Kesehatan

Gerakan Sujud dan Dampaknya untuk Kesehatan

Gerakan Sujud dan Dampaknya untuk Kesehatan
Gerakan Sujud dan Dampaknya untuk Kesehatan

JAKARTA - Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang mencari cara untuk menjaga keseimbangan antara fisik dan spiritual. Salah satu bentuk aktivitas yang menggabungkan keduanya dengan harmonis adalah salat. Di balik setiap gerakan dalam salat, tersimpan makna dan manfaat yang tidak hanya memperdalam ketakwaan, tetapi juga mendukung kesehatan tubuh. Salah satu gerakan yang paling menonjol adalah sujud.

Bagi umat Islam, sujud merupakan wujud tertinggi dari kepasrahan kepada Sang Pencipta. Namun siapa sangka, di balik nilai spiritual tersebut, gerakan sujud juga memiliki manfaat medis yang signifikan. Ini bukan sekadar ekspresi ibadah, tetapi juga dapat dipahami sebagai bentuk alami terapi fisik yang berdampak positif bagi tubuh manusia.

Posisi Unik Sujud dan Dampaknya pada Tubuh

Menurut dr. Sofyan Umarella, seorang spesialis penyakit dalam dari Ambon, Maluku, gerakan sujud yang melibatkan dahi, hidung, telapak tangan, lutut, dan ujung kaki menyentuh lantai merupakan posisi yang sangat khas. Tidak banyak aktivitas lain yang melibatkan koordinasi tubuh seperti ini, dan justru dalam keunikan tersebutlah tersimpan berbagai manfaat kesehatan.

“Dalam posisi sujud, gravitasi membantu darah mengalir lebih optimal ke otak, yang bisa meningkatkan konsentrasi dan menurunkan tekanan psikologis,” ujar dr. Umarella.

Dalam konteks medis, ini merupakan hal yang sangat penting. Biasanya, otak adalah organ yang memerlukan pasokan oksigen dan nutrisi secara terus-menerus. Dengan aliran darah yang lebih lancar akibat posisi tubuh saat sujud, otak pun mendapat suplai yang lebih baik.

Manfaat Kesehatan dari Gerakan Sujud

Berikut ini beberapa efek positif dari gerakan sujud yang dikaji dari sisi medis:

1. Meningkatkan Aliran Darah ke Otak

Ketika seseorang sujud, posisi jantung berada lebih tinggi dari kepala. Ini membuat darah mengalir lebih deras menuju otak, terutama ke bagian yang dikenal sebagai lobus prefrontalis. Area otak ini berperan dalam fungsi-fungsi penting seperti berpikir strategis, pengambilan keputusan, hingga kontrol emosi.

Efek ini tidak hanya memberi keuntungan kognitif, tetapi juga bisa membantu mengurangi gejala kelelahan mental dan meningkatkan fokus seseorang dalam aktivitas sehari-hari.

2. Mendukung Produksi ASI pada Ibu Menyusui

Gerakan sujud juga memiliki pengaruh khusus terhadap perempuan, terutama ibu menyusui. Saat otot dada menekan kelenjar payudara, sirkulasi darah ke area tersebut menjadi lebih lancar. Dengan demikian, hal ini dapat membantu meningkatkan produksi air susu ibu (ASI) secara alami.

Tekanan yang timbul selama sujud membantu merangsang area tersebut, sekaligus membuat otot-otot dada lebih rileks dan siap menjalankan fungsinya secara optimal.

3. Memperlancar Sistem Pencernaan

Ketika tubuh menunduk dan lutut sedikit menekan area perut, terjadi stimulasi terhadap organ-organ pencernaan, termasuk usus. Tekanan ini membantu meningkatkan gerakan peristaltik, yaitu kontraksi otot yang mendorong makanan dalam sistem cerna.

Gerakan ini mirip seperti teknik terapi dalam yoga yang bertujuan merangsang sistem gastrointestinal. Peristaltik yang optimal membantu mempercepat proses pencernaan dan penyerapan nutrisi, sekaligus mengurangi risiko sembelit.

4. Mengurangi Sakit Kepala

Ada titik-titik akupresur tertentu di wajah dan kepala yang mendapat tekanan langsung saat sujud. Menurut dr. Umarella, ini dapat mengurangi produksi hormon ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) di area hipotalamus.

Hormon ACTH dikenal sebagai pemicu stres dan tekanan psikologis. Ketika hormon ini ditekan, rasa sakit kepala cenderung berkurang, dan seseorang akan merasa lebih rileks. Ini menjelaskan mengapa setelah salat, banyak orang merasa lebih tenang, bahkan ketika sebelumnya mengalami stres atau rasa nyeri kepala.

Salat sebagai Keseimbangan Tubuh dan Jiwa

Lebih dari sekadar kewajiban ibadah, salat bisa dipandang sebagai bentuk mindfulness dan terapi fisik yang terstruktur. Saat seseorang melaksanakannya dengan khusyuk dan rutin, secara tidak langsung tubuhnya menjalani serangkaian gerakan yang menstimulasi organ vital, mengaktifkan otot, dan mengatur pernapasan.

Dalam konteks modern, aktivitas seperti yoga dan meditasi dipandang memiliki dampak positif terhadap tubuh dan pikiran. Namun umat Islam sebenarnya telah memiliki rutinitas serupa dalam bentuk salat lima waktu, lengkap dengan jeda waktu yang teratur dan gerakan tubuh yang menyeluruh.

Menjaga Konsistensi, Memperkuat Manfaat

Agar manfaat ini benar-benar bisa dirasakan secara menyeluruh, konsistensi adalah kunci utama. Salat yang dilakukan secara sadar dan penuh penghayatan bukan hanya akan memperkuat hubungan spiritual seseorang dengan Tuhan, tetapi juga memberikan efek positif bagi kesehatan fisik.

Momen sujud yang berlangsung beberapa detik dalam tiap rakaat bisa menjadi jeda alami bagi tubuh untuk meregangkan otot, mengatur napas, dan menenangkan sistem saraf. Ini dapat menjadi bagian dari gaya hidup sehat secara holistik, tanpa memerlukan alat bantu atau tempat khusus seperti gym.

Sujud sebagai Simbol Keutuhan Jiwa dan Raga

Gerakan sujud tidak hanya menunjukkan kepatuhan spiritual, tapi juga mencerminkan keseimbangan luar biasa antara tubuh dan jiwa. Manfaat kesehatan dari sujud merupakan bonus dari rutinitas ibadah yang, jika dijalani dengan benar dan rutin, mampu meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh.

Sebagaimana disampaikan oleh dr. Sofyan Umarella, posisi unik sujud menawarkan stimulasi yang luar biasa terhadap otak dan sistem tubuh lainnya, menjadikannya tidak hanya gerakan simbolik, tapi juga bentuk terapi alami yang bisa diakses siapa saja, kapan saja.

Dengan begitu, salat bukan sekadar kewajiban, tapi juga jalan menuju tubuh yang sehat dan jiwa yang tenang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index