JAKARTA – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara terbuka mengungkap penyebab utama tingginya kasus Tuberkulosis (TBC) di Tanah Air. Dalam pernyataannya, Prabowo menilai rendahnya kesadaran masyarakat terhadap gejala awal dan pemeriksaan dini menjadi faktor krusial yang membuat Indonesia masih berada dalam jajaran negara dengan beban TBC tertinggi di dunia.
Pernyataan ini disampaikan Prabowo saat berdiskusi dengan tujuh jurnalis senior di kediamannya di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini. Dalam perbincangan tersebut, ia menyoroti masih lemahnya deteksi dini dan sikap abai masyarakat terhadap tanda-tanda awal TBC sebagai pemicu utama tingginya jumlah kasus dan kematian akibat penyakit ini.
“Kita punya pengidap TBC, tuberkulosis, salah satu yang tertinggi di dunia. Para ahli mengatakan begitu ketahuan sudah stadium lanjut. Padahal TBC mudah diobati, banyak negara sudah tidak ada TBC,” ungkap Presiden Prabowo sebagaimana dikutip dari kanal YouTube.
Angka Kasus TBC di Indonesia Terus Meningkat
Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2024 diperkirakan terdapat sekitar 1.090.000 kasus TBC di seluruh wilayah Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 125.000 kematian terjadi akibat komplikasi penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan diobati jika dideteksi sejak awal.
Secara global, World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 10,8 juta orang menderita TBC sepanjang tahun 2023 dengan 1 juta kematian, menunjukkan bahwa penyakit ini masih menjadi ancaman serius di tingkat dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Gejala Awal Sering Diabaikan, Pemeriksaan Dini Jadi Kunci
Prabowo menilai, banyak warga Indonesia yang mengabaikan gejala awal TBC, seperti batuk yang berlangsung lama, kelelahan, dan penurunan berat badan. Akibatnya, sebagian besar kasus baru terdeteksi setelah memasuki stadium lanjut, saat kondisi pasien sudah memburuk dan proses penyembuhan menjadi lebih sulit dan mahal.
“Kita kenapa? Tidak mau mengecek. Batuk-batuk dikira masuk angin, flu, abis itu batuk-batuk nggak selesai-selesai, oh alergi. Nggak mau periksa,” jelas Prabowo.
Cek Kesehatan Gratis Didorong untuk Seluruh Warga
Menyadari pentingnya deteksi dini, Presiden Prabowo mendorong masyarakat untuk memanfaatkan layanan cek kesehatan gratis yang telah disediakan pemerintah. Menurutnya, langkah ini akan sangat membantu menekan angka kematian akibat TBC serta penyakit kronis lainnya yang bisa dideteksi lebih awal.
“Kita bikin cek kesehatan gratis, kalau lebih dini ketahuan, lebih gampang, lebih murah mengobatinya. Dan korban TBC di kita bisa lebih menurun,” tambah Prabowo.
Upaya ini, lanjutnya, menjadi bagian dari komitmen pemerintah dalam memperkuat sistem layanan kesehatan dasar dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan penyakit menular.
Pentingnya Edukasi dan Peran Aktif Masyarakat
Para pakar kesehatan menekankan pentingnya edukasi publik sebagai strategi untuk mengatasi wabah TBC yang masih melanda. Selain meningkatkan akses layanan kesehatan, pemerintah juga diimbau untuk memperkuat program komunikasi risiko dan penyuluhan secara masif ke seluruh lapisan masyarakat.
“Kesadaran masyarakat menjadi kunci dalam pemberantasan TBC. Tanpa partisipasi aktif warga untuk memeriksakan diri, upaya pemerintah bisa jadi tidak efektif,” ujar seorang epidemiolog dari Universitas Indonesia, yang tak disebutkan namanya dalam diskusi publik sebelumnya.
TBC Masih Jadi Ancaman, Perlu Sinergi Nasional
TBC merupakan penyakit menular yang menyerang paru-paru dan bisa menular melalui udara. Penularan dapat terjadi jika seseorang menghirup droplet dari batuk atau bersin penderita TBC aktif. Meskipun tergolong penyakit yang dapat diobati, deteksi dini sangat penting agar pengobatan bisa dilakukan secara efektif dan pasien sembuh total.
Pemerintah Indonesia terus menggencarkan program eliminasi TBC melalui pendekatan “Temukan, Obati Sampai Sembuh” (TOSS TBC) yang didukung oleh penyediaan obat gratis dan pelatihan bagi tenaga kesehatan di puskesmas maupun rumah sakit.