Saham

Saham Masih Menarik untuk Strategi Jangka Panjang

Saham Masih Menarik untuk Strategi Jangka Panjang
Saham Masih Menarik untuk Strategi Jangka Panjang

JAAKRTA - Ketika pasar keuangan global dilanda gejolak akibat pandemi, ketegangan geopolitik, hingga kebijakan moneter agresif seperti suku bunga tinggi The Fed dan perang dagang, banyak investor menghadapi dilema: bertahan atau keluar dari pasar? Namun di balik semua ketidakpastian itu, pendekatan investasi jangka panjang justru kian menunjukkan relevansinya.

Strategi ini mengandalkan pemahaman mendalam terhadap fundamental perusahaan serta disiplin dalam membangun portofolio secara konsisten. Bukan sekadar mengejar keuntungan cepat, strategi ini menuntut kesabaran dan keyakinan bahwa pasar pada akhirnya akan pulih dari tekanan.

PT BNI Sekuritas meyakini bahwa investasi jangka panjang tetap menjadi salah satu pendekatan paling bijak bagi investor ritel. Strategi ini bukan hanya relevan, tetapi juga terbukti efektif membangun pertumbuhan portofolio yang berkelanjutan, bahkan ketika pasar sedang dilanda tekanan.

“Dalam kondisi pasar yang bergejolak, wajar jika muncul keraguan seperti ‘Apakah saya berinvestasi di waktu yang tepat?’ atau ‘Haruskah saya keluar sebelum koreksi memburuk?’ Namun, jika dilihat kilas baliknya, sejarah menunjukkan bahwa meskipun koreksi pasar kerap terjadi saat krisis, pasar cenderung pulih seiring waktu,” jelas Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman.

Fanny menjelaskan bahwa perjalanan pasar saham Indonesia telah beberapa kali melewati masa-masa sulit, namun selalu menunjukkan kemampuan pulih. Ia mencontohkan, saat krisis keuangan global 2008, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok 58% dari titik tertingginya. Namun, hanya dalam waktu enam bulan, indeks melonjak 77%, bahkan naik 113% dalam kurun satu tahun setelah mencapai titik terendah.

Kondisi serupa terjadi pada periode taper tantrum 2013. IHSG yang sempat terkoreksi 24% berhasil pulih 16% dalam enam bulan dan 31% dalam setahun setelah menyentuh dasar. Demikian pula saat pandemi COVID-19 merebak pada 2020, indeks sempat jatuh 33%, namun bangkit 24% dalam enam bulan, dan pulih 59% setahun kemudian.

Melalui data historis tersebut, Fanny menyimpulkan bahwa meski pasar dapat mengalami fluktuasi tajam dalam jangka pendek, dalam jangka panjang potensi pemulihan sangat besar, terutama bagi investor yang bersikap disiplin dan memahami arah fundamental emiten.

Tiga Pilar Pendukung Strategi Investasi Jangka Panjang

1. Fundamental sebagai fondasi utama

Menurut Fanny, harga saham memang sangat dipengaruhi sentimen dalam jangka pendek, mulai dari kondisi makroekonomi, suku bunga global, hingga dinamika geopolitik. Namun untuk jangka panjang, performa saham sangat ditentukan oleh kualitas fundamental perusahaan, seperti pertumbuhan laba, efisiensi operasional, potensi bisnis, serta daya saing di industrinya.

“Yang terpenting jika berminat menjadi investor jangka panjang adalah tetap konsisten dalam berinvestasi, memahami kondisi fundamental perusahaan, dan tidak terbawa arus fluktuasi jangka pendek,” tegasnya.

2. Konsistensi dan diversifikasi sebagai penyeimbang risiko

Fanny juga menekankan pentingnya pendekatan investasi berkala atau dollar-cost averaging (DCA) sebagai strategi mengelola risiko. Dengan investasi rutin, investor tidak perlu terlalu khawatir soal timing pasar. Mereka juga dapat tetap berinvestasi saat harga saham turun, sehingga mendapatkan valuasi lebih menarik.

Di sisi lain, diversifikasi portofolio juga menjadi kunci untuk mengurangi risiko. Menggabungkan saham dari berbagai sektor—baik defensif seperti konsumer maupun sektor siklikal seperti energi—dapat memberikan perlindungan saat kondisi pasar tidak menentu.

“Menggabungkan saham dari sektor defensif seperti konsumer dengan sektor siklikal seperti energi atau komoditas dapat membantu mengurangi dampak volatilitas saat terjadi perubahan global yang signifikan,” imbuh Fanny.

3. Ketidakpastian sebagai peluang akumulasi

Alih-alih takut akan ketidakpastian, investor justru bisa memanfaatkan masa volatilitas tinggi sebagai momen akumulasi. Menurut Fanny, koreksi harga yang terjadi di tengah ketidakpastian dapat menjadi peluang membeli saham-saham berkualitas pada valuasi menarik.

Ia menyarankan agar investor tidak terpaku pada prediksi pasar atau mencoba menebak waktu terbaik untuk masuk. Fokus utama justru harus pada lamanya waktu bertahan di pasar dan kedisiplinan dalam menjaga konsistensi investasi.

Investasi Saham Bukan Soal Waktu Masuk, Tapi Konsistensi Bertahan

“Dalam investasi, kunci keberhasilan bukan terletak pada satu waktu terbaik, tetapi pada seberapa lama dan konsisten seorang investor bertahan di pasar,” tutup Fanny.

Strategi jangka panjang memang bukan metode cepat kaya. Namun di tengah dinamika ekonomi global, pendekatan ini terus membuktikan keandalannya dalam membantu investor membangun portofolio yang tangguh dan tumbuh secara berkelanjutan. Dibutuhkan kesabaran, kedisiplinan, dan pemahaman mendalam atas kinerja fundamental emiten agar strategi ini dapat berjalan optimal.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, investor ritel memiliki peluang yang sama besarnya dengan investor institusi untuk meraih hasil investasi yang memuaskan dalam jangka panjang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index