JAKARTA - Optimisme investor kembali menguat di awal pekan ini seiring dengan kombinasi faktor domestik maupun global yang menopang pasar saham Indonesia.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih berpeluang melanjutkan penguatan setelah pada penutupan perdagangan Jumat, 19 September 2025 lalu berhasil menguat 0,53 persen ke level 8.051.
Katalis utama datang dari kebijakan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), reshuffle Menteri Keuangan, serta derasnya aliran modal asing yang masuk ke pasar saham. Di sisi lain, kebijakan The Fed yang mulai menurunkan suku bunga juga menambah optimisme adanya capital inflow ke emerging market, termasuk Indonesia.
Proyeksi IHSG Hari Ini
Tim analis MNC Sekuritas menilai, posisi IHSG saat ini masih berpotensi melanjutkan penguatan dalam pola wave [iii] dari wave 3. Dengan kondisi tersebut, IHSG diperkirakan dapat menguji level 8.102–8.125 pada perdagangan Senin, 22 September 2025.
“Best case, IHSG masih berpeluang menguat ke level 8.102–8.125. Namun, perlu diwaspadai worst case jika ternyata IHSG sudah menyelesaikan wave [b] dari wave 2,” jelas Tim Riset MNC Sekuritas.
Untuk hari ini, analis memproyeksikan level support IHSG berada di kisaran 7.899–7.848, sementara resistansi ada pada 8.063–8.098. Adapun saham-saham yang masuk radar rekomendasi MNC Sekuritas meliputi AADI, BMRI, MBMA, dan TPIA.
Faktor Domestik Penggerak Pasar
Selain analisis teknikal, dinamika kebijakan dalam negeri juga menjadi sorotan pelaku pasar. Menurut Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas, perhatian investor kini tertuju pada peta fiskal 2026 setelah adanya reshuffle Menteri Keuangan.
“Pasar akan melihat bagaimana ukuran stimulus, target defisit, dan mekanisme penyaluran agar tidak mengikis kredibilitas fiskal,” ujarnya.
Ia menambahkan, pasar juga akan menantikan realisasi transfer dana Rp200 triliun dari bank sentral ke bank-bank himbara. Mekanisme distribusi dana tersebut akan dipantau secara ketat, termasuk dampaknya pada net interest margin (NIM), loan to deposit ratio (LDR), serta suku bunga kredit.
Dampak Kebijakan BI dan The Fed
Kebijakan moneter dalam negeri yang bersinergi dengan arah kebijakan global juga memberi ruang bagi IHSG untuk menguat. Pemangkasan suku bunga Bank Indonesia diikuti dengan kebijakan The Fed yang menurunkan bunga, sehingga memperbesar peluang capital inflow ke pasar Indonesia.
Menurut Liza, dukungan valuasi asing ke pasar saham Indonesia akan semakin kuat, terutama jika bank sentral Amerika Serikat merealisasikan rencana pemangkasan bunga lanjutan. BI yang juga menurunkan suku bunga dinilai akan memperkuat daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi portofolio.
Aliran Modal Asing Dorong IHSG
Data perdagangan pekan lalu menunjukkan arus modal asing masuk cukup deras. Pada perdagangan Jumat, 19 September 2025 tercatat net buy asing sebesar Rp2,86 triliun. Sementara sepanjang pekan 15–19 September, net buy mencapai Rp3,03 triliun.
Angka ini berbalik arah dari pekan sebelumnya yang justru mencatatkan net sell asing hingga Rp6,59 triliun. Arus masuk dana asing ini menjadi bahan bakar tambahan bagi IHSG untuk menjaga momentum penguatan di pekan berjalan.
Kinerja Emiten Jadi Ujian
Meski sentimen makroekonomi dan kebijakan masih dominan, investor juga akan mencermati kinerja emiten pada kuartal III dan IV 2025. Emiten yang sensitif terhadap suku bunga akan menjadi perhatian untuk melihat sejauh mana pelonggaran moneter berdampak pada fundamental perusahaan.
Liza menilai, pasar membutuhkan bukti nyata bahwa kebijakan pemangkasan suku bunga mampu meningkatkan penyaluran kredit dan laba perusahaan. Tanpa kejelasan data fundamental, stimulus ekonomi dan reshuffle kabinet hanya akan netral bagi pasar.
Prospek Jangka Pendek IHSG
Ke depan, ada peluang IHSG tetap melanjutkan pertumbuhan apabila narasi pemangkasan suku bunga The Fed benar-benar terealisasi. Jika ditambah dengan distribusi likuiditas dari pemerintah yang efektif menyentuh sektor riil, pasar saham berpotensi mendapat dorongan lanjutan.
“Sentimen bisa lanjut jika narasi pemangkasan suku bunga berlanjut, ditambah bukti penyaluran likuiditas ke kredit muncul di data high-frequency. Dalam tiga-enam bulan, rerating membutuhkan kejelasan kebijakan fiskal 2026, bukti nyata dampak kebijakan pada penyaluran kredit dan laba perusahaan, serta kehati-hatian disiplin fiskal,” pungkas Liza.
Perdagangan awal pekan ini diperkirakan akan tetap dinamis dengan peluang IHSG menguji level psikologis baru di atas 8.100. Dukungan modal asing, kebijakan BI, rencana stimulus fiskal, hingga arah kebijakan The Fed menjadi katalis utama yang menopang pasar.
Meski begitu, investor tetap disarankan mencermati level support dan resistansi serta selektif memilih saham unggulan. Saham-saham rekomendasi seperti AADI, BMRI, MBMA, dan TPIA bisa menjadi pilihan menarik, seiring momentum penguatan pasar yang berlanjut.