Kemenkes Tegaskan Pentingnya Literasi Kesehatan Ibu Hamil Sejak Remaja: Kunci Cegah Kehamilan Berisiko dan Tingkatkan Kesehatan Generasi Mendatang

Selasa, 08 April 2025 | 12:27:14 WIB
Kemenkes Tegaskan Pentingnya Literasi Kesehatan Ibu Hamil Sejak Remaja: Kunci Cegah Kehamilan Berisiko dan Tingkatkan Kesehatan Generasi Mendatang

JAKARTA - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menekankan pentingnya meningkatkan literasi kesehatan bagi perempuan sejak usia remaja sebagai langkah strategis dalam menekan angka kehamilan berisiko dan memperkuat kualitas kesehatan ibu dan anak. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes, Dr. Imran Pambudi, dalam peringatan Hari Kesehatan Dunia yang jatuh pada Senin, 7 April 2025.

Dalam tema global Hari Kesehatan Dunia tahun ini yang mengangkat “Healthy Beginnings, Hopeful Futures”, Kemenkes menggarisbawahi pentingnya edukasi dan persiapan kesehatan sejak masa remaja sebagai fondasi utama bagi kehamilan yang sehat dan masa depan anak yang lebih baik.

“Perempuan remaja harus dipersiapkan secara fisik dan mental sebelum fase pernikahan dan kehamilan agar siap untuk berproduksi,” ujar Dr. Imran.

Remaja, Waktu Emas Persiapan Menjadi Ibu

Dr. Imran menyoroti bahwa masih banyak perempuan di Indonesia yang baru memperhatikan kesehatan reproduksi saat mereka telah memasuki masa kehamilan. Padahal, menurutnya, masa remaja merupakan waktu emas untuk membentuk kesiapan fisik dan psikis sebagai calon ibu.

Ketidaksiapan fisik dan mental pada perempuan yang menikah dan hamil dalam usia terlalu muda berpotensi memunculkan komplikasi kehamilan, kelahiran prematur, bahkan tingginya risiko kematian ibu dan bayi.

“Pernikahan seharusnya dilakukan dalam usia cukup, minimal 17 tahun. Ini untuk menjamin kematangan organ reproduksi dan kesiapan mental dalam mengasuh anak,” jelas Dr. Imran.

Pentingnya Pemeriksaan Kehamilan (ANC) dan Edukasi Berkala

Salah satu upaya penting dalam menjaga kehamilan sehat adalah pemeriksaan antenatal care (ANC) secara rutin. Dr. Imran menyarankan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan ANC minimal enam kali selama masa kehamilan, agar kondisi ibu dan janin dapat terus dipantau.

Namun, Imran menegaskan bahwa pemeriksaan saja tidak cukup. Setiap kunjungan ANC harus dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi menyeluruh, terutama mengenai pola makan, gaya hidup sehat, serta tanda bahaya kehamilan.

“Jangan hanya diperiksa, tapi ibu harus diberi pemahaman tentang pola makan dan perawatan kehamilan,” tegasnya.

Buku KIA: Sumber Informasi Kesehatan Keluarga

Dalam upaya memperluas literasi kesehatan, Kemenkes terus mendorong penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) secara aktif. Buku ini memuat informasi penting tentang kehamilan, persalinan, perawatan bayi, hingga tumbuh kembang anak hingga usia 12 tahun.

“Buku KIA isinya tentang pencatatan kehamilan dan kesehatan pada saat diperiksa, di situ cukup banyak informasi-informasi kesehatan,” kata Dr. Imran.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa penggunaan Buku KIA tidak boleh hanya menjadi catatan pasif. Tenaga kesehatan harus secara aktif menjelaskan isi buku tersebut kepada ibu dan pasangannya, agar pemahaman terhadap informasi kesehatan menjadi lebih maksimal.

Keterlibatan Suami dan Keluarga: Faktor Penentu Keberhasilan

Literasi kesehatan ibu hamil bukan hanya tanggung jawab perempuan, melainkan seluruh anggota keluarga, terutama suami. Dr. Imran menekankan pentingnya dukungan sosial dan emosional dari lingkungan sekitar, termasuk pasangan hidup, yang berperan besar dalam menjaga kondisi fisik dan mental ibu hamil.

“Literasi kesehatan ibu hamil tidak hanya cukup menyasar kepada ibu, melainkan juga keluarga dan suami,” ucapnya.

Dukungan keluarga yang baik tidak hanya membantu ibu menjalani kehamilan dengan lebih nyaman, tetapi juga menurunkan risiko stres, depresi, dan komplikasi lain yang dapat berdampak negatif bagi janin.

Indonesia Masih Hadapi Tantangan Kesehatan Ibu dan Anak

Meskipun berbagai program telah dijalankan, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam hal kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan data Kemenkes, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan negara tetangga, sebagian besar disebabkan oleh kehamilan berisiko, keterlambatan penanganan medis, serta rendahnya pemahaman masyarakat terhadap kesehatan reproduksi.

Dengan memperkuat literasi kesehatan sejak remaja, Kemenkes berharap dapat menciptakan generasi muda yang lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan siap menjalani peran sebagai orang tua di masa depan.

Strategi Kemenkes: Kolaborasi, Digitalisasi, dan Penguatan SDM

Dalam upaya memperluas jangkauan edukasi kesehatan ibu dan anak, Kemenkes kini gencar mendorong digitalisasi layanan kesehatan. Salah satu bentuknya adalah pengembangan aplikasi mobile berbasis Buku KIA dan pelatihan digital untuk tenaga kesehatan di daerah terpencil.

Selain itu, Kemenkes juga memperkuat kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk menyisipkan materi literasi kesehatan dalam kurikulum pendidikan sejak tingkat SMP dan SMA.

“Kami juga sedang menjajaki kerjasama dengan berbagai platform digital dan media sosial agar pesan kesehatan bisa sampai ke anak muda,” ungkap Dr. Imran.

Hari Kesehatan Dunia Jadi Momentum Evaluasi dan Aksi Nyata

Momentum Hari Kesehatan Dunia dijadikan titik balik oleh Kemenkes untuk mempercepat akselerasi program kesehatan ibu dan anak di seluruh Indonesia. Selain kampanye publik, berbagai kegiatan edukasi digelar di puskesmas, rumah sakit, dan komunitas.

“Harapan kami, edukasi kesehatan ini dapat menciptakan awal kehidupan yang sehat bagi bayi dan masa depan yang lebih cerah bagi keluarga Indonesia,” pungkas Dr. Imran.

Terkini