Kereta Api

Tragedi Kereta Api di Sri Lanka: Menabrak Gajah Hingga Tergelincir, Tidak Ada Penumpang Terluka

Tragedi Kereta Api di Sri Lanka: Menabrak Gajah Hingga Tergelincir, Tidak Ada Penumpang Terluka
Tragedi Kereta Api di Sri Lanka: Menabrak Gajah Hingga Tergelincir, Tidak Ada Penumpang Terluka

JAKARTA - Pada Kamis pagi, sebuah kereta api penumpang tergelincir di Sri Lanka setelah menabrak sekelompok gajah yang tengah melintasi rel. Peristiwa ini terjadi di dekat suaka margasatwa Habarana, sekitar 180 kilometer sebelah timur ibu kota, Kolombo. Meski mengalami insiden ini, seluruh penumpang dilaporkan selamat tanpa cedera.

Saksi dari TKP Menyebutkan Kejadian Mengerikan

Menurut laporan dari Channel NewsAsia, peristiwa terjadi sebelum fajar ketika kereta ekspres tersebut melaju dengan kecepatan tinggi. Kawanan gajah yang sedang menyeberang rel seolah tidak menyadari bahaya mendekat, hingga akhirnya tabrakan tak terelakkan terjadi. Akibat tabrakan ini, kereta tergelincir dari rel, meskipun tidak ada korban jiwa atau terluka dari pihak penumpang.

"Kereta tergelincir, tetapi tidak ada korban di antara penumpang," ujar pihak kepolisian setempat yang menangani insiden ini. Sementara itu, dua gajah yang selamat dari tabrakan kini berada dalam perawatan otoritas satwa liar setempat.

Gajah: Harta Nasional Sri Lanka yang Terancam

Sri Lanka adalah rumah bagi sekitar 7.000 gajah liar, yang dianggap sebagai harta nasional tidak hanya karena populasi mereka, tetapi juga karena signifikansi budaya yang melekat dalam masyarakat Buddha. Pembunuhan atau penyiksaan terhadap gajah di negara ini adalah tindakan pidana, menegaskan betapa pentingnya pelestarian hewan-hewan ini.

Beberapa waktu lalu, pada September 2018, insiden serupa terjadi di lokasi yang sama, menewaskan dua bayi gajah dan induknya yang sedang hamil. Kejadian ini mendorong pihak berwenang untuk memberlakukan pembatasan kecepatan bagi kereta api yang melintasi area tersebut guna meminimalkan risiko cedera pada satwa liar.

Konflik Antara Manusia dan Gajah Semakin Memprihatinkan

Insiden tragis ini hanya permukaan dari konflik yang lebih dalam antara manusia dan gajah di Sri Lanka. Habitat hewan yang semakin terdesak oleh aktivitas manusia menyebabkan interaksi yang sering kali berujung konflik. Menurut data resmi, sepanjang 2023 terjadi peningkatan bentrokan yang mengakibatkan 150 orang dan 450 gajah tewas. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, di mana 145 orang dan 433 gajah menjadi korban.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup Sri Lanka, Anton Jayakody, menyoroti kekhawatiran ini dengan memaparkan, "Jumlah kematian dalam dua tahun itu mewakili lebih dari sepersepuluh populasi gajah di pulau ini."

Solusi untuk mengatasi konflik ini tengah digodok oleh pemerintah. "Kami berencana untuk memperkenalkan beberapa penghalang – ini mungkin termasuk pagar listrik, parit, atau pencegah lainnya – untuk mempersulit gajah liar tersesat ke desa," ungkap Jayakody.

Perilaku Berkabung Gajah Menyerupai Manusia

Di tengah tantangan pelestarian gajah, sebuah studi terbaru membahas perilaku berduka gajah Asia yang menyerupai upacara pemakaman manusia. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Threatened Taxa ini memperlihatkan bagaimana gajah Asia berduka keras dan bahkan mengubur anak mereka yang mati. Ini menunjukkan betapa dalamnya ikatan sosial dan emosional di antara kawanan gajah.

Gajah Asia, yang diakui sebagai spesies terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), memiliki populasi sekitar 26.000 di alam liar. Mereka sebagian besar bertahan hidup di India dan beberapa negara di Asia Tenggara dengan harapan hidup rata-rata 60-70 tahun.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index