Imbas Sistem One Way, Jalur Pantura Cirebon Dipadati Truk dan Kendaraan Logistik: Arus Balik Lebaran 2025 Membeludak

Sabtu, 05 April 2025 | 09:14:38 WIB

JAKARTA - Pemberlakuan sistem satu arah (one way) di ruas tol utama dalam rangka mengurai kepadatan arus balik Lebaran 2025 berdampak signifikan terhadap jalur arteri Pantura, khususnya di wilayah Kota Cirebon. Sejak Sabtu dini hari, 5 April 2025, kepadatan lalu lintas meningkat tajam di sepanjang jalur tersebut, seiring dengan dialihkannya truk-truk besar dan kendaraan logistik keluar dari jalur tol.

Pantauan di lapangan menunjukkan antrean panjang kendaraan logistik yang memadati jalur Pantura, terutama di titik-titik strategis seperti perempatan Kedawung, Jalan Brigjen Dharsono, serta kawasan sekitar Pasar Weru. Kendaraan-kendaraan besar tampak bergerak perlahan akibat tingginya volume kendaraan yang melintas.

"Akibat pemberlakuan one way di jalan tol, seluruh kendaraan logistik dan truk besar dialihkan ke jalur Pantura. Ini menyebabkan kemacetan yang cukup parah di beberapa titik di wilayah Cirebon," kata Kasat Lantas Polres Cirebon Kota, AKP Triyono Raharja, saat dikonfirmasi.

Triyono menjelaskan, sistem one way yang diterapkan di tol Jakarta-Cikampek hingga Kalikangkung memang dirancang untuk mempercepat arus balik kendaraan pribadi dari arah Jawa Tengah menuju Jabodetabek. Namun, konsekuensinya adalah padatnya jalur alternatif yang dipenuhi kendaraan logistik.

"Kami sudah melakukan rekayasa lalu lintas di beberapa titik rawan kemacetan. Pengaturan ini dilakukan agar arus kendaraan tetap berjalan, meskipun memang kecepatan kendaraan menjadi sangat lambat," tambahnya.

Menurut data dari Dinas Perhubungan Kota Cirebon, lonjakan volume kendaraan di jalur Pantura diperkirakan mencapai lebih dari 60 persen dibandingkan dengan hari biasa. Sebagian besar kendaraan tersebut adalah truk pengangkut barang kebutuhan pokok, kendaraan pengangkut bahan bakar, serta kontainer yang biasanya melintas melalui jalur tol.

"Sistem one way memang efektif untuk mengurai kepadatan di tol, tetapi berdampak pada jalur arteri seperti Pantura. Kami terus berkoordinasi dengan kepolisian untuk memantau dan mengatur lalu lintas," ujar Kepala Dinas Perhubungan Kota Cirebon, Andri Wibowo.

Pemberlakuan sistem satu arah ini sejatinya sudah direncanakan sejak jauh hari oleh Kementerian Perhubungan dan Korps Lalu Lintas Polri sebagai bagian dari manajemen rekayasa lalu lintas arus mudik dan balik Lebaran 2025. Mengingat tingginya mobilitas masyarakat selama masa Lebaran, langkah ini dianggap sebagai solusi jangka pendek untuk mencegah kemacetan total di jalur tol utama.

Namun demikian, banyak pengemudi truk yang mengeluhkan kondisi ini. Salah satu sopir truk pengangkut sembako dari Semarang, Budi Santoso, mengungkapkan bahwa perjalanannya menuju Jakarta yang biasanya memakan waktu sekitar enam jam, kini harus ditempuh lebih dari 12 jam akibat kemacetan parah di jalur Pantura.

"Biasanya lewat tol, lebih cepat. Sekarang dialihkan ke Pantura, jadi macet total. Muatan juga jadi terlambat sampai tujuan," keluh Budi.

Senada dengan Budi, sopir truk ekspedisi asal Surabaya, Heri Purwanto, mengatakan bahwa kemacetan di jalur Pantura sangat mengganggu distribusi barang. "Kami bawa barang-barang kebutuhan pokok yang seharusnya cepat sampai ke pasar-pasar di Jabodetabek. Tapi karena macet, pengiriman jadi terlambat dan bisa memengaruhi stok di pasar," jelasnya.

Tidak hanya pengemudi, masyarakat sekitar jalur Pantura Cirebon juga merasakan dampaknya. Warga di sekitar Jalan Brigjen Dharsono, Siti Aminah, mengungkapkan bahwa kemacetan membuat akses mereka terganggu. "Kami mau keluar masuk rumah jadi susah. Bunyi klakson kendaraan sepanjang malam bikin tidak bisa tidur nyenyak," ujarnya.

Meski begitu, pemerintah daerah terus berupaya mengendalikan situasi. "Kami bersama kepolisian dan dinas terkait melakukan patroli dan pengaturan lalu lintas 24 jam untuk meminimalisir kemacetan dan menghindari kecelakaan akibat kepadatan kendaraan," tegas Andri Wibowo.

Pihak kepolisian juga menghimbau kepada para pengguna jalan untuk tetap bersabar dan mematuhi arahan petugas di lapangan. "Kami imbau para pengemudi untuk mematuhi rambu lalu lintas dan arahan petugas. Keselamatan adalah yang utama," ujar AKP Triyono.

Lebih lanjut, berdasarkan pantauan udara menggunakan drone yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Cirebon, kepadatan terparah terjadi di jalur Pantura arah barat menuju Jakarta. Kendaraan nyaris tidak bergerak di beberapa ruas jalan, khususnya menjelang simpang-simpang utama dan pasar tradisional yang menjadi titik pertemuan arus kendaraan lokal dan kendaraan berat.

Untuk mengurai kemacetan tersebut, pihak kepolisian bersama Dinas Perhubungan juga memberlakukan sistem buka-tutup di beberapa ruas jalan. Selain itu, jalur alternatif lain seperti jalur tengah dan jalur selatan juga mulai dimanfaatkan untuk menyebar volume kendaraan.

"Kami terus evaluasi situasi di lapangan. Jika diperlukan, akan ada penambahan personel untuk pengaturan lalu lintas agar arus balik Lebaran ini tetap lancar," pungkas AKP Triyono.

Dengan adanya kebijakan one way yang diperkirakan masih akan berlangsung hingga puncak arus balik selesai, warga dan para pengendara diimbau untuk terus memantau informasi lalu lintas terbaru. Pemerintah daerah juga menyediakan posko-posko informasi di titik strategis sepanjang jalur Pantura Cirebon untuk membantu para pengguna jalan.

Situasi ini menjadi pengingat pentingnya koordinasi lintas sektor dalam mengelola arus mudik dan balik Lebaran yang selalu menjadi tantangan tahunan di Indonesia. Meskipun upaya rekayasa lalu lintas telah dilakukan secara maksimal, tetap diperlukan kesabaran dan kewaspadaan tinggi dari seluruh pengguna jalan demi keselamatan bersama.

Terkini