Daftar 11 Kerajinan Indonesia yang telah Dikenal Mancanegara

Daftar 11 Kerajinan Indonesia yang telah Dikenal Mancanegara
kerajinan Indonesia yang telah dikenal mancanegara

Kerajinan Indonesia yang telah dikenal mancanegara merupakan salah satu wujud kekayaan budaya yang patut dibanggakan. 

Indonesia memiliki beragam kerajinan tangan yang memikat, tidak hanya dari segi estetika, tetapi juga melalui nilai-nilai tradisional yang masih dipertahankan dalam proses pembuatannya. 

Karya-karya ini bahkan telah mendapatkan pengakuan hingga ke berbagai belahan dunia. 

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, sudah seharusnya kita merasa bangga atas reputasi kerajinan tangan khas Nusantara yang diciptakan dengan teknik dan metode warisan leluhur.

Kerajinan sendiri adalah produk yang dihasilkan melalui keterampilan tangan manusia. Karya-karya ini memiliki keunggulan dalam unsur keindahan yang menjadikannya tidak hanya berguna secara praktis, tetapi juga berfungsi sebagai elemen dekoratif. 

Dalam proses penciptaannya, semakin kompleks dan detail langkah-langkah yang dilakukan, maka semakin tinggi pula kualitas serta harga jual dari kerajinan tersebut.

Agar suatu produk dapat dikategorikan sebagai kerajinan, benda tersebut harus memiliki nilai guna yang jelas. Tak hanya itu, unsur estetika juga menjadi bagian penting yang harus melekat pada kerajinan tersebut. 

Karena kombinasi antara fungsi dan keindahan inilah, kerajinan kerap dijadikan sebagai barang penghias ruangan atau koleksi. 

Maka tak heran jika kerajinan Indonesia yang telah dikenal mancanegara terus menjadi kebanggaan dan simbol warisan budaya yang bernilai tinggi.

Pengertian Kerajinan Menurut Para Ahli

Menurut Wiyadi dan rekan-rekannya (1991: 915, 45), kegiatan yang termasuk dalam produksi barang dalam skala industri dapat digolongkan ke dalam bentuk keterampilan ini. 

Prosesnya dilaksanakan secara penuh oleh individu yang memiliki karakter tekun, pantang menyerah, cekatan, serta memiliki daya cipta yang tinggi. 

Beberapa contoh dari jenis-jenis karya semacam ini mencakup hasil dari bahan kulit, logam, kayu, batik, dan masih banyak lagi wujud seni lain yang berakar dari budaya lokal.

Sementara itu, Kadjim (2011: 10) menjelaskan bahwa jenis usaha ini merupakan aktivitas yang dijalankan terus-menerus dengan semangat kerja keras, ketabahan, kecakapan, dan dedikasi tinggi, serta mengusung semangat peradaban yang luas dalam menciptakan suatu karya.

Di sisi lain, Kusnadi (1986: 11) menyatakan bahwa istilah ini berasal dari makna literal yang muncul dari sikap giat dalam diri manusia. 

Meskipun demikian, hal terpenting dari proses penciptaan barang bukan hanya karena sikap rajin, melainkan lebih kepada kemampuan teknis yang dimiliki seseorang dalam menghasilkan sesuatu. 

Kecakapan tersebut bisa diperoleh melalui pengalaman kerja dan kerja keras yang terus-menerus, yang pada akhirnya memperbaiki teknik pengerjaan suatu produk. 

Hasil kerja ini mencerminkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang di bidang tertentu.

Menurut pandangan Suprapto (1985: 16), bentuk kegiatan ini merupakan proses penciptaan benda yang bernilai seni. 

Hasil dari proses tersebut tidak hanya memiliki mutu tinggi, tetapi juga dibuat dengan sentuhan rasa estetis dari pembuatnya. 

Ide-ide orisinal turut memengaruhi proses penciptaan sehingga menghasilkan produk yang tidak hanya memiliki nilai guna, tetapi juga penampilan yang menarik dan bernilai tinggi.

Secara umum, kegiatan ini termasuk ke dalam cabang seni rupa terapan, di mana proses produksinya mengandalkan keterampilan tangan dalam membuat objek yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Selain aspek fungsional dan nilai keindahan, terdapat pula tujuan lain yang melatarbelakangi pembuatannya, meskipun semuanya tetap memiliki nilai ekonomi.

Apabila digunakan sebagai penghias, maka hasil karya tersebut diciptakan hanya untuk kebutuhan estetika atau sebagai dekorasi tanpa makna tertentu. Jika dijadikan sebagai alat bantu dalam kehidupan sehari-hari, maka fungsinya bersifat praktis. 

Dalam konteks kepercayaan atau spiritual, hasil ciptaan ini bisa memiliki simbol khusus dan digunakan dalam kegiatan sakral atau bersifat magis. 

Sedangkan sebagai simbol budaya, karya tersebut mewakili nilai-nilai tertentu yang bersifat simbolis dan erat kaitannya dengan keyakinan. 

Sementara itu, dalam fungsinya sebagai penunjang arsitektur, karya tersebut digunakan sebagai elemen pelengkap dalam sebuah bangunan.

Jenis-jenis Kerajinan

Menurut penjelasan dalam buku terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bentuk keterampilan ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori.

1. Karya dari Material Bertekstur Lunak

Dilihat dari bahan dasarnya, kerajinan jenis ini terbagi ke dalam dua macam, yakni material lunak yang berasal langsung dari alam serta bahan lunak hasil rekayasa manusia.

Material lunak alami merupakan bahan yang tersedia di lingkungan sekitar dan digunakan tanpa campuran unsur buatan. Proses pengolahannya pun dilakukan secara alami tanpa tambahan zat sintetis.

Sedangkan material lunak buatan merupakan bahan yang diperoleh melalui proses produksi dengan campuran unsur kimia atau bahan buatan. Bahan ini bukan berasal dari alam secara langsung, tetapi merupakan hasil kreasi manusia.

2. Karya dari Material Bertekstur Keras

Berdasarkan jenis bahan yang digunakan, kerajinan ini juga terdiri dari dua macam, yakni material keras dari alam dan material keras yang sudah diproses.

Bahan keras alami merupakan material yang ditemukan di alam kemudian digunakan sebagai bahan baku setelah melalui tahap pengolahan tanpa mengubah bentuk aslinya.

Adapun bahan keras buatan adalah hasil dari proses rekayasa bahan yang telah mengalami perubahan bentuk dan struktur sehingga menjadi padat dan dapat dimanfaatkan untuk membuat produk kerajinan.

3. Karya dari Sampah Bertekstur Lunak

Jenis limbah ini memiliki karakteristik lembut, lentur, dan mudah dibentuk menjadi beragam karya. Secara umum, limbah lunak terdiri atas dua kategori, yaitu sampah lunak yang berasal dari alam dan limbah lunak hasil aktivitas manusia.

Limbah lunak organik berasal dari tumbuhan atau bagian-bagian tumbuhan yang tidak lagi digunakan. Meskipun dianggap sisa, bahan ini tetap memerlukan proses pengolahan agar layak menjadi bahan kerajinan. 

Contoh dari jenis ini antara lain adalah kulit jagung, kulit buah, kulit kacang, kulit bawang, pelepah pisang, jerami, biji-bijian, dan kertas yang sudah tidak terpakai.

Sebaliknya, limbah lunak anorganik berasal dari bahan olahan yang dicampur dengan unsur kimia tertentu. Meski bentuknya lentur dan bisa dikreasikan, jenis ini cenderung sulit untuk diuraikan secara alami. 

Dalam beberapa kasus, pelapukannya bisa berlangsung sangat lama. Umumnya, limbah ini berasal dari proses industri, aktivitas pertambangan, hingga limbah rumah tangga. 

Contohnya antara lain adalah plastik bekas, potongan kain sintetis, potongan kemasan, perca kain, serta styrofoam.

Contoh Kerajinan Indonesia yang telah Dikenal Mancanegara

Berikut ini adalah beberapa contoh kerajinan Indonesia yang telah dikenal mancanegara karena keunikan dan kualitasnya.

1. Kain Bergambar Khas Nusantara

Salah satu warisan budaya yang sangat dikenal luas di dalam negeri maupun luar negeri adalah kain bergambar yang dibuat dengan teknik khusus dari Indonesia. 

Kain ini telah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional sebagai aset budaya yang bernilai tinggi. 

Bahkan lembaga dunia seperti UNESCO telah menetapkannya sebagai salah satu bentuk warisan budaya takbenda yang penting bagi umat manusia.

Istilah kain ini berasal dari bahasa Jawa “mbatik,” yang merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “mbat” yang berarti melempar, dan “tik” yang artinya titik.

Dengan demikian, nama tersebut menggambarkan aktivitas menciptakan pola titik-titik pada permukaan kain.

Karya ini telah digunakan sejak zaman kerajaan untuk busana para bangsawan. Hampir setiap wilayah di Indonesia memiliki gaya dan pola khas masing-masing. 

Sebagai contoh, motif dari Surakarta berbeda dari yang ditemukan di Pekalongan, Madura, atau Bali. Tiap daerah menghadirkan ciri khas yang membedakan pola dan bentuknya satu dengan lainnya.

2. Kain Tenun Tradisional dari Sumba, Nusa Tenggara Timur

Selain kain bergambar yang dikenal luas, jenis kain hasil tenunan juga merupakan warisan tradisional yang sangat diminati. Salah satu contoh paling terkenal berasal dari wilayah Sumba di provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Kain ini tidak hanya populer di kalangan masyarakat lokal, tetapi juga telah dikenal hingga ke luar negeri.

Jika berkunjung ke Sumba, akan tampak banyak perajin lokal yang masih mempertahankan metode pembuatan secara konvensional. 

Pewarnaan kain juga masih dilakukan secara manual tanpa mesin, sehingga membuat nilai jualnya cukup tinggi.

Corak pada kain ini umumnya mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat Sumba. Beberapa motif populer menggambarkan makhluk seperti singa, buaya, kudanil, dan cumi-cumi, masing-masing mengandung arti tersendiri. 

Tak hanya itu, kain ini juga mencerminkan kedudukan sosial pemakainya di tengah masyarakat.

3. Seni Pertunjukan Bayangan dari Pulau Jawa

Salah satu bentuk kesenian tradisional yang masih bertahan hingga kini adalah pertunjukan bayangan berbentuk tokoh-tokoh karakter, khususnya yang menggunakan media berbahan kulit. 

Pertunjukan ini sangat terkenal dan berasal dari wilayah Jawa, dan sering dianggap sebagai bentuk awal dari berbagai jenis pertunjukan serupa di Indonesia.

Meskipun belum ada penjelasan sejarah yang benar-benar pasti mengenai asal mula seni ini, dipercaya bahwa bentuk pertunjukan tersebut sudah ada sejak masuknya pengaruh Hindu dan Buddha ke kawasan Asia Tenggara. 

Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa kesenian ini berasal dari budaya Tiongkok atau India.

Proses pembuatan tokohnya dilakukan dengan memanfaatkan kulit sapi yang telah dikeringkan dan diolah menjadi lembaran. 

Kemudian, lembaran kulit tersebut diukir menggunakan alat logam tajam hingga membentuk figur sesuai karakter yang diinginkan.

4. Kipas Tradisional dari Kayu Wangi Asal Bali

Salah satu benda seni asal Bali yang dikenal karena nilai estetikanya adalah kipas yang dibuat dari bahan kayu tertentu yang memiliki aroma harum. Hingga sekarang, produk ini tetap diminati sebagai oleh-oleh khas dari Pulau Bali.

Kipas ini dirancang agar dapat dilipat dan dibawa dengan mudah. Kayu yang digunakan berasal dari pohon yang memiliki bau harum khas, sehingga ketika dibuka, kipas akan mengeluarkan aroma alami dari bahan dasarnya. 

Selain itu, permukaan kipas sering dihiasi dengan berbagai corak khas budaya Bali maupun tokoh-tokoh legendaris yang berasal dari kisah-kisah rakyat setempat.

5. Seni Ukir Kayu dari Wilayah Jepara

Jepara telah lama dikenal sebagai pusat produksi ukiran kayu berkualitas tinggi sejak abad ke-19. Produk yang dihasilkan biasanya berupa furnitur seperti meja makan, lemari, tempat tidur, serta kursi.

Sampai saat ini, karya ukir dari daerah tersebut tetap diminati dan sudah dikenal hingga ke luar negeri.

Corak khas dari daerah ini antara lain adalah bentuk ornamen seperti daun trubusan dan pola jurnabai, yang menjadi penanda keaslian hasil karya dari Jepara. 

Material utama yang digunakan adalah kayu jati, terkenal akan daya tahannya yang bisa mencapai dua dekade. Karena seluruh proses pengerjaannya masih dilakukan secara manual, harga produk ukiran dari daerah ini pun tergolong tinggi.

6. Produk Kerajinan Berbahan Kulit dari Daerah Tanggulangin

Sejak tahun 1939, wilayah Tanggulangin di Jawa Timur dikenal sebagai salah satu pusat produksi barang-barang berbahan kulit. 

Hasil produksinya mencakup berbagai macam produk seperti jaket, tas, dompet, serta perlengkapan lainnya yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Mayoritas warga di kawasan tersebut memiliki usaha mandiri di bidang pembuatan barang kulit. Harga yang ditawarkan sangat bervariasi, mulai dari kisaran harga yang terjangkau hingga jutaan rupiah. 

Perbedaan harga ini ditentukan oleh jenis kulit yang digunakan dan tingkat kesulitan dalam proses pembuatannya. Karena kualitas yang dihasilkan cukup tinggi, banyak produk dari daerah ini telah menembus pasar luar negeri.

7. Kain Tenun Rangrang dari Nusa Penida, Bali

Berbagai wilayah di Indonesia memiliki tradisi membuat kain tenun, dan salah satu yang menonjol adalah kain rangrang yang berasal dari Nusa Penida, Bali. 

Kain ini dianggap memiliki nilai seni yang sangat tinggi dan dikenal karena keunikannya dibandingkan dengan tenun dari daerah lain.

Ciri khas dari kain ini terletak pada motif yang menggambarkan unsur-unsur alam seperti flora dan fauna, serta pola-pola geometris dua dimensi. 

Teknik pembuatannya dilakukan dengan tangan menggunakan metode ikat tunggal, sehingga setiap helai kain memiliki sentuhan khas dari para pengrajinnya.

8. Seni Pahatan Khas dari Suku Asmat di Papua

Kelompok masyarakat Asmat di wilayah Papua dikenal sebagai penjaga tradisi seni pahat yang memiliki ciri khas unik. Karya-karya mereka dikenal luas di kalangan pecinta seni karena bentuknya yang tidak biasa dan maknanya yang mendalam.

Dalam proses pembuatannya, masyarakat Asmat menggunakan berbagai alat sederhana yang bersumber dari alam, seperti kapak dari kayu, kulit kerang, serta gigi hewan seperti bintang laut. 

Untuk menciptakan permukaan yang halus sebagai bagian akhir dari proses, mereka memanfaatkan bahan alami seperti taring babi, tiram, dan gigi ikan tertentu.

Pembuatan satu karya pahatan dari suku ini memerlukan waktu dan ketelitian tinggi. Oleh karena keunikan dan makna yang terkandung di dalamnya, nilai jual satu pahatan dari suku Asmat dapat mencapai harga miliaran rupiah.

9. Kain Tenun Tradisional Ulos dari Wilayah Sumatera Utara

Tenun Ulos merupakan kain tradisional khas masyarakat Batak yang berasal dari Sumatera Utara. Dalam bahasa Batak, “ulos” berarti kain. 

Ciri khas dari tenun ini terletak pada dominasi warna merah, hitam, dan putih, serta dilengkapi dengan hiasan berwarna emas atau perak. Kain ini memiliki makna simbolis dalam budaya Batak. 

Salah satu tradisi penggunaannya adalah sebagai pemberian kepada perempuan yang sedang mengandung, dengan harapan agar proses persalinan berjalan lancar dan sang ibu serta bayi berada dalam keadaan aman. 

Ulos dipandang sebagai penanda perlindungan dan doa dalam bentuk kain.

10. Tenun Khas Toraja dari Sulawesi Selatan

Kain tenun dari Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, bukan hanya sebuah hasil karya tekstil biasa. 

Masyarakat setempat sangat menghargai keberadaan kain ini karena memiliki kedudukan penting dalam berbagai prosesi adat, yang bersifat sakral dan penuh makna. 

Tenun ini dijadikan simbol kesejahteraan dan tidak semua kalangan dapat memakainya di masa lampau. Dahulu, bahan dasar pembuatan kain ini berasal dari serat kayu. 

Namun, seiring perkembangan zaman, serat nanas mulai digunakan sebelum akhirnya digantikan oleh benang seperti sekarang. Perubahan bahan baku tersebut tetap tidak mengurangi nilai luhur dari kain ini dalam kehidupan masyarakat Toraja.

11. Kain Gringsing Asal Bali

Pulau Bali masih teguh menjaga nilai-nilai tradisional yang diwariskan secara turun temurun, termasuk dalam seni tekstil. 

Salah satu kain istimewa yang berasal dari wilayah ini adalah kain gringsing. Istilah “gringsing” sendiri tersusun dari dua kata, yaitu “gring” yang berarti sakit dan “sing” yang berarti tidak, sehingga secara harfiah mengandung makna perlindungan dari penyakit.

Proses pengerjaan kain ini sangat rumit dan memakan waktu lama, bahkan bisa mencapai dua hingga lima tahun hanya untuk satu lembar. 

Teknik pembuatannya dikenal dengan nama ikat ganda, jauh lebih kompleks dibanding metode ikat tunggal.

Kain gringsing juga memiliki keunikan tersendiri: warna dan motifnya akan semakin memikat seiring waktu, menjadikannya sangat digemari oleh pecinta kain tradisional.

12. Tenun Lurik dari Pulau Jawa

Jawa memiliki warisan tekstil khas berupa tenun lurik, yang dipercaya sudah ada sejak masa prasejarah. Kain ini dikenal karena pola-pola garisnya yang sederhana namun penuh makna. 

Beragam motif klasik dari kain ini antara lain Ketan Slak, Kijing Miring, Etan Ireng, Sado Sak Ler, Kembang Bayem, Dom Kecer, serta Tumbar Pecah.

Harga dari sehelai kain lurik cukup bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. 

Tingkat kehalusan benang dan kualitas warna turut memengaruhi nilai jualnya. Tenun ini tidak hanya memiliki fungsi sebagai pakaian, tetapi juga menyimpan filosofi budaya dalam setiap motifnya.

13. Arca Kuno dari Magelang, Yogyakarta, dan Bali

Arca merupakan bentuk karya seni yang sudah dikenal sejak zaman praaksara. Meskipun usianya sangat tua, benda ini tetap dapat dikategorikan sebagai produk kerajinan karena melibatkan keterampilan dalam proses pembuatannya. 

Umumnya, arca digunakan sebagai media persembahan kepada dewa-dewa dan kekuatan spiritual.

Material pembentuk arca berasal dari batuan beku yang dihasilkan dari lava panas gunung berapi yang telah mengeras, yang hanya dapat ditemukan di sekitar kaki Gunung Merapi. 

Di Indonesia, terdapat tiga daerah yang menjadi pusat penghasil arca terbaik, yaitu Magelang, Yogyakarta, dan Bali. Meskipun kepercayaan terhadap fungsi spiritual arca telah memudar, seni ini masih diminati oleh banyak penggemar seni patung.

14. Produk Perak dari Daerah Sidoarjo

Wilayah Sidoarjo di Jawa Timur juga dikenal sebagai sentra produksi kerajinan logam mulia, khususnya perak. 

Selain terkenal dengan hasil kerajinan kulitnya, daerah ini juga memiliki sejumlah desa pengrajin perak, antara lain Desa Porong, Krembung, Besuki, Siring, Ronokenongo, dan Kedungbendo.

Produk-produk dari desa-desa tersebut telah dipasarkan hingga ke mancanegara seperti Belanda, India, Amerika Serikat, dan Singapura. 

Proses pembuatan perhiasan perak seperti kalung, cincin, dan gelang membutuhkan ketelitian tinggi serta waktu yang tidak singkat. Oleh karena itu, nilai seni dan harga dari karya ini cukup tinggi di pasaran.

15. Gerabah Tradisional dari Minahasa

Di wilayah Minahasa, Sulawesi Utara, terdapat sebuah desa bernama Pulutan yang dikenal luas sebagai penghasil gerabah. Hampir seluruh penduduk di desa ini bekerja sebagai pembuat gerabah, menggunakan tanah liat sebagai bahan utama.

Proses pembuatan gerabah ini melibatkan pembakaran pada suhu sangat tinggi, sekitar 800 hingga 1.000 derajat Celsius, agar menghasilkan produk yang kuat dan tahan lama. 

Bentuk gerabah yang dihasilkan pun sangat beragam, mulai dari tungku, belanga, hingga vas bunga, masing-masing dihias dengan warna dan corak khas daerah tersebut. 

Kerajinan ini tidak hanya fungsional, tetapi juga artistik dan bernilai budaya tinggi.

Sebagai penuutup, keragaman budaya jadi kekuatan utama di balik kerajinan Indonesia yang telah dikenal mancanegara karena keunikan bentuk, motif, dan nilai tradisinya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index