JAKARTA - Inflasi medis yang kian meningkat di Indonesia menekankan pentingnya memiliki asuransi kesehatan sebagai perlindungan finansial. Penetrasi asuransi di Indonesia hingga tahun 2023 masih tergolong rendah, yaitu sekitar 2,59%, jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia yang mencapai 4,8%, Australia 3,3%, dan Singapura 11,4%. Hal ini menunjukkan masih banyak masyarakat Indonesia yang belum menyadari pentingnya asuransi kesehatan sebagai langkah antisipatif terhadap risiko kesehatan dan tekanan finansial yang mungkin muncul.
Budi Harto, Deputi Direktur Asuransi Central Asia (ACA), mengangkat isu ini dalam acara "Infobank Financial Love Story: Protect Your Heart, Grow Your Health, Secure Your Future" yang diadakan pada Sabtu, 22 Februari 2025. Menurut Budi, asuransi di Indonesia masih dipandang sebagai kebutuhan tersier, entah karena masyarakat merasa tidak memerlukannya atau karena keterbatasan biaya untuk membayar premi.
Pentingnya Asuransi di Era Modern
"Asuransi seharusnya tidak dilihat sebagai beban, tetapi sebagai proteksi terhadap finansial kita," ujar Budi. Dalam paparan tersebut, Budi menjelaskan bahwa memiliki asuransi adalah langkah antisipatif terhadap musibah atau penyakit berat yang bisa menggerus keuangan seseorang. "Sakit itu tidak mengenal usia, agama, atau ras. Semua bisa terkena. Jika sudah terkena, dampaknya bisa berbahaya," tambahnya.
Selain itu, Budi juga menyoroti inflasi medis yang terus mengalami kenaikan. Selama pandemi COVID-19 pada 2020-2021, inflasi medis relatif stabil, namun pada tahun 2022, inflasi medis melonjak hingga 15 persen. Lonjakan ini tentunya meningkatkan biaya pengobatan dan membuat pembiayaan kesehatan menjadi lebih sulit bagi masyarakat yang tidak memiliki proteksi asuransi.
Tantangan Inflasi Medis
Penyesuaian inflasi medis berarti biaya pengobatan akan terus meningkat dan dapat menjadi beban berat jika tidak memiliki asuransi kesehatan. "Dengan adanya asuransi, semua menjadi lebih mudah," jelas Budi. Asuransi kesehatan meminimalisir dampak finansial dari kenaikan biaya medis, menjaga keuangan seseorang agar tidak tergerus habis untuk biaya pengobatan.
Budi menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap peran asuransi dalam menjaga stabilitas ekonomi keluarga. "Asuransi akan memberikan perlindungan finansial, supaya keuangan dan ekonomi keluarga tetap terjaga," katanya. Perlindungan ini menjadi salah satu pilar utama dalam menjaga kesehatan keuangan individu dan keluarga.
Upaya Meningkatkan Literasi dan Inklusi Asuransi
Dalam konteks yang lebih luas, rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri. Perusahaan asuransi seperti ACA terus berupaya meningkatkan literasi dan edukasi mengenai pentingnya asuransi kepada masyarakat. Acara-acara literasi keuangan dan inklusi asuransi menjadi salah satu strategi ACA dalam mendekatkan masyarakat kepada produk-produk asuransi yang relevan dengan kebutuhan mereka.
ACA percaya bahwa peningkatan literasi keuangan dapat mendorong kesadaran dan minat masyarakat untuk memiliki asuransi. Upaya ini dianggap sebagai salah satu cara efektif untuk meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia, serta meningkatkan kesejahteraan finansial masyarakat secara keseluruhan.
Dari berbagai paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa asuransi kesehatan adalah kebutuhan mendesak di tengah inflasi medis yang meningkat dan potensi risiko kesehatan yang dapat terjadi kapan saja. "Kalau kita punya asuransi, minimal keuangan untuk biaya pengobatan akan dicover oleh asuransi. Dan ini merupakan salah satu pilar kesehatan keuangan di hidup kita," tegas Budi.
Kesadaran akan pentingnya asuransi kesehatan perlu terus dipupuk dan ditingkatkan agar penetrasi asuransi di Indonesia dapat menyamai negara-negara tetangga yang lebih maju dalam hal ini. Dengan langkah-langkah proaktif dari pemerintah, perusahaan asuransi, dan masyarakat, diharapkan tingkat penetrasi asuransi di Indonesia akan semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang, memberikan proteksi keuangan yang lebih kuat bagi seluruh lapisan masyarakat.