan perencanaan yang tepat, seseorang bisa menghindari jebakan keuangan seperti yang dialami Nunung dan warga Sumurgeneng,” kata Rista.

Perlu Kesadaran dan Pendidikan Sejak Dini

Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia, Bambang Setiawan, menambahkan bahwa pendidikan keuangan harus menjadi bagian dari kurikulum sejak dini. Ia menekankan bahwa pemahaman dasar tentang bagaimana mengelola uang, menyusun anggaran, hingga berinvestasi harus diajarkan sejak usia sekolah.

“Jika masyarakat sudah memahami konsep dasar keuangan sejak dini, kasus seperti ini bisa diminimalisir. Edukasi finansial tidak hanya penting bagi mereka yang memiliki penghasilan tinggi, tetapi juga bagi masyarakat umum agar mereka bisa lebih bijak dalam mengelola uangnya,” ujar Bambang.

Strategi Mengelola Keuangan dengan Bijak

Agar kejadian serupa tidak terulang, penting bagi setiap individu untuk memahami strategi dasar dalam mengelola keuangan. Berikut beberapa langkah yang dapat diterapkan:

- Membuat Anggaran Bulanan

Menyusun anggaran pengeluaran dapat membantu seseorang untuk mengontrol keuangan dan memastikan bahwa uang yang dimiliki tidak habis begitu saja untuk kebutuhan konsumtif.

- Menabung dan Berinvestasi

Menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung atau diinvestasikan dalam aset yang berkembang seperti properti, emas, atau reksa dana akan membantu menciptakan kestabilan keuangan jangka panjang.

-- Hindari Hutang Konsumtif 

Salah satu penyebab utama kesulitan finansial adalah gaya hidup yang didukung oleh hutang konsumtif seperti penggunaan kartu kredit yang berlebihan.

- Punya Dana Darurat 

Memiliki dana darurat minimal tiga hingga enam kali dari pengeluaran bulanan sangat penting untuk menghadapi situasi darurat seperti kehilangan pekerjaan atau kondisi kesehatan yang tak terduga.

- Edukasi Finansial Berkelanjutan 

Selalu memperbarui pengetahuan tentang keuangan melalui seminar, buku, atau konsultasi dengan ahli keuangan akan membantu seseorang dalam mengambil keputusan keuangan yang lebih baik.

Kasus Nunung dan fenomena kampung miliarder di Tuban menjadi pengingat bagi semua orang bahwa uang dalam jumlah besar bukanlah jaminan kestabilan keuangan jika tidak dikelola dengan baik. Literasi finansial harus menjadi prioritas, tidak hanya bagi mereka yang memiliki penghasilan tinggi tetapi juga bagi seluruh lapisan masyarakat. Dengan memahami cara mengelola keuangan dengan bijak, setiap individu dapat mencapai keamanan finansial dan menghindari kesulitan ekonomi di masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index