Pemerintah Jepang Peringatkan Potensi Gempa Dahsyat dari Palung Nankai, Ini Penyebab Negeri Sakura Rawan Gempa dan Tsunami

Senin, 07 April 2025 | 13:23:22 WIB
Pemerintah Jepang Peringatkan Potensi Gempa Dahsyat dari Palung Nankai, Ini Penyebab Negeri Sakura Rawan Gempa dan Tsunami

JAKARTA  – Pemerintah Jepang kembali mengeluarkan peringatan dini terkait potensi gempa bumi besar yang berpusat di zona subduksi Palung Nankai, wilayah rawan gempa yang terletak di selatan negara tersebut. Peringatan ini menegaskan kembali posisi Jepang sebagai salah satu negara paling rawan gempa dan tsunami di dunia, akibat kompleksitas geologis yang mengitarinya.

Berdasarkan laporan terbaru dari Japan Meteorological Agency (JMA), Jepang mengalami lebih dari 1.500 gempa dengan magnitudo di atas 5 setiap tahunnya. Bahkan, beberapa di antaranya memicu tsunami dan kerusakan infrastruktur yang parah. Salah satu contoh paling tragis adalah Gempa Tohoku tahun 2011 yang memicu tsunami raksasa setinggi 40 meter dan menewaskan lebih dari 19.000 orang.

Gempa bumi besar terbaru tercatat pada awal tahun 2024 di Prefektur Ishikawa, dengan kekuatan magnitudo 7,5 yang menyebabkan tsunami setinggi 7,45 meter. Bencana ini mengakibatkan kerusakan luas dan memperkuat urgensi Jepang untuk terus memperbarui sistem mitigasi dan peringatan dini.

Kenapa Jepang Sering Dilanda Gempa Besar?

Menurut para ahli geologi, ada beberapa faktor utama yang membuat Jepang sangat rentan terhadap gempa bumi dan tsunami. Faktor-faktor ini berhubungan erat dengan posisi geografis, struktur geologis, serta dinamika lempeng tektonik yang aktif di kawasan tersebut.

1. Terletak di Cincin Api Pasifik

Jepang berada di wilayah Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), zona seismik paling aktif di dunia yang membentang sepanjang 40.000 kilometer. Kawasan ini dikelilingi oleh sejumlah besar gunung berapi dan patahan aktif yang menjadi titik pertemuan beberapa lempeng tektonik besar, seperti Lempeng Pasifik dan Lempeng Filipina.

Ketika dua lempeng bertabrakan atau saling menyusup (subduksi), tekanan besar terbentuk di bawah permukaan bumi. Jika tekanan ini terlepas secara tiba-tiba, maka terjadilah gempa bumi dengan kekuatan yang dapat menghancurkan.

“Jepang berada di jalur tabrakan empat lempeng utama, dan ini membuatnya sangat aktif secara seismik,” kata seorang pejabat dari Japan Meteorological Agency.

2. Aktivitas Subduksi di Palung Nankai

Palung Nankai adalah salah satu palung laut terdalam di dunia, dengan kedalaman mencapai 8.410 meter. Di kawasan ini, Lempeng Filipina terus bergerak menyusup ke bawah Lempeng Eurasia dalam proses yang dikenal sebagai subduksi. Proses ini menghasilkan tekanan luar biasa yang sewaktu-waktu bisa dilepaskan dalam bentuk gempa bumi raksasa.

“Palung Nankai merupakan salah satu sumber gempa paling berbahaya di Jepang. Potensi gempa di sini bisa mencapai magnitudo 9 atau lebih, yang tentu berisiko memicu tsunami besar,” ungkap peneliti geologi dari National Research Institute for Earth Science and Disaster Resilience (NIED).

Gempa Tohoku tahun 2011, yang kekuatannya mencapai magnitudo 9,1, merupakan contoh nyata dari dampak destruktif akibat aktivitas subduksi di wilayah laut lepas Jepang.

3. Struktur Topografi dan Patahan Aktif

Topografi Jepang yang bergunung-gunung dan garis pantai yang panjang dan berlekuk-lekuk memperparah potensi kerusakan akibat gempa dan tsunami. Negara ini juga dipenuhi oleh ribuan patahan aktif yang membentang dari utara hingga selatan, sehingga hampir setiap wilayah memiliki risiko bencana yang cukup tinggi.

“Patahan-patahan yang tersebar luas membuat prediksi gempa semakin sulit. Seringkali, gempa terjadi di tempat yang belum teridentifikasi sebelumnya sebagai zona rawan,” ujar pakar geoteknik dari Universitas Tokyo.

4. Iklim Ekstrem yang Memperparah Dampak

Selain geologi, kondisi iklim ekstrem seperti badai tropis dan curah hujan tinggi juga memperburuk dampak bencana alam. Longsor, banjir, dan kerusakan infrastruktur sering kali mengikuti gempa besar, membuat proses evakuasi dan penyelamatan semakin menantang.

Upaya Mitigasi dan Kesiapsiagaan Jepang

Dengan sejarah panjang menghadapi bencana alam, Jepang menjadi salah satu negara paling maju dalam sistem mitigasi dan peringatan dini. Pemerintah telah mengembangkan jaringan sensor seismik, sirene peringatan tsunami, hingga aplikasi darurat yang terintegrasi secara nasional. Selain itu, latihan evakuasi rutin dilakukan di sekolah-sekolah dan tempat kerja.

“Meski kita tidak bisa menghentikan gempa, kita bisa mengurangi dampaknya dengan sistem yang tepat dan kesadaran masyarakat,” tegas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Jepang.

Meski telah melakukan berbagai upaya mitigasi, tantangan yang dihadapi Jepang tetap besar. Terlebih dengan prediksi pemerintah yang menyebut kemungkinan gempa besar dari Palung Nankai dalam beberapa dekade mendatang, kewaspadaan harus terus ditingkatkan.

Posisi geografis Jepang yang berada di pertemuan beberapa lempeng tektonik, keberadaan palung laut dalam seperti Palung Nankai, serta struktur geologis yang kompleks membuat negara ini sangat rentan terhadap gempa bumi dan tsunami. Namun, melalui sistem mitigasi bencana yang komprehensif dan kesadaran publik yang tinggi, Jepang terus berusaha mengurangi risiko dan dampak dari bencana-bencana alam tersebut.

Dengan semakin seringnya peringatan dikeluarkan oleh pemerintah, masyarakat internasional pun diingatkan akan pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana geologi, bukan hanya di Jepang, tapi juga di negara-negara lain yang berada di zona seismik aktif.

Terkini