BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem: Waspada Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang Maret Sampai April 2025

Minggu, 23 Februari 2025 | 00:37:33 WIB
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem: Waspada Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang Maret Sampai April 2025

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini mengeluarkan prakiraan cuaca yang harus diwaspadai oleh masyarakat Indonesia. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa fenomena La Nina lemah diperkirakan akan berlanjut hingga Mei 2025. La Nina dikenal dapat meningkatkan intensitas curah hujan, dan efek ini akan sangat terasa pada bulan Maret hingga April 2025, di mana hujan dengan intensitas menengah hingga tinggi akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia.

Fenomena Cuaca yang Memengaruhi Indonesia

Prediksi dari BMKG menunjukkan bahwa selama periode tersebut, beberapa daerah berpotensi mengalami hujan lebat disertai dengan petir dan angin kencang. Dalam sebuah rapat koordinasi persiapan mudik Lebaran, Dwikorita mengungkapkan, "Kami memprediksi adanya peningkatan curah hujan, terutama selama Maret dan April, yang dipengaruhi oleh fenomena La Nina yang masih berlangsung."

Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan bahwa aktivitas gelombang ekuator dan Madden-Julian Oscillation (MJO) juga teridentifikasi selama rentang waktu tersebut. Aktivitas ini akan meningkatkan pertumbuhan awan hujan, terutama di bagian utara Sumatera dan secara bertahap bergerak ke bagian barat dan tengah Indonesia hingga pertengahan Maret.

Risiko Banjir Rob

Selain curah hujan tinggi dan cuaca ekstrem lainnya, BMKG juga mengingatkan masyarakat tentang potensi banjir rob di sepanjang pesisir Indonesia. Banjir ini dapat terjadi akibat fenomena bulan baru dan purnama, yang bertepatan dengan posisi terdekat antara Bumi dan Bulan pada akhir Maret dan April. “Potensi banjir rob harus kita waspadai, mengingat jarak terdekat Bulan ke Bumi dapat mengakibatkan kenaikan muka air laut,” jelas Dwikorita.

Masa Transisi Pancaroba

Maret dan April 2025 tidak hanya akan diwarnai dengan intensitas hujan yang tinggi, tetapi juga akan menjadi masa transisi dari musim hujan ke kemarau, dikenal sebagai pancaroba. Masa transisi ini seringkali diiringi oleh cuaca ekstrem, termasuk hujan lebat yang turun secara cepat, petir, angin kencang, dan bahkan potensi terjadinya hujan es serta puting beliung di beberapa daerah.

"Pada masa pancaroba, kita harus siap menghadapi cuaca yang cepat berubah. Ini adalah waktu saat perubahan cuaca dapat menimbulkan berbagai dampak jika masyarakat tidak siap," ujar Dwikorita. Beliau juga menekankan pentingnya mitigasi dan persiapan oleh berbagai pihak, terutama menjelang musim mudik lebaran yang cenderung meningkatkan aktivitas dan mobilitas masyarakat.

Persiapan dan Mitigasi

Menghadapi kondisi cuaca ekstrem ini, BMKG merekomendasikan beberapa langkah mitigasi yang harus diambil oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Mengoptimalkan sistem peringatan dini dan mempersiapkan infrastruktur untuk menghadapi banjir maupun longsor menjadi sangat penting. Selain itu, pemantauan selama masa mudik Lebaran juga diharapkan memperhatikan faktor cuaca sebagai bagian dari manajemen risiko perjalanan.

Dwikorita menegaskan pentingnya kerja sama antara BMKG dan instansi terkait lainnya untuk menyebarluaskan informasi dan peringatan cuaca secara cepat dan akurat. Pemerintah daerah diharapkan dapat menetapkan langkah-langkah darurat untuk meminimalisir dampak dari cuaca ekstrem, termasuk mempersiapkan tempat evakuasi dan peralatan darurat.

Terkini