Apa itu BI Rate atau Suku Bunga Acuan?

Suku Bunga Acuan BI: Fungsi, Tujuan dan Cara Kerjanya

Suku Bunga Acuan BI: Fungsi, Tujuan dan Cara Kerjanya
Foto: Suku Bunga Acuan BI

Jakarta - Suku Bunga Acuan BI merupakan kebijakan bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai panduan utama bagi perbankan di dalam negeri. 

Kini, istilah ini dikenal dengan nama BI-7 Day Repo Rate (BI7DRR). Pada 19 Oktober 2023, BI mengumumkan kenaikan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 6%.

Setiap bank di Indonesia wajib menggunakan suku bunga ini sebagai patokan dalam menetapkan suku bunga pinjaman maupun simpanan. Fungsi utama dari suku bunga acuan ini adalah untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional, terutama dalam mengendalikan laju inflasi agar tetap terkendali.

Memahami Suku Bunga Acuan BI menjadi sangat penting agar kita dapat mengikuti perkembangan kondisi ekonomi yang sedang berlangsung dan mengambil keputusan keuangan yang tepat. Dengan informasi ini, kita bisa lebih siap menghadapi dinamika pasar dan kebijakan moneter yang berlaku.

Apa itu BI Rate atau Suku Bunga Acuan?

Menurut Bank Indonesia, BI Rate merupakan tingkat suku bunga kebijakan yang mencerminkan posisi atau arah kebijakan moneter nasional.

Setiap bulan, suku bunga ini dapat disesuaikan mengikuti kondisi perekonomian yang sedang berlangsung. Penentuan perubahan dilakukan melalui Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan hasilnya diumumkan secara resmi kepada masyarakat.

Apa Pengaruhnya Jika Suku Bunga Acuan Naik atau Turun?

Perubahan pada suku bunga acuan, termasuk Suku Bunga Acuan BI, memiliki dampak besar terhadap kondisi ekonomi. Bank Indonesia memanfaatkan suku bunga ini untuk menjaga kestabilan sistem keuangan sekaligus mengendalikan inflasi.

Berikut ini adalah beberapa efek yang muncul saat suku bunga acuan mengalami kenaikan atau penurunan.

Apa Dampaknya Jika Suku Bunga Acuan Naik atau Turun?

Perubahan pada suku bunga acuan seperti BI Rate memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian. Bank Indonesia memakai suku bunga ini untuk menjaga kestabilan finansial sekaligus mengendalikan inflasi. 

Berikut adalah beberapa dampak yang muncul saat suku bunga acuan mengalami kenaikan maupun penurunan.

Dampak Jika Suku Bunga Acuan Naik

Biaya Pinjaman Menjadi Lebih Tinggi

Saat suku bunga acuan meningkat, bank dan institusi keuangan juga menaikkan suku bunga pinjaman. 

Kondisi ini menyebabkan biaya pinjaman menjadi lebih mahal bagi konsumen dan pelaku usaha, sehingga kemungkinan mereka mengurangi pengajuan kredit. Akibatnya, konsumsi dan investasi dapat melambat.

Meningkatkan Suku Bunga Deposito

Bank biasanya menaikkan suku bunga deposito untuk menarik lebih banyak simpanan masyarakat. Dengan bunga yang lebih tinggi, masyarakat cenderung menyimpan uang di bank daripada menggunakannya untuk berbelanja. Hal ini membantu menekan laju inflasi.

Penurunan Konsumsi Masyarakat

Kenaikan suku bunga menyebabkan biaya kredit untuk pembelian barang konsumsi menjadi lebih mahal. 

Ini dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga, sehingga menurunkan daya beli masyarakat dan memperlambat pertumbuhan inflasi.

Penguatan Nilai Tukar Rupiah

Kenaikan suku bunga acuan biasanya membuat nilai tukar Rupiah menguat terhadap mata uang asing. Investor asing lebih tertarik menanamkan modal di Indonesia karena potensi imbal hasil yang lebih menarik, sehingga meningkatkan permintaan terhadap Rupiah.

Dampak pada Pasar Saham

Suku bunga yang lebih tinggi menyebabkan biaya modal naik, yang dapat membuat perusahaan mengurangi investasi. Hal ini bisa menurunkan kinerja perusahaan dan harga saham, serta menimbulkan volatilitas di pasar modal.

Tekanan pada Sektor Properti

Dengan suku bunga yang naik, pinjaman untuk pembelian properti menjadi lebih mahal, sehingga permintaan terhadap properti dapat menurun. 

Akibatnya, sektor properti mungkin mengalami penurunan transaksi karena tingginya biaya pinjaman.

Dampak Jika Suku Bunga Acuan Menurun

Pengurangan Biaya Pinjaman

Saat suku bunga acuan turun, lembaga perbankan biasanya menyesuaikan dengan menurunkan bunga pinjaman. 

Dengan biaya pinjaman yang lebih rendah, baik individu maupun pelaku usaha lebih terdorong untuk mengambil kredit, sehingga konsumsi dan investasi pun meningkat.

Penurunan Bunga Simpanan

Selain itu, suku bunga tabungan juga akan ikut turun, yang mungkin menyebabkan masyarakat mengurangi jumlah tabungannya. 

Kondisi ini mendorong mereka untuk lebih banyak menggunakan dana tersebut untuk belanja atau investasi, yang akhirnya bisa merangsang pertumbuhan ekonomi.

Meningkatkan Konsumsi dan Kemampuan Membeli

Bunga pinjaman yang lebih rendah membuat akses kredit lebih mudah dan terjangkau bagi masyarakat, sehingga meningkatkan daya beli. 

Kondisi ini berpotensi memperkuat konsumsi serta menaikkan permintaan terhadap berbagai barang dan jasa, yang berkontribusi positif terhadap perkembangan ekonomi.

Depresiasi Nilai Tukar Rupiah

Penurunan suku bunga acuan dapat menyebabkan melemahnya nilai tukar Rupiah, khususnya bila suku bunga di negara lain tetap tinggi atau stabil. 

Hal ini bisa menurunkan minat investor asing, sehingga menurunkan permintaan terhadap mata uang domestik.

Pengaruh Positif pada Pasar Saham

Biaya pinjaman yang lebih rendah memberikan insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan investasi dan memperluas usahanya. 

Situasi ini bisa meningkatkan laba perusahaan dan membangun sentimen positif di pasar modal, sehingga mendorong kenaikan harga saham.

Peningkatan Aktivitas di Sektor Properti

Dengan bunga hipotek yang lebih rendah, masyarakat lebih mudah memperoleh pinjaman untuk pembelian rumah atau properti lain. 

Kondisi ini dapat meningkatkan permintaan properti dan memberikan dorongan bagi sektor konstruksi serta real estate.

Secara keseluruhan, kenaikan suku bunga acuan bertujuan menekan inflasi dan menjaga kestabilan nilai tukar, walaupun bisa memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. 

Sebaliknya, penurunan suku bunga acuan cenderung merangsang konsumsi dan investasi, yang mempercepat pertumbuhan ekonomi namun juga membawa risiko kenaikan inflasi.

Kapan Suku Bunga BI Diumumkan?

Bank Indonesia (BI) rutin menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) setiap bulan untuk membahas dan menetapkan kebijakan moneter, termasuk suku bunga acuan atau yang biasa dikenal dengan BI Rate. Keputusan terkait suku bunga biasanya diumumkan pada hari terakhir RDG berlangsung.

Sebagai ilustrasi, pada RDG yang diselenggarakan pada 15–16 Oktober 2024, BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada angka 6,00%.

Untuk mendapatkan informasi tentang jadwal RDG berikutnya serta pengumuman suku bunga BI, Anda dapat mengakses laman resmi Bank Indonesia di www.bi.go.id atau menghubungi layanan informasi resmi BI yang tertera di situs tersebut.

Perbedaan antara BI Rate dan BI-7 Day Repo Rate

Dahulu, bank-bank di Indonesia mengalami kendala dalam penggunaan BI Rate, karena dana yang disimpan harus ditahan selama satu tahun sebelum dapat ditarik. Hal ini mempengaruhi kelancaran peredaran uang dan menyebabkan inflasi yang sulit dikendalikan.

Untuk mengatasi hal tersebut, pada 19 Agustus 2016, Bank Indonesia mengganti BI Rate dengan BI-7 Day Repo Rate. Perbedaan utamanya adalah jangka waktu penarikan dana menjadi lebih singkat, yakni hanya 7 hari, sehingga perbankan dapat mengambil dana lebih cepat.

Fungsi dari BI Rate

BI Rate merupakan instrumen kebijakan moneter yang bertujuan menjaga kestabilan ekonomi nasional. Beberapa fungsi penting BI Rate adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian Inflasi

Salah satu fungsi utama BI Rate adalah untuk mengendalikan inflasi. Saat inflasi meningkat, BI Rate biasanya dinaikkan agar bank-bank umum juga meningkatkan suku bunga deposito dan pinjaman.

Dengan bunga yang lebih tinggi, masyarakat cenderung memilih menabung sehingga peredaran uang berkurang dan inflasi dapat ditekan.

2. Pengaruh terhadap Harga Saham

BI Rate juga berperan dalam memengaruhi harga saham secara tidak langsung. Kenaikan BI Rate dapat meningkatkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, yang pada akhirnya berdampak positif pada keuntungan perusahaan dan menyebabkan harga saham meningkat.

3. Pencegahan Risiko Kecurangan

Risiko kecurangan atau fraud bisa terjadi ketika ada pihak di lembaga keuangan yang berusaha meraih keuntungan tidak wajar. Dengan adanya BI Rate, otoritas lebih mudah mendeteksi adanya tindakan curang dengan membandingkan suku bunga acuan antar bank.

4. Pengaturan Daya Beli Masyarakat

BI Rate berfungsi mengatur daya beli masyarakat. Ketika BI Rate naik, masyarakat cenderung menabung karena bunga kredit meningkat. Selain itu, kebijakan ini juga dapat memengaruhi harga barang dan jasa yang beredar.

5. Menjaga Kestabilan Ekonomi

Fungsi terakhir BI Rate adalah menjaga stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Pengaruh BI Rate terasa pada berbagai aspek keuangan negara, seperti nilai tukar mata uang, jumlah utang, bunga pinjaman, serta keuntungan dari investasi.

Tujuan BI Rate

Sebagai alat kebijakan moneter, BI Rate dirancang untuk mendukung stabilitas ekonomi nasional. Berikut adalah beberapa tujuan utama dari instrumen ini:

  1. Patokan Bunga di Dunia Perbankan
    BI Rate berfungsi sebagai tolok ukur suku bunga kredit dan simpanan di seluruh bank di Indonesia. Perubahan suku bunga acuan umumnya turut memengaruhi margin keuntungan lembaga keuangan tersebut.
  2. Menumbuhkan Ketertarikan Menabung
    Saat tingkat suku bunga acuan meningkat, masyarakat memiliki insentif lebih besar untuk menyimpan uang di bank, yang dapat membantu meningkatkan basis nasabah dan likuiditas sistem perbankan.
  3. Menggerakkan Aktivitas Ekonomi
    Penurunan BI Rate mendorong biaya pinjaman yang lebih rendah, sehingga meningkatkan investasi dan daya beli. Sementara itu, kenaikan suku bunga acuan membantu meredam inflasi dan menjaga agar risiko keuangan tidak membesar.
  4. Mendukung Arus Bisnis
    Ketika BI Rate turun, likuiditas membaik dan memudahkan ekspansi usaha. Sebaliknya, kenaikan suku bunga acuan membuat biaya pinjaman lebih tinggi, sehingga pelaku bisnis mengambil keputusan investasi dengan lebih hati-hati.

Cara Mengakses Informasi BI Rate

Bagi pebisnis, investor, maupun masyarakat umum yang ingin memahami situasi terkini mengenai suku bunga acuan, berikut beberapa pilihan sumber informasi:

  1. Situs Resmi Bank Indonesia
    • Kunjungi www.bi.go.id
    • Arahkan ke menu "Moneter" dan pilih sub-menu suku bunga acuan untuk melihat data terbaru dan arsip historis.
  2. Aplikasi BI Mobile
    • Unduh dari App?Store atau Google?Play
    • Buka bagian "Moneter" atau "Suku Bunga Acuan" untuk akses data langsung secara real-time.
  3. Media Portal Keuangan
    • Situs seperti CNBC?Indonesia, Kontan, dan Bisnis.com rutin menyajikan update BI Rate lengkap dengan analisis pasar.
  4. Siaran Pers Bank Indonesia
    • Cek sub-halaman siaran pers dalam laman BI
    • Pada sana ditemukan hasil resmi dari keputusan Rapat Dewan Gubernur, termasuk penjelasan atas setiap penyesuaian suku bunga.
  5. Platform Internasional
    • Bloomberg dan Reuters menyediakan data suku bunga acuan dalam konteks pasar global, berguna bagi mereka yang memerlukan perspektif internasional.
  6. Kontak Layanan BI
    • Hubungi Call Center BI di 131 atau kirim email resmi
    • Anda bisa meminta data khusus atau klarifikasi yang belum tersedia secara publik.

Dengan menempuh cara-cara di atas, Anda bisa memperoleh informasi BI Rate yang valid dan up-to-date—fakta penting dalam merencanakan keuangan dan memantau tren kebijakan moneter nasional.

Cara Kerja BI Rate

Proses kerja dari suku bunga acuan yang ditetapkan oleh otoritas moneter nasional ini dipengaruhi oleh berbagai unsur, di antaranya laju inflasi, tingkat konsumsi masyarakat terhadap produk dan layanan, situasi ekonomi secara keseluruhan, serta sirkulasi uang yang beredar di pasar.

Sebagai contoh, apabila terjadi lonjakan harga barang dan layanan secara berkelanjutan, maka kebijakan yang mungkin diambil adalah menurunkan tingkat suku bunga acuan untuk membantu meredam tekanan inflasi yang terjadi.

Dengan alasan tersebut, penting bagi otoritas moneter untuk selalu memantau perkembangan ekonomi nasional agar dapat menyesuaikan kebijakan suku bunga dengan akurat dan tepat waktu.

Demikian pembahasan lengkap mengenai suku bunga acuan BI yang mencakup mulai dari definisinya hingga bagaimana mekanisme kerjanya berlangsung. Perlu diketahui juga bahwa perbedaan utama antara BI Rate terdahulu dan BI-7 Day Repo Rate terletak pada periode penarikan dana oleh pihak perbankan, di mana versi terbaru memberikan fleksibilitas waktu yang jauh lebih singkat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index