JAKARTA - Pembangunan jalan tol Semarang–Demak Seksi 1 bukan sekadar proyek transportasi biasa. Di balik lintasan sepanjang 10,63 km ini, tersimpan fungsi vital sebagai tanggul laut raksasa yang didesain untuk mengatasi ancaman banjir rob yang selama bertahun-tahun melanda pesisir utara Jawa Tengah, khususnya di kawasan Kaligawe hingga Sayung.
Proyek ini menjadi bentuk nyata dari konsep infrastruktur ganda: satu bangunan, dua fungsi utama—memperlancar mobilitas sekaligus melindungi kawasan dari bencana alam.
Progres Fisik dan Nilai Investasi
Saat ini, pembangunan pada Seksi 1B—bagian yang berada di atas laut—telah mencapai progres sekitar 52,47%. Proyek ini menjadi bagian dari keseluruhan Seksi 1 yang terbagi ke dalam tiga paket: 1A, 1B, dan 1C, dengan total nilai kontrak mencapai Rp10,9 triliun, termasuk PPN. Sementara nilai konstruksi murni ditaksir sekitar Rp10,05 triliun.
Paket 1B mencakup jalan tol sepanjang 6,7 km yang dibangun di atas perairan. Fungsi gandanya sebagai tanggul laut menjadikannya infrastruktur pertama di Indonesia yang menggabungkan jalan bebas hambatan dan sistem pengendali rob dalam satu konstruksi.
Pembangunan diproyeksikan selesai seluruhnya pada tahun 2027, sesuai kontrak multiyears yang berjalan sejak 2022.
Perlindungan Lingkungan Melalui Inovasi
Tol Semarang–Demak Seksi 1B bukan hanya sekadar pembangunan fisik. Proyek ini juga melibatkan teknologi yang mendukung prinsip keberlanjutan. Salah satunya adalah penggunaan cerucuk bambu dengan mal template, yang membuat proses pemancangan lebih presisi dan ramah lingkungan.
Di sisi lain, aspek keselamatan kerja tak luput dari perhatian. Proyek ini mencatat lebih dari 1,5 juta jam kerja tanpa kecelakaan, dan telah mendapatkan penghargaan Zero Accident sebagai bukti keseriusan pelaksana proyek dalam menerapkan standar keselamatan kerja yang tinggi.
Sistem Drainase dan Kolam Retensi
Untuk mengatasi banjir yang berasal dari curah hujan tinggi, pembangunan juga mencakup dua kolam retensi utama, yaitu Kolam Terboyo dan Kolam Sriwulan. Kolam Terboyo memiliki luas 189 hektare dengan kapasitas tampung hingga 6,7 juta meter kubik. Sementara Kolam Sriwulan dibangun seluas 28 hektare dan mampu menampung 1,2 juta meter kubik air.
Kolam-kolam ini terintegrasi dengan sistem pompa sebanyak 10 unit berkapasitas 5 meter kubik per detik. Dengan demikian, infrastruktur ini tidak hanya menahan air laut dari luar, tetapi juga mengalirkan air hujan dari dalam kawasan perkotaan menuju laut secara terkendali.
Komitmen Pemerintah dan BUMN
Pembangunan infrastruktur ini menjadi hasil kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan perusahaan BUMN konstruksi. Dukungan penuh diberikan untuk memastikan proyek berjalan tepat waktu dan memberikan manfaat berkelanjutan. Tak hanya memberikan dampak ekonomi melalui peningkatan konektivitas, jalan tol ini juga ditujukan untuk mengurangi kerugian sosial dan finansial yang selama ini ditimbulkan oleh banjir rob tahunan.
Menteri terkait menegaskan bahwa proyek ini menjadi bukti konkret bagaimana infrastruktur dapat menjawab persoalan teknis transportasi dan sekaligus menjadi solusi lingkungan. Sementara dari pihak pengembang menyebut bahwa tol Semarang–Demak Seksi 1B adalah bentuk sinergi nasional dalam menghadapi tantangan pesisir dan perubahan iklim yang makin nyata.
Progres Paket Konstruksi
Secara detail, hingga pertengahan 2025, progres dari tiga paket dalam Seksi 1 adalah sebagai berikut:
Paket 1A: 63,75%
Paket 1B: 41,55%
Paket 1C: 26,79%
Adapun total progres fisik kumulatif untuk Seksi 1 mencapai 42,81%. Dengan percepatan pengerjaan dan stabilitas cuaca, target penyelesaian tahun 2027 dinilai masih realistis.
Paket 1B sendiri ditangani oleh BUMN konstruksi besar yang memiliki 75% saham dalam konsorsium proyek. Saat ini tengah dirancang rencana pengurangan kepemilikan saham menjadi 40% sebagai bagian dari strategi pengelolaan risiko keuangan dan portofolio perusahaan.
Infrastruktur Adaptif untuk Masa Depan
Dibandingkan proyek-proyek tol konvensional lain, pembangunan tol Semarang–Demak Seksi 1 menawarkan pendekatan baru: menyatukan fungsi mobilitas dan ketahanan wilayah dalam satu solusi terintegrasi. Ke depan, konsep ini bisa menjadi model nasional dalam pembangunan kawasan pesisir.
Masyarakat pesisir yang selama ini menjadi langganan banjir rob, kini memiliki harapan baru untuk hidup lebih aman dan produktif. Di sisi lain, pengusaha logistik dan pengguna jalan mendapat jalur alternatif yang efisien dan tahan gangguan cuaca ekstrem.
Dengan segala inovasi dan dampak luasnya, tol Semarang–Demak Seksi 1 tidak lagi hanya tentang jalan. Ini adalah simbol dari bagaimana infrastruktur bisa menjadi alat transformasi sosial dan lingkungan dalam satu langkah strategis.