JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus melangkah maju dalam upayanya untuk mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami, dengan fokus salah satunya di Kota Ambon, Maluku. Daerah ini sudah lama dikenal sebagai kawasan yang rentan terhadap ancaman gempa bumi dan tsunami, sehingga pengembangan sistem peringatan dini ini sangatlah penting.
Potensi gempa bumi dan tsunami di wilayah Maluku, khususnya Pulau Ambon, tidak bisa diremehkan. Sejarah mencatat salah satu bencana dahsyat yang pernah melanda wilayah ini, yakni pada Sabtu, 17 Februari 1674, ketika sebuah gempa besar mengguncang Ambon dan sekitarnya, yang diikuti oleh tsunami menghancurkan.
Ketua Tim Mitigasi Tsunami Samudera Hindia dan Pasifik BMKG, Suci Dewi Anugrah, menjelaskan bahwa pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami yang dilakukan oleh BMKG tidak hanya sekadar instalasi peralatan, tetapi juga mencakup pendampingan masyarakat dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana ini di masa depan. "Kami sedang berupaya mewujudkan Masyarakat Siaga Tsunami atau Tsunami Ready Community di Kota Ambon," ujarnya.
Sejak tahun 2023, inisiatif ini telah berlangsung dengan mendampingi Negeri Hative Kecil dan Negeri Galala dalam melaksanakan Sekolah Lapang Gempa Bumi. Kegiatan ini diiringi dengan serangkaian simulasi gempa bumi dengan potensi tsunami. Ini adalah pendekatan yang integral untuk memastikan bahwa masyarakat lokal tidak hanya memahami risiko, tetapi juga tahu bagaimana bertindak saat ancaman tsunami nyata.
Puncak dari program edukasi dan kesiapsiagaan ini adalah pada tanggal 11 November 2024. Bertepatan dengan Simposium Tsunami Global yang diadakan di Banda Aceh, BMKG akan membawa perwakilan dari Desa Galala dan Hative Kecil dari Kota Ambon untuk menerima pengakuan internasional sebagai komunitas siaga tsunami melalui program UNESCO-IOC Tsunami Ready Recognition.
Menanggapi program ini, Pj. Wali Kota Ambon, Dominggus Nicodemus Kaya, menyampaikan apresiasinya terhadap peran aktif BMKG. "Ancaman gempa bumi dan tsunami tidak bisa dihilangkan di Kota Ambon. Untuk itu, seluruh pihak perlu berkolaborasi guna meningkatkan kapasitas dalam menghadapi ancaman ini," tuturnya. Ia menekankan pentingnya peningkatan kapasitas secara personal maupun komunal. "Ini bisa dilakukan melalui pengenalan risiko, pemetaan daerah rawan bencana, edukasi, penyusunan dokumen kedaruratan, dan latihan kesiapsiagaan," tambahnya.
Selain itu, sejarah seringkali menjadi pengingat yang kuat akan bencana yang berpotensi terjadi di masa depan. "Sederet sejarah memberikan gambaran ancaman bencana yang dapat kita alami suatu waktu dan menjadi peringatan bagi kita semua untuk bisa meningkatkan kesiapsiagaan dan komunitas," ujarnya. Dalam konteks ini, program BMKG bukan hanya berfokus pada teknologi peringatan, melainkan juga pemberdayaan masyarakat agar lebih siap dalam menghadapi ancaman bencana.
Program yang dikembangkan ini tidak hanya memberi manfaat kepada masyarakat lokal tetapi juga memiliki potensi untuk menjadi model percontohan bagi wilayah lain yang memiliki risiko serupa. Dengan pengakuan internasional yang diraih, diharapkan bahwa pendekatan ini dapat diimplementasikan lebih luas, baik di seluruh Indonesia maupun di negara lain yang rentan terhadap ancaman tsunami.
Kehadiran program UNESCO-IOC Tsunami Ready Recognition adalah langkah yang signifikan karena menunjukkan bahwa masyarakat lokal telah mencapai standar internasional dalam hal kesiapsiagaan bencana. Ini memberi keyakinan lebih bagi penduduk setempat bahwa mereka lebih siap terhadap ancaman alam.
Keseluruhan pendekatan yang dilakukan oleh BMKG dengan dukungan dari pemerintah daerah dan komunitas internasional memberikan gambaran bahwa menghadapi ancaman bencana memang tidak bisa dilakukan sendiri. Kolaborasi, edukasi, dan kesiapsiagaan adalah kunci utama untuk bisa selamat dari ancaman yang mungkin datang kapan saja tanpa peringatan.
Sebagai catatan, dengan semakin canggihnya teknologi dan sistem peringatan dini yang dikembangkan, diharapkan dapat memberikan waktu yang cukup bagi masyarakat untuk melakukan evakuasi sebelum bencana sebenarnya terjadi. Ini sangat penting mengingat kecepatan serta dampak yang dapat ditimbulkan oleh tsunami setelah terjadinya gempa bumi besar.
Langkah ini menunjukkan komitmen nyata dari BMKG dan pihak-pihak terkait dalam melindungi nyawa dan properti dari potensi kehancuran akibat gempa bumi dan tsunami. Dengan adanya pengakuan internasional ini, diharapkan dapat memacu semangat masyarakat untuk selalu waspada dan siap siaga menghadapi ancaman bencana alam di masa depan.