Petani Kopi Jambi Tingkatkan Agroforestri dan Intensifikasi untuk Hadapi Perubahan Iklim

Senin, 03 Maret 2025 | 10:21:32 WIB
Petani Kopi Jambi Tingkatkan Agroforestri dan Intensifikasi untuk Hadapi Perubahan Iklim

JAKARTA - Dengan kondisi perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan, petani kopi di Jambi mulai mengadopsi strategi baru demi keberlanjutan industri kopi mereka. Laporan riset yang dipublikasikan oleh Aaron P David dari Royal Botanic Garden, Inggris, menjadi peringatan serius bagi para petani. Dalam studi yang diterbitkan di Science Advance pada Juni 2019, disebutkan bahwa 60 persen spesies kopi liar terancam punah akibat perubahan iklim. Selain itu, produksi kopi robusta dan arabika diprediksi akan menyusut drastis pada tahun 2050 jika tidak ada langkah mitigasi yang ambisius untuk mengatasi masalah ini.

Merespons situasi tersebut, petani di Jambi yang tergabung dalam Koperasi Kopi Alko mengambil langkah nyata. Dengan menerapkan agroforestri, petani berupaya meningkatkan ketahanan tanaman kopi terhadap perubahan iklim. "Untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, pola tanam agak kita ubah sekarang. Kita terapkan agroforestri, tanaman kopi kita tanam bersama tanaman berkayu. Ini akan memberi tutupan pada tanaman kopi," ujar Suryono.

Agroforestri adalah sistem pertanian yang menggabungkan tanaman berkayu dengan tanaman pertanian, seperti kopi. Sistem ini tidak hanya memberikan perlindungan dari paparan sinar matahari yang berlebihan, tetapi juga memperbaiki kualitas tanah dan mempertahankan kelembaban. Tanaman berkayu yang tumbuh di sekitar kopi berfungsi sebagai payung, melindungi tanaman kopi dari suhu tinggi yang tidak diinginkan dan menciptakan ekosistem yang lebih seimbang.

Menurut Suryono, "Tutupan dari tanaman berkayu ini akan membantu mengontrol suhu panas. Kopi sendiri tak butuh panas berlebihan dari matahari." Dengan demikian, agroforestri membantu mewujudkan praktik pertanian kopi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, menghindari sistem monokultur yang berisiko.

Tidak hanya mengandalkan agroforestri, petani Jambi juga mengimplementasikan strategi intensifikasi. "Kalau dulu 1 hektar 1000, sekarang 2000," kata Suryono, menandakan usaha untuk meningkatkan produktivitas lahan melalui penanaman bibit berkualitas lebih banyak di area yang sama. Langkah ini tidak hanya bertujuan meningkatkan hasil panen tetapi juga menjaga kualitas kopi yang dihasilkan.

Meskipun langkah petani Jambi ini terlihat menjanjikan, riset oleh David Abigaba dari Postdam Institute of Climate Impact Research di Jerman menambahkan bahwa agroforestri sendiri tidak cukup menyelesaikan masalah iklim dari akarnya. Studi yang diterbitkan di Agroforestry Systems pada Juli 2024 tersebut menekankan perlunya usaha kolektif untuk mengatasi perubahan iklim secara global. Sebab, pengaruh agroforestri akan bergantung pada berbagai faktor seperti spesies tanaman, ketinggian perkebunan, dan kondisi wilayah.

Data menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat mengurangi luas area ideal untuk perkebunan kopi hingga 20 persen untuk kopi arabika dan 9 persen untuk robusta. Meskipun agroforestri bisa membantu mengurangi dampak penyusutan area tanam robusta, hal ini tidak berdampak signifikan pada arabika, yang lebih sensitif terhadap perubahan suhu dan kelembapan.

Tantangan besar ini membuat para petani dan pemangku kepentingan di sektor pertanian dituntut berinovasi dan berkolaborasi lebih lanjut untuk menemukan solusi berkelanjutan. Penerapan teknologi, inovasi pada varietas tanaman kopi yang lebih tahan terhadap kondisi ekstrem, serta kebijakan pemerintah yang mendukung praktik pertanian berkelanjutan menjadi bagian utama dari strategi melawan perubahan iklim.

Inisiatif yang dilakukan oleh Koperasi Kopi Alko di Jambi merupakan contoh nyata dari adaptasi petani kopi lokal dalam menghadapi perubahan lingkungan dan tantangan global. Seperti yang diungkapkan Suryono, "Adaptasi sangat penting untuk menjaga keberlanjutan pertanian kita. Dengan bekerja sama dan terus belajar dari temuan ilmiah, kita dapat melindungi masa depan pertanian kopi kita dari ancaman perubahan iklim."

Seanekaragam upaya mitigasi dan kolaborasi semua pihak diharapkan dapat menjaga keberlanjutan produksi kopi, bukan hanya di Jambi tetapi juga di seluruh wilayah penghasil kopi di seluruh dunia. Masa depan kopi dan jutaan petani yang bergantung pada industri ini terletak pada kemampuan kita semua dalam mengambil langkah proaktif dan berkelanjutan terhadap perubahan iklim.

Terkini