Banjir Terjang Persawahan di Pangandaran, Petani Dipaksa Tanam Ulang Padi

Jumat, 21 Februari 2025 | 09:24:49 WIB
Banjir Terjang Persawahan di Pangandaran, Petani Dipaksa Tanam Ulang Padi

JAKARTA  - Puluhan hektar persawahan di Desa Maruyungsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran kini terendam banjir akibat curah hujan yang tinggi. Akibatnya, benih padi yang baru ditanam oleh para petani setempat beberapa minggu lalu terancam gagal, dan banyak yang sudah tertelan air, memaksa petani untuk menanam ulang.

Menurut informasi yang diterima dari berbagai sumber, banjir di area tersebut disebabkan oleh aliran deras air hujan yang berasal dari pegunungan sekitarnya. Selain itu, kiriman air juga datang dari beberapa desa sekitar yang menyebabkan meningkatnya debit air. Sistem saluran air yang tidak lancar turut memperparah situasi sehingga banjir melanda hingga tiga dusun di Desa Maruyungsari, yakni Dusun Tarisi, Dusun Anggaraksan, dan Dusun Maruyungsari.

Kepala Desa Maruyungsari, Tusiman, menyampaikan bahwa kondisi ini mengakibatkan sekitar 205 hektar lahan persawahan terdampak banjir. "Sebagian lahan persawahan di Dusun Tarisi, Dusun Anggaraksan, dan Dusun Maruyungsari itu kini terendam banjir," ujar Tusiman.

Lebih lanjut, Tusiman menuturkan bahwa benih padi yang baru saja ditanam oleh para petani banyak yang mati. "Para petani harus kembali menanam ulang. Kami berharap hujan bisa mulai reda di akhir Februari, sehingga sawah dapat kembali diolah," harap Tusiman. Meskipun demikian, ia mengakui bahwa pergeseran masa tanam ini pasti akan berdampak pada mundurnya waktu panen.

Namun, ada kabar baik yang bisa diambil dari situasi ini. Meskipun area pertanian mengalami kerusakan, air belum sampai merendam pemukiman. "Banjir hanya merendam lahan persawahan, tidak sampai ke rumah warga," jelasnya. Ini cukup melegakan mengingat Desa Maruyungsari dikenal sebagai salah satu lumbung padi utama di Pangandaran. "Kawasan sawah yang terendam merupakan lumbung padinya Pangandaran," tambah Tusiman.

Menanggapi bencana banjir ini, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pangandaran, Untung Saeful Rokhman, menyatakan bahwa penanganan banjir sudah dilakukan. Pihaknya bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk menyedot air dari wilayah yang terdampak. "Rendaman banjir yang menutupi kawasan persawahan di Kecamatan Padaherang sudah ditangani, disedot tadi bersama BBWS," katanya.

Lebih lanjut, Untung menjelaskan bahwa banjir tersebut diakibatkan oleh limpasan dari sungai yang meluap akibat hujan deras. "Wilayah kerja sungai adalah kewenangan BBWS, dan kami telah melakukan koordinasi dalam penanganannya," tambah Untung, menegaskan kerjasama aktif antara berbagai pihak dalam menghadapi bencana ini.

Situasi ini tentu memberikan beban tambahan bagi para petani yang sudah menyiapkan benih dan lahan sebelumnya. Proses penanaman ulang akan memakan waktu dan menguras tenaga, selain harus berhadapan kembali dengan ketidakpastian cuaca. Kondisi ini menambah daftar panjang tantangan yang dihadapi sektor pertanian di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang rawan terhadap bencana alam seperti banjir.

Para petani di Maruyungsari kini berharap agar cuaca segera bersahabat sehingga mereka dapat kembali bercocok tanam dan mengamankan pasokan pangan untuk daerah Pangandaran. Pemerintah setempat juga diharapkan dapat memberikan dukungan dan bantuan yang dibutuhkan, seperti penyediaan benih baru dan peralatan pertanian, agar petani dapat segera bangkit dari kerugian yang mereka alami.

Sambil menanti solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah banjir ini, kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan organisasi lainnya menjadi krusial untuk menghadapi dan memitigasi dampak dari tantangan-tantangan iklim yang terus meningkat. Inovasi dalam manajemen air dan sistem irigasi serta persiapan menghadapi perubahan iklim juga menjadi agenda penting untuk memastikan keberlanjutan pangan dan mata pencaharian petani di masa depan.

Terkini