TANGERANG SELATAN – Inovasi Energi Berkelanjutan. Indonesia tengah berupaya keras mengurangi ketergantungan pada energi fosil guna memangkas emisi karbon, dengan salah satu solusi yang menjanjikan adalah pemanfaatan biomassa. Untuk itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjalin kerja sama strategis dengan mitra industri dalam upaya pengembangan sorgum sebagai sumber bioenergi yang potensial. Langkah ini diharapkan dapat mendukung pencapaian target Net Zero Emissions (NZE) Indonesia pada 2060.
“Indonesia harus menurunkan emisi dengan target Net Zero Emissions di 2060, dan salah satu upayanya adalah dengan mengurangi energi fosil. Dalam hal ini, kita perlu bahan alternatif lain, dan salah satu bahan terbarukan tersebut adalah dari biomassa,” ujar Hens Saputra, Kepala Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur (PRTIPM) BRIN, saat acara penandatangan kerja sama di hari Selasa, 24 Desember 2024.
Kerjasama ini melibatkan tiga mitra utama, yaitu PT Santi Energi Hijau, PT Summit Niaga, dan BINEX. Fokus utama kolaborasi ini adalah pengembangan rantai nilai sorgum – tanaman yang dikenal memiliki potensi tinggi sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Sorgum diharapkan mampu menjadi solusi bioenergi untuk mengganti energi fosil yang selama ini mendominasi pasokan energi nasional.
Berbagai kegiatan riset juga melibatkan peran penting dari Pusat Riset Tanaman Pangan (PRTP) dan Pusat Riset Botani Terapan (PRBT) BRIN. Kegiatan ini mencakup penanganan benih, budidaya sorgum, serta evaluasi karakter agronomi tanaman seperti malapari (Pongamia pinata), salah satu bahan baku untuk biodesel. “Malapari merupakan salah satu bahan baku biodiesel potensial yang bisa dikembangkan di Indonesia, mengingat tanaman ini tersebar dari Sumatera hingga Papua,” jelas Hens.
Penandatanganan kerja sama ini memperlihatkan komitmen BRIN bersama mitranya untuk memperkuat pengembangan rantai nilai sorgum. “Tujuan utama dari kerja sama ini adalah untuk memperkuat pengembangan rantai nilai sorgum. Sorgum dianggap sebagai salah satu bahan baku potensial untuk produksi bioenergi di Indonesia. Ini adalah langkah penting dalam mendukung pencapaian target Indonesia dalam Net Zero Emissions (NZE) pada 2060,” tambah Hens.
Yusuf Reza Shahab, Direktur PT Santi Energi Hijau, mengungkapkan bahwa perusahaan fokus pada penelitian transisi energi dengan mengedepankan sorgum sebagai salah satu biofuel. “Yang kita fokuskan dalam waktu dekat ini adalah sorgum, dan BRIN mendukung mulai dari hulu, yaitu penanaman, hingga hilir, yaitu pengembangan selanjutnya,” jelasnya.
Setiap mitra memiliki peran spesifik dalam kerja sama ini. PT Santi Energi Hijau akan menyuplai lahan, memproduksi bio-pelet, melakukan karakterisasi, serta menguji co-combustion. PT Summit Niaga akan menyediakan fasilitas pembangkit listrik untuk uji co-firing, serta melakukan pengujian dan evaluasi co-combustion. Sementara itu, BINEX bertanggung jawab menyediakan benih sorgum bicolor serta dokumen pengiriman benih tersebut.
“Kerja sama ini diharapkan dapat mendorong investasi lebih lanjut dalam penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan sorgum. Selain itu, juga membuka peluang bagi petani lokal untuk terlibat aktif dalam rantai pasok bioenergi, memberikan dampak positif bagi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Hens. Ia menambahkan bahwa langkah ini selaras dengan upaya global dalam mengurangi emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim.
Diharapkan dengan kerja sama yang solid ini, Indonesia dapat memanfaatkan sorgum sebagai bagian penting dari transisi energi, sambil memberikan kontribusi nyata dalam memerangi perubahan iklim serta mendorong pembangunan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Dengan kolaborasi ini, BRIN dan mitra industri bertekad untuk membuka jalan menuju masa depan yang lebih hijau dan berenergi bersih.