JAKARTA - Langkah menuju keberlanjutan kini bukan lagi sekadar tren di sektor properti, melainkan kebutuhan yang tak terelakkan. PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) menjadi salah satu pemain utama yang merespons tuntutan ini dengan adaptasi teknologi dan pendekatan pembangunan berwawasan lingkungan. Perusahaan mengadopsi konsep properti hijau, sekaligus memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menjaga daya saing di tengah kondisi pasar yang semakin kompleks.
Direktur Utama GPRA, Arvin F Iskandar, menegaskan bahwa keterlibatan sektor swasta dalam pengembangan properti berbasis keberlanjutan dan teknologi mutakhir menjadi kunci penting dalam membuka potensi pasar baru. “Penerapan konsep smart home dan green building akan semakin relevan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa keberlanjutan dan inovasi teknologi merupakan dua pilar utama dalam mendorong pertumbuhan industri properti ke depan. Arvin mencatat bahwa penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan realitas virtual (VR) kini semakin meluas dalam pengelolaan properti, membuka jalan baru bagi efisiensi dan pengalaman pengguna yang lebih baik.
Menurutnya, prospek jangka panjang industri ini tetap positif apabila para pelaku pasar dapat mengoptimalkan peluang yang ada, khususnya pada sektor properti industri dan logistik. Selain itu, pemanfaatan insentif pemerintah yang mendukung pembangunan berkelanjutan juga menjadi faktor penentu penting.
“Kami berkomitmen untuk memanfaatkan peluang ini melalui strategi yang berorientasi pada keberlanjutan dan inovasi teknologi. Dengan adanya dukungan kebijakan fiskal yang pro pertumbuhan serta penerapan teknologi yang efisien, sektor properti diperkirakan akan terus berkembang meskipun ada tantangan eksternal,” kata Arvin.
Komitmen GPRA terhadap green building ditunjukkan melalui penggunaan teknologi energi baru terbarukan. Menurut Arvin, pemanfaatan sumber energi seperti tenaga surya dan angin bukan hanya mendukung lingkungan, tetapi juga memberi nilai tambah bagi konsumen. Ia menilai bahwa dalam waktu dekat, properti dengan pendekatan berkelanjutan akan semakin mendominasi pasar.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, GPRA mampu mencatat kinerja yang tetap positif. Selama paruh pertama 2025, perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp45,14 miliar, atau tumbuh 2% secara tahunan (YoY). Arvin menyatakan bahwa capaian ini ditopang oleh penjualan dan pendapatan berulang (recurring income) dari unit-unit seperti service apartment yang tetap stabil.
“Kami mampu menjaga laba bersih tetap stabil pada semester pertama 2025 dan berharap dapat tumbuh berkisar 5%-10% hingga akhir tahun 2025,” ungkapnya.
Meskipun terjadi penurunan nilai penjualan dari Rp273,31 miliar pada semester I 2024 menjadi Rp224,98 miliar di periode sama tahun ini, namun GPRA menunjukkan sinyal positif dari sisi prapenjualan. Pada semester I/2025, nilai marketing sales mencapai Rp300 miliar, mencerminkan kepercayaan pasar terhadap produk-produk perusahaan.
Secara keuangan, hingga akhir Juni 2025, GPRA mencatat total ekuitas sebesar Rp1,39 triliun dan liabilitas Rp580,19 miliar, sehingga total aset perusahaan mencapai Rp1,97 triliun. Meski menghadapi sejumlah tantangan, perusahaan tetap optimistis terhadap pertumbuhan penjualan hingga akhir tahun.
Optimisme ini ditopang oleh proyek-proyek baru yang mulai digulirkan dan mendapat sambutan hangat dari pasar. Gapuraprima merancang produk hunian dengan menyesuaikan preferensi konsumen urban dan keluarga muda. Salah satunya adalah proyek Botanica Cibubur, yang memiliki akses infrastruktur memadai dan transportasi yang mudah dijangkau.
Pada tahap awal, Botanica Cibubur menghadirkan Cluster Brooklyn dengan harga mulai dari Rp500 juta per unit. Menurut Arvin, keberadaan infrastruktur yang sudah matang menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang menginginkan kenyamanan dan kemudahan mobilitas.
Selain Botanica Cibubur, Gapuraprima juga tengah mengembangkan sejumlah proyek lain di berbagai wilayah seperti Bukit Cimanggu City di Bogor, Spring Garden Residence di Bekasi, Metro Cilegon, dan Green Leaf Residence di Tangerang. Diversifikasi proyek ini menjadi bagian dari strategi perusahaan dalam memperluas jangkauan pasar dan menjawab kebutuhan berbagai segmen konsumen.
Kebijakan pemerintah juga turut memberikan angin segar bagi industri properti. Perpanjangan program Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100% hingga akhir tahun 2025 serta tren penurunan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi faktor eksternal yang mendukung pertumbuhan sektor ini. “Tentu, perpanjangan PPN DTP 100% itu ikut menambah optimisme kami untuk terus bertumbuh hingga akhir 2025,” tambah Arvin.
Ia menegaskan bahwa strategi GPRA untuk bertahan dan berkembang tidak hanya bertumpu pada proyek-proyek properti baru, tetapi juga melalui pendekatan yang lebih menyeluruh. Ini mencakup diversifikasi portofolio, penguatan struktur keuangan, serta digitalisasi operasional agar perusahaan tetap adaptif dan kompetitif.
Kinerja GPRA sepanjang 2025 mencerminkan komitmen terhadap transformasi, baik dalam hal teknologi, efisiensi, maupun keberlanjutan. Dengan fondasi yang kuat, strategi terarah, dan dukungan kebijakan yang kondusif, GPRA menatap masa depan industri properti dengan keyakinan tinggi.