Bursa

Bursa Asia Bergerak Beragam, Emas Ikut Menguat

Bursa Asia Bergerak Beragam, Emas Ikut Menguat
Bursa Asia Bergerak Beragam, Emas Ikut Menguat

JAKARTA - Memasuki akhir pekan, pasar keuangan global menunjukkan pergerakan yang kompleks. Kombinasi sentimen geopolitik, kebijakan moneter, dan data ekonomi memicu fluktuasi tajam di berbagai instrumen investasi. Sinyal campuran dari Wall Street hingga Asia membuat investor lebih waspada, sementara harga emas justru menguat karena lonjakan permintaan aset lindung nilai.

Pasar saham Asia pagi ini, Jumat, 8 Agustus 2025, dibuka dengan arah yang berbeda-beda. Hal ini mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar dalam merespons perkembangan terbaru, terutama menjelang rilis data neraca transaksi berjalan Jepang bulan Juni yang dinilai akan berdampak signifikan terhadap sentimen kawasan.

Asia: Jepang Menguat, Australia dan Korea Selatan Melemah

Di bursa Australia, indeks ASX 200 dibuka melemah 0,29 persen dan bergerak tipis di zona merah, turun 0,07 persen ke level 8.825,4 pada pukul 08.15 WIB. Sementara itu, pasar saham Korea Selatan juga dibuka negatif. Indeks Kospi turun 0,13 persen dan terus melemah ke 0,26 persen di level 3.219,39. Namun, Kosdaq justru mencatat kenaikan sebesar 0,65 persen.

Dari Tokyo, kabar lebih positif datang. Indeks Nikkei 225 melonjak signifikan sebesar 1,87 persen atau sekitar 769 poin ke posisi 41.828,17. Penguatan ini didorong oleh performa positif saham-saham berkapitalisasi besar. Indeks Topix pun turut menguat 0,87 persen.

IHSG Masih Berpotensi Menguat

Untuk pasar domestik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak bervariasi namun memiliki kecenderungan menguat. Aksi beli oleh investor asing dinilai menjadi faktor penopang, walaupun potensi koreksi tetap ada.

Kemarin, IHSG ditutup turun tipis sebesar 0,18% ke posisi 7.490. Secara teknikal, indeks masih menyimpan potensi untuk menguat menuju 7.550, tetapi tetap waspada terhadap kemungkinan terkoreksi ke bawah 7.455.

Selain itu, pelaku pasar juga mencermati pengumuman MSCI terkait rebalancing Agustus 2025. Saham CUAN dan PTRO tercatat masuk ke daftar Standard dan Small Cap Indexes, sementara ADRO justru dikeluarkan dari indeks. Indo Premier Sekuritas memperkirakan IHSG bergerak dalam rentang support di 7.450 dan resistance di 7.600.

Wall Street Berakhir Variatif, Politik The Fed Jadi Sorotan

Dari bursa Amerika Serikat, Wall Street menutup perdagangan pagi ini dengan hasil yang bervariasi. Pasar masih terpengaruh oleh dinamika politik di tubuh The Fed. Presiden Donald Trump mencalonkan Stephen Miran sebagai pengganti Adriana Kugler untuk posisi Gubernur, serta mempertimbangkan Christopher Waller untuk menggantikan Jerome Powell sebagai Ketua.

Dari sisi data ekonomi, klaim pengangguran mingguan naik ke level 226 ribu—angka tertinggi dalam sebulan terakhir. Kondisi ini memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September, yang kini diperkirakan oleh pasar sebesar 93 persen.

Beberapa saham mengalami tekanan besar. Saham Eli Lilly merosot 14,1 persen meski mencetak pertumbuhan laba. Sementara itu, Fortinet jatuh 22 persen akibat proyeksi pendapatan di bawah harapan. Intel melemah 3,1 persen setelah Trump mendesak CEO barunya mundur dari jabatan. Sebaliknya, Apple naik 3,2 persen karena produk semikonduktor mereka tidak terdampak kebijakan tarif baru AS.

Secara keseluruhan, Dow Jones turun 0,51 persen ke level 43.968,64, S&P 500 melemah tipis 0,08 persen, dan Nasdaq justru naik 0,35 persen.

Bursa Eropa Positif, Finansial Jadi Penopang

Beralih ke Eropa, pasar saham di kawasan ini ditutup menguat, dipimpin oleh sektor finansial yang melonjak ke posisi tertinggi sejak 2010. Optimisme investor terdorong oleh kabar mengenai rencana pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden Trump, yang menumbuhkan harapan tercapainya gencatan senjata di Ukraina.

Indeks STOXX 600 naik 0,92 persen ke level 546,05. Bursa Jerman (DAX) menguat 1,12 persen, Prancis (CAC) naik 0,97 persen, sedangkan Inggris (FTSE 100) justru bergerak negatif dan melemah 0,69 persen.

Dolar AS Cenderung Menguat, Rupiah Naik Tipis

Di pasar mata uang, dolar AS menguat terhadap yen Jepang dan franc Swiss, namun melemah terhadap poundsterling. Spekulasi semakin menguat bahwa Christopher Waller akan mengambil alih posisi Jerome Powell, yang bisa memicu penurunan suku bunga The Fed sebesar total 130 basis poin hingga 2027.

Sementara itu, rupiah menguat sebesar 0,46 persen terhadap dolar AS ke posisi Rp16.286,50 per dolar.

Harga Emas Naik, Minyak Melemah

Di sisi komoditas, harga minyak mentah mencatat penurunan setelah negara-negara anggota OPEC+ menyepakati penambahan produksi sebesar 547 ribu barel per hari mulai September. Penurunan juga diperkuat oleh prospek perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang menekan harga energi global.

Harga Brent turun 0,7 persen ke USD66,43 per barel, dan WTI turun 0,7 persen ke USD63,88. Selama sepekan terakhir, harga minyak dunia tercatat melemah lebih dari 9 persen.

Sebaliknya, harga emas menguat di tengah ketegangan geopolitik, ketidakpastian tarif AS, serta data ketenagakerjaan yang melemah. Hal ini meningkatkan permintaan terhadap logam mulia sebagai aset safe haven.

Harga emas spot naik 0,7 persen ke USD3.392,65 per ounce, sementara emas berjangka menguat 0,6 persen ke USD3.453,7. Logam mulia lain seperti perak, palladium, dan platinum juga menunjukkan kenaikan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index