Gas

PGN Perkuat Posisi Agregator Gas Bumi Nasional untuk Jaga Keberlanjutan Industri

PGN Perkuat Posisi Agregator Gas Bumi Nasional untuk Jaga Keberlanjutan Industri
PGN Perkuat Posisi Agregator Gas Bumi Nasional untuk Jaga Keberlanjutan Industri

JAKARTA PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) semakin menegaskan perannya sebagai agregator gas bumi nasional guna menjamin keberlanjutan pasokan energi untuk sektor industri di seluruh Indonesia. Langkah strategis ini dilakukan dengan memperkuat sinergi antara produksi, distribusi, dan infrastruktur gas bumi, sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mendorong transformasi energi nasional.

Direktur Utama PGN, Arief S. Handoko, menegaskan bahwa perusahaan memprioritaskan keterjangkauan harga bagi pelaku industri demi menjaga keberlanjutan pemanfaatan gas bumi sebagai energi transisi. “Komitmen ini dijalankan agar dapat menjaga keberlanjutan pemanfaatan gas bumi untuk kegiatan bisnis dan investasi industri, serta terus mendukung kebijakan pemerintah, sehingga memberikan multiplier effect terhadap perekonomian nasional,” kata Arief dalam acara Customer Business Forum di Jakarta.

Arief menyebut strategi PGN sebagai agregator gas nasional dibangun di atas tiga pilar utama, yaitu produksi dan alokasi gas, permintaan dan pemanfaatan, serta kesiapan infrastruktur. Ketiganya harus berjalan terpadu agar kebutuhan pasokan gas industri nasional dapat terlayani dengan optimal. Saat ini PGN mengelola jaringan pipa gas bumi sepanjang lebih dari 31.000 kilometer, termasuk fasilitas regasifikasi LNG di Arun (Aceh), Lampung, dan Jawa Barat.

Meski memiliki jaringan infrastruktur pipa yang luas, PGN mengakui bahwa tidak semua kebutuhan industri bisa dipenuhi hanya melalui pasokan pipa. Karena itu, sejak Mei 2024, PGN mengembangkan penggunaan LNG sebagai alternatif untuk menutupi kekurangan pasokan gas pipa. “LNG terus digarap agar dapat menjadi portofolio pasokan domestik dalam jangka panjang, sehingga diharapkan harga yang diformulasikan bisa tetap kompetitif,” tambah Arief.

Guna mengantisipasi ketidakseimbangan pasokan dan permintaan, terutama di kawasan timur Indonesia, PGN merencanakan pembangunan LNG Hub di beberapa lokasi strategis. Anas Pradipta, Group Head Gas Supply & LNG Trading PGN, menjelaskan bahwa fasilitas LNG Hub ini dirancang untuk meningkatkan fleksibilitas distribusi gas non-pipa dan dapat menampung produksi dari lapangan-lapangan baru, termasuk Masela.

“Sebagai agregator gas bumi nasional, PGN sangat siap untuk menyerap produksi gas dari proyek-proyek pengembangan lapangan-lapangan baru,” ujar Anas. Dengan adanya LNG Hub, distribusi gas bumi ke daerah yang belum terjangkau jaringan pipa diharapkan menjadi lebih cepat dan efisien.

Langkah-langkah ini menunjukkan keseriusan PGN dalam mendukung target pemerintah mencapai Net Zero Emission pada 2060. Infrastruktur gas yang dikelola PGN kini mencakup lebih dari 95% jaringan hilir nasional, melayani lebih dari 820.000 pelanggan di 17 provinsi, dengan total penyaluran gas sebesar 854 BBTUD.

Selain memperkuat infrastruktur, PGN juga berkomitmen pada inovasi teknologi dan digitalisasi proses bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan. Rachmat, selaku pemimpin transformasi perusahaan, mengungkapkan PGN mengusung tiga pilar transformasi: Grow, Adapt, dan Step Out (GAS). Fokus transformasi ini mencakup pengembangan terminal LNG, diversifikasi portofolio produk seperti LNG trading dan biomethane, serta kerja sama strategis antar-BUMN maupun dengan mitra swasta.

PGN juga mengembangkan solusi logistik gas beyond-pipeline, seperti LNG microbulk, tabung LNG, CNG silinder, hingga rencana kapal bunkering LNG dan modular mini-plant. Inovasi ini dirancang agar pasokan gas dapat menjangkau segmen industri dan komersial yang belum tersambung dengan jaringan pipa utama.

Direktur Komersial PGN, Ratih Esti Prihatini, menambahkan bahwa perusahaan menyediakan berbagai paket layanan yang fleksibel sesuai kebutuhan dan karakteristik pelanggan di setiap daerah. “Kami memiliki diferensiasi produk dan layanan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi paling optimal bagi pelanggan dalam menggunakan gas bumi,” ujar Ratih.

Skema harga yang ditetapkan PGN mengedepankan prinsip transparansi dan fairness. Jika harga LNG global turun, PGN akan menurunkan harga ke pelanggan agar mereka dapat merasakan manfaatnya. Namun, bila harga LNG global naik, harga jual PGN juga bisa disesuaikan, meski tetap kompetitif. “PGN akan terus menginformasikan perkembangan yang terjadi kepada pelanggan dan memastikan mereka memperoleh price signal yang tepat serta harga gas yang kompetitif,” imbuh Ratih.

Ratih juga menekankan pentingnya menjaga komunikasi terbuka dengan pelanggan di tengah dinamika harga global dan risiko geopolitik, terutama konflik di Timur Tengah, yang berdampak langsung pada pasokan dan harga energi dunia. “Kami ingin pelanggan selalu mendapatkan informasi terbaru agar dapat mengambil keputusan bisnis yang lebih tepat,” tegasnya.

Di sisi lain, PGN menegaskan komitmennya terhadap kepatuhan regulasi nasional. Perusahaan aktif berkolaborasi dengan pemerintah dan pelaku usaha hulu-hilir untuk memperkuat ketahanan energi nasional. Sinergi ini diharapkan dapat memperlancar pengembangan infrastruktur dan memastikan keberlangsungan pasokan gas bumi sebagai energi transisi yang lebih bersih dibandingkan bahan bakar fosil lainnya.

Multiplier Effect untuk Ekonomi Nasional

Dengan mengoptimalkan peran agregator gas bumi nasional, PGN berupaya mendorong multiplier effect bagi ekonomi nasional. Dampaknya meliputi stabilisasi harga energi, mendukung keberlanjutan investasi industri, meningkatkan daya saing sektor manufaktur, hingga memperluas pembangunan kawasan industri baru. Akses yang lebih luas terhadap energi bersih juga akan mendukung terciptanya lapangan kerja baru dan menumbuhkan pusat-pusat ekonomi baru di luar Pulau Jawa.

Prospek dan Tantangan

Kendati demikian, sejumlah tantangan masih menanti. Di antaranya adalah pembangunan infrastruktur di wilayah terpencil yang membutuhkan biaya besar, volatilitas harga LNG global yang dapat memengaruhi harga gas domestik, serta penyusunan roadmap transisi energi ke biomethane dan hidrogen yang menjadi fokus pemerintah di masa mendatang.

Namun, dengan strategi menyeluruh yang menggabungkan kebijakan tepat, teknologi canggih, dan praktik komersial adaptif, PGN optimistis dapat mempertahankan kinerja positif dan terus menjadi tulang punggung pasokan energi bagi sektor industri nasional. Langkah ini sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam mempercepat transisi energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index