JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) terus mempertegas langkahnya sebagai pionir transisi energi bersih di Indonesia. Perusahaan energi panas bumi milik PT Pertamina (Persero) ini menargetkan peningkatan kapasitas terpasang mandiri hingga mencapai 1 gigawatt (GW) dalam upaya mempercepat realisasi energi hijau nasional.
Saat ini, PGEO menjadi pemimpin di sektor panas bumi dengan kapasitas terpasang sebesar 1.877,5 megawatt (MW), menjadikannya perusahaan panas bumi dengan kapasitas terbesar di Tanah Air. Dari total kapasitas tersebut, 672,5 MW dikelola secara mandiri oleh PGEO, sementara 1.205 MW lainnya dikelola melalui skema Joint Operation Contract (JOC).
Langkah agresif yang dilakukan PGEO ini merupakan bagian dari strategi besar dalam mendukung target pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
“Pertamina Geothermal Energy berkomitmen untuk mendukung target transisi energi nasional dengan meningkatkan kapasitas terpasang mandiri hingga 1 GW pada 2026, dan terus bertambah menjadi 1,7 GW pada 2033,” jelas manajemen PGEO.
Kontribusi Besar PGEO dalam Transisi Energi Nasional
PGEO memainkan peran vital dalam sektor energi bersih nasional. Energi panas bumi yang dikelola perusahaan tidak hanya menyuplai kebutuhan listrik nasional, tetapi juga berkontribusi signifikan dalam mengurangi emisi karbon.
Tahun lalu, PGEO mencatatkan produksi listrik sebesar 4.827,22 gigawatt hour (GWh), meningkat 1,96% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didukung oleh kinerja positif di sejumlah wilayah kerja panas bumi (WKP) unggulan, antara lain:
Area Kamojang mengalami pertumbuhan produksi sebesar +5,36%
Area Lahendong mencatatkan pertumbuhan +0,40%
Area Lumut Balai tumbuh sebesar +2,72%
Dengan angka produksi tersebut, energi bersih dari PGEO mampu menyuplai lebih dari 2 juta rumah tangga di Indonesia. Lebih jauh lagi, keberhasilan ini diproyeksikan dapat menurunkan emisi karbon hingga 9,7 juta ton CO? per tahun.
Kontribusi tersebut mempertegas posisi PGEO sebagai garda terdepan dalam upaya transisi menuju energi rendah karbon di Indonesia.
Komitmen Lingkungan yang Konsisten
Selain fokus pada aspek bisnis dan produksi, PGEO juga menunjukkan konsistensi tinggi dalam pelestarian lingkungan. Komitmen ini dibuktikan dengan capaian 18 penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), salah satunya bahkan diraih 14 kali berturut-turut oleh Pertamina Geothermal Area Kamojang.
Penghargaan PROPER Emas merupakan bentuk apresiasi pemerintah atas kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. Ini menunjukkan bahwa PGEO tidak hanya mementingkan sisi bisnis, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan keseimbangan lingkungan hidup.
“Prestasi PROPER Emas yang kami raih merupakan bukti nyata bahwa bisnis energi bersih bisa berjalan beriringan dengan upaya pelestarian lingkungan,” tulis PGEO dalam laporan resminya.
Proyek Strategis: Lumut Balai Unit 2
Untuk mendukung target kapasitas 1 GW pada 2026, PGEO tengah mengembangkan beberapa proyek strategis. Salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2, yang saat ini sedang dalam tahap finalisasi dan ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan 2025.
Proyek Lumut Balai Unit 2 merupakan bagian dari upaya PGEO untuk meningkatkan pasokan energi bersih secara signifikan. Sinkronisasi pembangkit ini diklaim mampu memperkuat sistem kelistrikan, termasuk mendukung operasional moda transportasi ramah lingkungan seperti kereta cepat Whoosh.
Dengan beroperasinya Lumut Balai Unit 2, kapasitas produksi PGEO akan semakin meningkat, mendekati target kapasitas mandiri 1 GW yang menjadi prioritas dalam rencana strategis jangka menengah perusahaan.
Sinergi dalam Mewujudkan Net Zero Emission 2060
Transisi menuju energi hijau bukan hanya merupakan tuntutan global, tetapi juga menjadi komitmen nasional Indonesia. PGEO sebagai salah satu ujung tombak energi baru terbarukan di sektor panas bumi menyatakan siap mendukung penuh roadmap pemerintah terkait pengurangan emisi karbon secara bertahap.
Pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan (EBT) mencapai 23% pada 2025, dan meningkat menjadi 31% pada 2050. Dalam konteks ini, energi panas bumi yang bersifat bersih, berkelanjutan, dan stabil memiliki peran strategis dalam menopang sistem ketahanan energi nasional.
“PGEO akan terus memperluas wilayah kerja panas bumi di berbagai potensi daerah Indonesia, sekaligus mendukung program transisi energi dan pencapaian Net Zero Emission 2060,” tegas manajemen perusahaan.
Ke depan, PGEO akan mengembangkan portofolio bisnis tidak hanya dalam lingkup pembangkitan energi, tetapi juga turut mendukung inisiatif industri hijau nasional yang berbasis rendah karbon.
Kinerja Saham dan Dukungan Investor
Sebagai perusahaan terbuka, PGEO juga mendapatkan perhatian besar dari para investor. Meski sempat mencatatkan fluktuasi harga saham di pasar modal, fundamental bisnis PGEO dinilai kuat, mengingat prospek panas bumi sebagai salah satu sumber energi masa depan.
Perluasan kapasitas, pengembangan proyek strategis, serta konsistensi PGEO dalam menjaga lingkungan menjadi nilai tambah bagi investor yang mengincar sektor energi baru terbarukan.
Dengan berbekal kinerja operasional yang solid, target peningkatan kapasitas mandiri, dan dukungan penuh dari holding Pertamina, PGEO diproyeksikan akan terus memperkuat posisinya di pasar energi hijau domestik maupun global.
Menuju Masa Depan Energi Bersih
Melalui langkah strategis dan inovatif, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk menegaskan perannya sebagai penggerak utama energi bersih nasional. Dengan target kapasitas mandiri 1 GW dalam waktu dekat, PGEO bukan hanya mengejar angka, tetapi juga mengusung misi besar untuk menghadirkan masa depan energi Indonesia yang lebih bersih, lebih hijau, dan lebih berkelanjutan.