JAKARTA — PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), emiten energi milik keluarga Panigoro, berambisi mencatatkan pertumbuhan signifikan dalam penjualan listrik dengan target mencapai 4.500 gigawatt per hour (GWh) pada tahun 2025. Angka ini mencerminkan peningkatan sebesar 9,75% dari target periode sebelumnya di tahun 2024 yang berada di angka 4.100 GWh. Hingga kuartal ketiga tahun 2024, MEDC tercatat telah merealisasikan penjualan listrik sebesar 2.961 GWh.
Dalam sebuah wawancara eksklusif, Anthony Mathias, Chief Financial Officer (CFO) MEDC, menjelaskan bahwa pertumbuhan ini dipicu oleh pengembangan sejumlah proyek energi baru dan terbarukan yang meliputi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Ijen, ekspansi PT Energi Listrik Batam (ELB), serta pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). "Proyek-proyek ini merefleksikan komitmen MedcoEnergi terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan dan diversifikasi solusi energi," ungkap Anthony kepada Bisnis pada Selasa 28 Januari 2025.
Inovasi dan Kerjasama Global
Medco Power Indonesia, anak usaha MEDC, sedang mempersiapkan tiga proyek ekspansi yang bakal beroperasi secara komersial pada awal tahun ini. Dengan total kapasitas tambahan mencapai 199 megawatt (MW), PLTP Ijen sendiri memiliki kapasitas sebesar 100 MW. Selain itu, dua proyek PLTS di Bali masing-masing menawarkan kapasitas 25 megawatt peak (MWp), dan proyek PT ELB menambahkan 39 MW ke jaringan.
Proyek PLTP Ijen dilakukan melalui usaha patungan dengan PT Ormat Geothermal Power, di mana Medco Cahaya Geothermal (anak perusahaan Medco Power) memiliki 51% saham, dan sisanya dipegang Ormat. Lokasi proyek ini mencakup wilayah Blawan Ijen di Jawa Timur yang meliputi tiga kabupaten strategis: Bondowoso, Banyuwangi, dan Situbondo.
Sejak memenangkan lelang pada tahun 2010, konsorsium Medco-Ormat telah membuat kemajuan signifikan dengan fase pengembangan berlangsung selama 35 tahun. Pada tahun 2011, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga listrik PLTP Ijen pada level US$8,58 sen per kWh, yang sudah termasuk dalam perjanjian jual beli listrik dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.
Dampak Finansial dan Perencanaan Masa Depan
Direktur dan CFO Medco Power Indonesia, Myrta Sri Utami, mengungkapkan bahwa ketiga proyek yang akan mulai beroperasi ini diharapkan memberikan dampak positif terhadap pendapatan perusahaan di tahun buku 2025. "Pendapatan akan mengikuti, kapasitas bertambah, power sales juga akan bertambah," ungkap Myrta saat ditemui di Jakarta. Meski demikian, Myrta masih enggan untuk memberikan rincian detail mengenai potensi pendapatan dari operasi komersial ketiga proyek tersebut.
Di Bali, Medco Energi menjalin kerjasama dengan Solar Philippines Power Project Holdings, Inc. untuk membangun proyek PLTS melalui anak usaha patungannya, yaitu PT Medco Solar Bali Timur dan PT Medco Solar Bali Barat. Konsorsium ini juga berencana menjual listrik kepada PLN dengan tarif kompetitif, yakni US$5,92 sen per kWh untuk PLTS Bali Barat dan US$5,59 sen per kWh untuk Bali Timur.
Pembangkit Listrik Siklus Gabungan di Batam
Sementara itu, Medco juga tengah meningkatkan potensi pendapatan melalui proyek tambahan di pembangkit listrik siklus gabungan PT Energi Listrik Batam (ELB) sebesar 39 MW dari kapasitas bersih perjanjian jual beli listrik yang ada saat ini sebesar 2x35 MW. Terletak strategis di Tanjung Uncang, Pulau Batam, pembangkit ini beroperasi sebagai pembangkit listrik siklus sederhana (SCPP), dan telah memulai operasinya setelah didirikan pada tahun 2012 melalui perusahaan ventura bersama, PT Universal Batam Energy.
Sejak itu, struktur kepemilikan saham ELB mengalami perubahan dengan Medco menguasai 45,49%, disusul UGE dengan 30,51%, KPIC Netherland B.V 21% dan sisanya 3% dimiliki oleh Kanden Power-Tech Corporation. Perjanjian jual beli listrik dengan PLN yang dimulai pada tahun 2016 menawarkan ketentuan tarif jual beli listrik yang fluktuatif, tergantung pada berbagai penyesuaian seperti nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta CPI di Indonesia dan Amerika Serikat.
Sebagai bagian dari kontrak jual beli listrik selama 20 tahun, ELB juga diwajibkan memenuhi batasan minimum take-or-pay sebesar 66,3% untuk dua tahun pertama dan 85% untuk sisa tahun kontrak. Langkah-langkah ini menunjukkan pendekatan berkelanjutan Medco untuk mendiversifikasi portofolio energinya dan memastikan kinerja keuangan yang lebih stabil dan kompetitif di masa depan.
Dengan terus berkembangnya investasi Medco dalam proyek energi terbarukan, perusahaan ini tidak hanya menciptakan nilai tambah bagi para pemegang sahamnya, tetapi juga memposisikan dirinya sebagai pemimpin dalam transisi menuju energi yang lebih hijau dan berkelanjutan di Indonesia.