Minyak Goreng MinyaKita Kembali Stabil, Peluang Bagi Konsumen Rumah Tangga

Senin, 23 Desember 2024 | 16:50:35 WIB
Minyak Goreng MinyaKita Kembali Stabil, Peluang Bagi Konsumen Rumah Tangga

JAKARTA - Pemerintah kembali memberikan kabar gembira bagi masyarakat, terutama para ibu rumah tangga. Menteri Perdagangan, Budi Santoso, mengumumkan bahwa harga minyak goreng MinyaKita yang sempat melonjak hingga Rp17.000 per liter, kini menunjukkan tren penurunan. Harga yang lebih terjangkau ini diharapkan dapat meringankan beban pengeluaran rumah tangga.

“Kabar baiknya, sekarang ada yang sudah menjual dengan harga Rp15.700 per liter. Ini menandakan bahwa harga mulai kembali normal,” ujar Budi Santoso dalam konferensi pers di Jakarta, dikutip dari ANTARA.

Penurunan harga ini, jelas Budi, terjadi karena langkah-langkah yang diambil untuk memperpendek rantai distribusi minyak goreng dan mengatasi keterlambatan pasokan yang sempat menjadi kendala. Kementerian Perdagangan mengambil inisiatif strategis dengan menggunakan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP).

“Sistem ini memungkinkan kami untuk memantau distribusi minyak goreng dari pusat hingga daerah. Dengan pemantauan ini, kita bisa segera mengidentifikasi dan mengatasi penyebab kenaikan harga, seperti pasokan yang tersendat,” kata Budi lebih lanjut.

Meskipun harga MinyaKita telah berangsur normal, Budi menekankan bahwa pihaknya akan terus memantau kondisi pasar. Bersama dengan Satgas Pangan dan sejumlah kementerian serta lembaga terkait, Kementerian Perdagangan akan memastikan agar distribusi dan pasokan berjalan lancar.

“Dinas dan Satgas Pangan terus melakukan pemantauan dan komunikasi setiap hari untuk memastikan distribusi tetap berjalan lancar dan tidak terjadi lonjakan harga lagi,” tambah Budi.

Selain itu, KPPU menemukan praktik tying agreement dalam distribusi, di mana pedagang diharuskan membeli produk lain saat membeli MinyaKita. Hal ini menambah panjang rantai distribusi dan berpotensi mempengaruhi harga jual ke konsumen.

Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Rusmin Amin, juga menyoroti panjangnya rantai distribusi sebagai faktor penyebab kenaikan harga. “Distribusi yang terlalu panjang membuka peluang adanya transaksi antarpengecer, sehingga harga di tingkat konsumen menjadi lebih tinggi,” jelas Rusmin Amin.

Ia menambahkan, seharusnya harga pada tingkat distributor utama masih sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp15.700. Namun, praktik penjualan berlapis-lapis di tingkat pengecer dan grosir menyebabkan harga akhir yang diterima konsumen melebihi standar.

“Banyak pengecer yang menjual kembali minyak ke pengecer lain atau grosir. Akibatnya, harga yang diterima konsumen tidak sesuai HET,” ujarnya.

Dengan penurunan harga ini, banyak pihak berharap daya beli masyarakat bisa kembali membaik. Minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok rumah tangga, sehingga kestabilan harganya akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian rumah tangga. Pemerintah, dalam hal ini, berkomitmen untuk terus mencari solusi terbaik dalam menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok di pasar, termasuk distribusi MinyaKita.

Langkah-langkah yang ditempuh Kementerian Perdagangan bersama lintas instansi ini diharapkan dapat menjamin ketersediaan minyak goreng dengan harga terjangkau dan kualitas yang sesuai standar. Bagi konsumen, terutama ibu rumah tangga, pemberitahuan ini menjadi angin segar menjelang akhir tahun. Ensuring that the price of basic household necessities remains stable is crucial for consumer confidence and financial planning.

Dengan demikian, langkah proaktif yang dilakukan oleh pemerintah dalam memastikan harga dan distribusi yang efisien menunjukkan dampak positif pada harga kebutuhan pokok, termasuk minyak goreng MinyaKita. Ke depan, sinergi antara pemerintah dan lembaga terkait diharapkan dapat mencegah kenaikan harga yang tajam dan memastikan kestabilan harga terus terjaga.

Terkini