JAKARTA - Fenomena cuaca ekstrem kembali melanda Jepang, dengan intensitas hujan lebat yang menyebabkan banjir besar di sejumlah daerah, termasuk ibu kota Tokyo. Bencana hidrometeorologi ini tidak hanya menimbulkan genangan luas, tetapi juga memicu kekhawatiran masyarakat akan risiko bencana susulan.
Informasi dari The Japan Times mengungkapkan bahwa hujan deras mengguyur wilayah Tokyo sejak pekan lalu. Dalam periode tersebut, tercatat curah hujan mencapai 120 milimeter, disertai petir yang menyambar di berbagai titik. Kondisi cuaca ini berdampak signifikan terhadap aktivitas warga serta infrastruktur kota.
Badan meteorologi Jepang memberikan peringatan kepada masyarakat bahwa fenomena serupa juga diperkirakan terjadi di wilayah lain. Selain Tokyo, beberapa daerah lain juga dilaporkan mengalami intensitas hujan tinggi yang mengakibatkan banjir dan genangan air di berbagai kawasan permukiman.
Pemerintah setempat dan otoritas terkait pun terus menyampaikan imbauan kewaspadaan kepada masyarakat. Cuaca buruk yang terjadi disebut berpotensi berlangsung dalam beberapa hari ke depan, terutama di area yang sudah terlebih dahulu dilanda hujan deras.
The Japan Times juga melaporkan, badai petir yang menyertai hujan lebat membuat situasi di ibu kota Jepang semakin mengkhawatirkan. Selain genangan air di beberapa ruas jalan utama, transportasi publik seperti kereta juga mengalami gangguan akibat gangguan kelistrikan yang dipicu sambaran petir.
Peringatan cuaca dari badan meteorologi Jepang mencakup potensi banjir bandang, tanah longsor, serta gangguan transportasi. Masyarakat diminta untuk terus memperbarui informasi cuaca dan mengikuti instruksi evakuasi jika kondisi memburuk.
Dengan curah hujan tinggi mencapai 120 milimeter dalam satu hari, kawasan perkotaan seperti Tokyo tidak dapat sepenuhnya menghindari banjir. Sistem drainase yang biasanya cukup baik tidak mampu menampung limpasan air yang sangat besar dalam waktu singkat.
Beberapa video yang beredar di media sosial memperlihatkan sejumlah jalan di Tokyo berubah menjadi sungai kecil, sementara arus air cukup deras mengalir di kawasan pemukiman padat penduduk. Para pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor terpaksa berhenti dan mencari tempat aman untuk berlindung dari kondisi ekstrem tersebut.
Pihak berwenang terus berupaya menanggulangi dampak bencana dengan mengerahkan petugas darurat, serta mengaktifkan posko-posko siaga banjir. Tim penyelamat juga bersiaga untuk mengantisipasi kemungkinan evakuasi di area-area yang terdampak parah.
Selain Tokyo, kawasan lain seperti prefektur di wilayah selatan dan tengah Jepang juga dilaporkan mengalami intensitas hujan yang cukup tinggi. Wilayah-wilayah tersebut masuk dalam daftar peringatan siaga bencana karena risiko tanah longsor semakin meningkat.
Badan meteorologi Jepang melalui laporan resminya menyebutkan, hujan deras disertai petir kemungkinan masih akan berlanjut dalam beberapa hari ke depan. Masyarakat diimbau untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan dan menghindari area rawan banjir maupun longsor.
Sejumlah sekolah dan fasilitas umum di Tokyo dan sekitarnya juga mengambil langkah antisipasi dengan menutup sementara kegiatan belajar mengajar, terutama di wilayah yang rawan terdampak banjir.
Situasi ini menjadi pengingat bagi Jepang akan tantangan yang terus dihadapi terkait perubahan iklim global. Peningkatan curah hujan ekstrem dalam waktu singkat menjadi salah satu tren yang kerap menimbulkan bencana hidrometeorologi, meskipun negara tersebut dikenal memiliki sistem peringatan dan penanggulangan bencana yang canggih.
Kondisi cuaca ekstrem seperti yang terjadi di Jepang menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi perubahan iklim, termasuk di kota-kota besar seperti Tokyo. Ketahanan infrastruktur dan respons cepat dari otoritas berperan krusial untuk meminimalkan dampak buruk bagi masyarakat.
Dengan masih tingginya potensi cuaca ekstrem, badan meteorologi Jepang terus mengimbau seluruh lapisan masyarakat untuk mengikuti perkembangan informasi secara berkala. Peringatan dini menjadi alat penting untuk menyelamatkan jiwa dan mengurangi risiko kerusakan akibat banjir besar yang tengah melanda negeri Sakura.