PKH Dorong Keluarga Miskin di Jember Sekolahkan Anak Hingga Perguruan Tinggi

Jumat, 04 April 2025 | 15:22:17 WIB
PKH Dorong Keluarga Miskin di Jember Sekolahkan Anak Hingga Perguruan Tinggi

JAKARTA - Di Kabupaten Jember, Jawa Timur, peningkatan kualitas pendidikan bagi masyarakat pedesaan mulai menunjukkan tren positif. Seiring waktu, pola pikir masyarakat mengenai pentingnya pendidikan mulai berubah, khususnya setelah hadirnya Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini terbukti memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan angka partisipasi sekolah, terutama bagi anak-anak dari keluarga miskin.

Sebelum adanya PKH, mayoritas warga di wilayah pedesaan Jember hanya mampu menyekolahkan anak-anak mereka hingga jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun kini, dengan bantuan langsung tunai yang disalurkan melalui program tersebut, makin banyak keluarga yang mulai berharap dan berusaha menyekolahkan anak mereka hingga ke perguruan tinggi.

PKH merupakan program perlindungan sosial dari pemerintah berupa pemberian bantuan tunai bersyarat kepada keluarga miskin yang terdaftar. Program ini bertujuan untuk memutus rantai kemiskinan antar generasi dengan memberikan akses yang lebih baik terhadap layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Sasaran utama PKH adalah kaum ibu, sebagai pendorong utama perbaikan kualitas hidup keluarga.

Salah satu contoh nyata dari dampak positif PKH adalah Holis, seorang ibu rumah tangga di Jember yang telah menjadi penerima manfaat sejak 2015. Ia mengaku bahwa bantuan PKH sangat meringankan beban ekonomi keluarganya dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak. “Alhamdulillah, saya sangat terbantu dengan adanya bantuan PKH karena meringankan beban kami dalam memenuhi biaya pendidikan anak-anak sekolah, bahkan saya bisa menabung sedikit-sedikit,” ujarnya.

Pada awal menerima PKH, Holis mendapat bantuan sebesar Rp250 ribu per tiga bulan karena memiliki balita. Kini, dengan dua anak yang sudah bersekolah satu di tingkat SD dan satu di SMK besaran bantuannya meningkat menjadi Rp750 ribu per tiga bulan. Dana tersebut digunakan untuk keperluan sekolah seperti membeli perlengkapan sekolah, membayar seragam, dan memenuhi kebutuhan pokok anak-anak selama menempuh pendidikan.

Anak pertama Holis, Siti Firdatul Hasanah, juga mendapatkan bantuan tambahan melalui Program Indonesia Pintar (PIP). Dukungan ganda dari dua program ini menjadi pemacu semangatnya untuk terus belajar dan bercita-cita tinggi. Ia kini semakin serius mengejar prestasi di sekolah dengan harapan bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Kisah seperti Holis bukanlah satu-satunya di Jember. PKH telah menjangkau ribuan keluarga kurang mampu di berbagai kecamatan. Di Desa Klompangan, Kecamatan Ajung, misalnya, banyak penerima manfaat yang menyatakan kesanggupannya untuk terus mendampingi anak-anak mereka dalam pendidikan. Pendamping PKH di desa ini juga turut berperan aktif mendampingi keluarga dalam pengelolaan dana bantuan agar tepat guna.

Dalam pelaksanaannya, PKH memiliki tiga fokus utama, yaitu pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Kategori pendidikan mencakup bantuan bagi keluarga yang memiliki anak di jenjang SD, SMP, dan SMA. Bantuan disalurkan secara bertahap dan dievaluasi berdasarkan kehadiran anak di sekolah, laporan kesehatan anak, serta pelibatan orang tua dalam kegiatan sosial yang mendukung pendidikan anak.

Meski begitu, pelaksanaan PKH tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah pemanfaatan bantuan yang kadang disalahgunakan untuk kebutuhan konsumtif. Masih terdapat sebagian kecil penerima manfaat yang menggunakan dana PKH untuk belanja kebutuhan non-prioritas seperti barang elektronik atau produk rumah tangga yang tidak mendukung pendidikan anak. Kondisi ini menunjukkan perlunya penguatan edukasi dan pengawasan dalam pengelolaan dana bantuan.

Tantangan lain adalah adanya masyarakat yang bukan kategori miskin namun memanipulasi data untuk mendapatkan bantuan PKH. Pemerintah daerah bersama pendamping PKH terus berupaya memperbaiki sistem pendataan dengan melibatkan RT/RW dan tokoh masyarakat setempat agar penyaluran bantuan lebih tepat sasaran.

Pemerintah juga menekankan pentingnya peningkatan kemandirian penerima manfaat agar tidak terus bergantung pada bantuan. Melalui program pemberdayaan, PKH mendorong para ibu penerima manfaat untuk memulai usaha kecil, mengikuti pelatihan keterampilan, serta memanfaatkan potensi lokal yang ada di desa mereka. Diharapkan dengan pendekatan ini, keluarga tidak hanya fokus pada pendidikan anak, tetapi juga mampu meningkatkan pendapatan secara mandiri.

Dari segi monitoring, evaluasi berkala dilakukan oleh petugas Dinas Sosial dan pendamping PKH. Evaluasi ini mencakup efektivitas penggunaan bantuan, dampak terhadap partisipasi sekolah anak, dan perkembangan ekonomi keluarga penerima manfaat. Jika ada keluarga yang dianggap sudah cukup mandiri secara ekonomi, mereka akan dialihkan dari penerima PKH untuk memberi kesempatan kepada keluarga lain yang lebih membutuhkan.

Program ini telah menunjukkan bahwa ketika bantuan sosial disalurkan secara tepat dan dimanfaatkan secara bijak, hasilnya dapat mengubah arah hidup keluarga secara signifikan. Anak-anak yang sebelumnya terancam putus sekolah kini bisa bercita-cita menjadi guru, dokter, atau profesional di berbagai bidang. Pendidikan menjadi jembatan utama yang membuka jalan keluar dari kemiskinan.

PKH tidak hanya memberikan bantuan dalam bentuk uang, tetapi juga harapan dan semangat baru bagi keluarga miskin. Dengan dorongan yang tepat, keluarga penerima manfaat kini mulai melihat pendidikan sebagai investasi jangka panjang bagi masa depan anak-anak mereka.

Perubahan nyata seperti ini menunjukkan bahwa keberhasilan program pemerintah sangat bergantung pada sinergi antara bantuan finansial, pendampingan yang konsisten, serta kesadaran masyarakat dalam mengelola bantuan tersebut. Jika semua pihak menjalankan perannya secara optimal, maka cita-cita untuk mengentaskan kemiskinan melalui jalur pendidikan bukan lagi impian, melainkan sebuah kenyataan yang sedang terbentuk, satu keluarga demi satu keluarga di pelosok Jember.

Terkini