Vietnam, dalam perjalanannya untuk membangkitkan kembali sektor energi terbarukan, menghadapi jalan panjang namun penuh harapan. Transformasi ini ditandai dengan beberapa perubahan kebijakan penting serta hambatan yang harus diatasi untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang. Dalam artikel ini, kita akan membahas perkembangan terkini, tantangan yang dihadapi, serta prospek masa depan energi terbarukan di negara ini.
Thomas Jakobsen, direktur pelaksana Indochina Energy Partners, yang telah berkecimpung dalam pasar Vietnam selama dua dekade, menyatakan optimismenya terhadap perubahan regulasi yang sedang berlangsung. "Saya sangat senang dengan tempo peraturan yang ada saat ini, yang sebagus yang saya lihat dalam 20 tahun di Vietnam," ujarnya.
Pemerintah Vietnam baru-baru ini menyetujui skema pembelian listrik ramah lingkungan perusahaan, diikuti dengan klarifikasi peraturan tambahan. Perubahan ini menandakan semakin terbukanya sektor yang sebelumnya dikelola negara bagi investor swasta. Transformasi ini diharapkan dapat membuka jalan bagi lebih banyak investasi dan pengembangan proyek energi terbarukan di Vietnam.
Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai, perjalanan menuju kebangkitan energi terbarukan di Vietnam masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan besar adalah keputusan baru-baru ini dari beberapa perusahaan energi besar untuk menarik diri dari pasar Vietnam. Selain itu, meskipun ada komitmen dari perusahaan-perusahaan besar seperti Samsung dan H&M untuk menggunakan lebih banyak energi ramah lingkungan, sedikit proyek pembangkit listrik baru yang diumumkan tahun ini.
Mark Hutchinson, direktur gugus tugas industri Asia Tenggara dari Dewan Energi Angin Global (GWEC), melihat perubahan sentimen positif dalam industri ini. "Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, namun menurut saya sentimen di industri ini jauh lebih positif dibandingkan delapan bulan lalu, atau pastinya setahun yang lalu," katanya.
Vietnam merencanakan strategi energi terbarukan dengan dua jalur: pertama, membuka jalan bagi bisnis untuk membeli listrik ramah lingkungan langsung dari produsen; kedua, melanjutkan pengadaan energi terbarukan untuk proyek skala besar, termasuk pembangkit angin di lepas pantai. Namun, berbagai kekhawatiran masih ada, termasuk biaya yang dikenakan jika kesepakatan memerlukan penggunaan saluran listrik publik. "Untuk saat ini, peraturan sebenarnya tidak mengizinkan kami melakukan penjualan langsung ke konsumen akhir," ujar Olivier Duguet, CEO dan co-founder The Blue Circle.
Selain itu, Hutchinson menyatakan bahwa GWEC mempertimbangkan untuk menurunkan biaya ke sekitar US$0,01 per kilowatt-jam, guna menjaga daya saing energi terbarukan. Tantangan lainnya adalah proyek energi terbarukan harus terdaftar dalam rencana pengembangan ketenagalistrikan nasional terbaru untuk memenuhi syarat kesepakatan pembelian listrik langsung (DPPA).
Perkembangan energi terbarukan berpotensi mendatangkan keuntungan besar bagi Vietnam. Dengan pertumbuhan permintaan listrik yang diperkirakan mencapai 10 persen per tahun hingga akhir dekade ini, energi terbarukan dapat menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan energi tanpa bergantung pada batu bara. Jakobsen menekankan bahwa proyek tenaga angin dengan kapasitas 10 GW dapat dilaksanakan melalui DPPA dengan sedikit atau bahkan tanpa biaya kepada EVN, utilitas listrik milik negara.
Tidak hanya berfokus pada pengembangan tenaga surya dan angin, Vietnam juga memperbarui undang-undangnya untuk memfasilitasi penggunaan bahan bakar seperti gas alam dan hidrogen. Namun, beberapa pihak meragukan kemampuan Vietnam untuk menangani semua sektor energi ini secara bersamaan. "Prioritas utama haruslah pada energi terbarukan di darat," tegas Jakobsen.
Selain tantangan teknis, ada kekhawatiran mengenai dampak sosial dan lingkungan dari transisi energi di Vietnam. Kritikus menyoroti potensi marginalisasi masyarakat lokal dan kurangnya transparansi dalam pengambilan keputusan energi. Guneet Kaur dari Koalisi Pembela Iklim Vietnam menekankan pentingnya dialog sosial dalam transisi energi yang adil.
Namun, dengan kehati-hatian dan dorongan politik yang kuat, Vietnam berpotensi mengatasi hambatan ini dan memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam sektor energi terbarukan di Asia Tenggara. Duguet menambahkan, "Meski demikian, hal ini dapat dengan cepat diatasi oleh pemerintah pusat dan daerah jika ada kemauan politik yang nyata."