JAKARTA - Meskipun pandemi Covid-19 sempat melumpuhkan industri transportasi global, jaringan layanan udara Indonesia menunjukkan ketahanan dan stabilitas. Hingga semester pertama 2025, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mencatat bahwa sektor penerbangan nasional terus menunjukkan tren pemulihan yang positif.
Dalam pernyataan resminya, Ditjen Perhubungan Udara menyampaikan bahwa hingga Agustus 2025, terdapat 334 unit pesawat yang aktif beroperasi dalam layanan penerbangan berjadwal. Jenis penerbangan ini merujuk pada layanan tetap dan reguler sesuai jadwal maskapai, mencakup rute domestik maupun internasional, baik untuk penumpang maupun angkutan barang.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Lukman F. Laisa, menegaskan bahwa pemulihan sektor penerbangan ditandai bukan hanya oleh jumlah armada yang aktif, tetapi juga oleh jumlah perusahaan angkutan udara yang masih beroperasi secara berkelanjutan.
“Saat ini terdapat 14 perusahaan angkutan udara niaga berjadwal dan dua maskapai kargo yang masih aktif. Sementara itu, untuk kategori niaga tidak berjadwal, tercatat ada 51 badan usaha penumpang dan 4 badan usaha kargo,” ujarnya.
Menurut Lukman, eksistensi operator-operator ini membuktikan bahwa jaringan konektivitas udara di Indonesia tetap terjaga. “Jumlah ini menunjukkan bahwa jaringan layanan udara nasional tetap terjaga dan mendukung konektivitas masyarakat serta distribusi logistik secara luas,” lanjutnya.
Dari sisi kinerja penumpang, tercatat bahwa rute domestik telah mengangkut lebih dari 30 juta penumpang, tepatnya 30.353.609 orang, dengan tingkat pemulihan sebesar 85 persen terhadap angka tahun 2019. Sementara itu, rute internasional mencatat 18.342.439 penumpang, bahkan telah melampaui target pemulihan pra-pandemi dengan 110 persen.
“Angka-angka ini menjadi sinyal kuat bahwa mobilitas udara nasional bergerak stabil menuju pemulihan penuh,” ucap Lukman.
Adapun dalam periode Summer 2025, terdapat 301 rute domestik yang menghubungkan 126 kota di seluruh Indonesia, serta 129 rute internasional dari 15 kota Indonesia ke 27 negara tujuan. Cakupan ini membuktikan bahwa konektivitas udara Indonesia tidak hanya pulih, tapi juga terus berkembang.
Di sisi lain, investasi di sektor penerbangan juga mengalami peningkatan, terutama di layanan niaga tidak berjadwal. Sepanjang semester pertama 2025, tercatat lima badan usaha baru yang telah mengajukan rencana operasional untuk masuk ke pasar.
Pesawat yang direncanakan untuk digunakan oleh entitas baru tersebut cukup beragam, mulai dari Fletcher FU24-950, Trush S2R-T34, hingga pesawat berbadan lebar seperti Boeing 737-73Q, BBJ, dan Boeing 7337-300F, serta unit kelas bisnis seperti Legacy 600 EMB 135 dan Cessna 172.
“Masuknya entitas baru ini mencerminkan iklim usaha yang tetap menarik, terutama di segmen layanan khusus dan charter yang fleksibel dan berkembang,” kata Lukman.
Meski pertumbuhan terus didorong, pemerintah tetap menaruh perhatian penuh pada aspek keselamatan dan keamanan penerbangan. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menekankan bahwa pengawasan berkala terhadap badan usaha angkutan udara terus dilakukan. Ini termasuk pemantauan atas kesiapan armada dan kepatuhan terhadap regulasi penerbangan.
“Pengawasan terhadap keselamatan, keamanan, dan pelayanan penerbangan tetap menjadi prioritas. Selain itu, koordinasi intensif dilakukan dengan Otoritas Bandar Udara, penyelenggara bandara, serta berbagai pemangku kepentingan lainnya guna memastikan bahwa layanan transportasi udara berjalan secara andal, selamat, dan berkelanjutan,” tegas Lukman.
Dengan seluruh indikator tersebut, sektor penerbangan nasional dinilai telah memasuki fase stabil menuju pemulihan penuh. Baik dari sisi jumlah penumpang, jumlah rute, keaktifan maskapai, hingga masuknya investasi baru, semuanya memberikan harapan terhadap masa depan transportasi udara Indonesia yang lebih kuat, kompetitif, dan adaptif terhadap perubahan.