Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus berkomitmen meningkatkan infrastruktur di wilayah selatan dengan Mega Proyek Jalan Tol Trans Jawa, tepatnya ruas tol Kepanjen-Tulungagung. Proyek ini diharapkan dapat memacu akselerasi pembangunan di kawasan yang selama ini belum tereksplorasi secara maksimal. Dalam pelaksanaannya, proyek ini akan memakan lahan sebesar 269,3 hektar di Kabupaten Blitar. Jalan tol ini direncanakan membentang sepanjang 32 kilometer dan menyambungkan beberapa kabupaten di selatan Pulau Jawa, termasuk Malang, Blitar, dan Tulungagung.
Proyek yang diharapkan menjadi solusi transportasi dan pengembangan ekonomi wilayah tersebut akan memengaruhi 24 desa di Kabupaten Blitar yang tersebar di lima kecamatan, yakni Talun, Kesamben, Kanigoro, Kademangan, dan Selopuro. Pembebasan lahan pun akan segera dimulai untuk merealisasikan proyek jalan tol yang dicita-citakan dapat meningkatkan aksesibilitas dan perekonomian daerah.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, seorang pejabat dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Jawa Timur mengatakan bahwa pembangunan jalan tol ini menjadi bagian integral dari upaya pemerintah mendorong pengembangan wilayah selatan Jawa. "Kami berharap dengan adanya jalan tol ini, perekonomian di daerah-daerah yang selama ini kurang berkembang dapat terdorong maju," ujar pejabat tersebut. Pernyataan ini menggambarkan optimisme pemerintah dalam menjadikan infrastruktur sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi lokal.
Keberadaan jalan tol ini tidak hanya akan memberikan kemudahan transportasi bagi warga lokal tetapi juga mempercepat mobilitas barang dan jasa dari dan ke wilayah tersebut. Para pelaku bisnis diharapkan dapat memanfaatkan peluang baru ini untuk memperluas pasar dan jaringan distribusi mereka ke daerah-daerah yang sebelumnya sulit dijangkau.
Namun, proyek pembangunan tol ini juga menghadirkan tantangan tersendiri, terutama bagi penduduk desa-desa yang lahannya akan dialihfungsikan menjadi bagian dari jalan tol. Salah satu warga dari Desa Rejowinangun, Kecamatan Kademangan, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai penggusuran tersebut. "Kami berharap ada solusi terbaik bagi warga terdampak, agar tidak hanya teralihfungsikan lahan tetapi juga memikirkan masa depan kami di desa," ungkapnya saat ditanya mengenai pendapatnya tentang proyek tersebut.
Untuk meningkatkan dukungan masyarakat terhadap proyek ini, pemerintah berjanji akan memberikan kompensasi yang adil dan merata kepada penduduk yang lahannya terdampak. Selain itu, diharapkan adanya pelatihan dan program pemberdayaan bagi warga setempat agar dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan dan pemanfaatan jalan tol di kemudian hari. Hal ini dinilai penting untuk memastikan bahwa pembangunan infrastruktur ini berdampak positif dan inklusif bagi semua pihak yang terkait.
Sebagai bagian dari rangkaian panjang Mega Proyek Jalan Tol Trans Jawa, pembangunan tol Kepanjen-Tulungagung tentu menjadi harapan besar bagi banyak pihak. Selain meningkatkan konektivitas antar wilayah, tol ini diharapkan mampu menghidupkan perekonomian lokal melalui peningkatan akses ke berbagai potensi wisata dan bisnis di daerah tersebut.
Nama-nama desa seperti Bendosewu, Jabung, Jeblog, dan Tumpang di Kecamatan Talun, serta Sukoanyar, Jugo, dan Siraman di Kecamatan Kesamben akan menjadi saksi bisu perubahan besar yang dibawa oleh proyek ini. Di Kecamatan Kanigoro, desa seperti Gaprang dan Gogodeso juga tak luput dari jalur rencana pembangunan. Demikian halnya sejumlah desa di Kecamatan Kademangan dan Selopuro.
Dengan segala persiapan dan rencana yang telah dirancang, pemerintah daerah dan pusat berharap proyek ini dapat segera terealisasi dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Jika semua berjalan lancar, tidak menutup kemungkinan bahwa proyek ini akan menjadi batu loncatan bagi pengembangan infrastruktur lain di wilayah selatan Jawa pada masa mendatang. Melihat potensi yang begitu besar, proyek jalan tol Kepanjen-Tulungagung menjadi salah satu harapan baru bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di kawasan selatan Provinsi Jawa Timur.