Rusia, negara dengan cadangan gas alam terbesar di dunia, menyatakan kesiapan untuk melanjutkan ekspor gas ke Uni Eropa melalui beberapa rute meski kontrak transit dengan Ukraina akan segera berakhir. Langkah ini penting di saat Uni Eropa sedang berjuang untuk memenuhi kebutuhan energi, khususnya menjelang musim dingin. Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, menegaskan bahwa masa depan transportasi gas Rusia kini berada di tangan otoritas Ukraina dan Uni Eropa. "Kami, pada gilirannya, selalu menyatakan bahwa kami siap untuk terus memasok gas tidak hanya melalui Ukraina," ujar Novak dalam wawancara dengan saluran TV Rossiya 24.
Pertanyaan mengenai keberlanjutan pasokan gas dari Rusia menjadi perhatian utama terutama bagi negara-negara yang sangat bergantung pada Gazprom PJSC, seperti Slovakia. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan krisis energi apabila krisis geopolitik semakin memperumit situasi pasokan gas. Meskipun beberapa negara sudah beradaptasi dengan sumber energi alternatif, ketergantungan Eropa terhadap gas Rusia belum sepenuhnya hilang.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, sebelumnya memberikan indikasi bahwa negaranya tidak akan melanjutkan transit gas asal Rusia kecuali ada jaminan bahwa Kremlin tidak akan mendapatkan keuntungan finansial selagi perang dengan Ukraina masih berlangsung. Keputusan politik ini sangat mempengaruhi bagaimana aliran gas ke Eropa Barat akan terjadi setelah berakhirnya kontrak transit saat ini. Pengaruh ini sungguh terasa mengingat permintaan yang kemungkinan besar meningkat seiring dengan prakiraan cuaca dingin di Eropa.
Dengan persediaan yang semakin menipis dan pasar yang ketat, para pedagang gas Eropa akan menghadapi tantangan besar untuk mengamankan pasokan yang cukup di tahun mendatang. Situasi ini diperparah oleh persaingan dengan pasar Asia dalam mendapatkan pasokan gas alam cair (LNG) yang diangkut melalui laut. Eropa saat ini berada dalam perlombaan melawan waktu untuk memastikan keamanan energi bagi warganya.
Selain Ukraina, gas Rusia juga dikirimkan melalui pipa TurkStream yang melintasi Laut Hitam. Dua rute utama ini, yaitu Ukraina dan TurkStream, memiliki kapasitas pengiriman masing-masing sekitar 15 miliar meter kubik per tahun. Tidak hanya itu, Rusia juga mengirimkan gas dalam bentuk LNG dengan bantuan kapal tanker. Menurut Novak, total ekspor gas ke Eropa telah melampaui 50 miliar meter kubik dalam 11 bulan pertama tahun ini.
Pada bulan September, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kesiapan negaranya untuk melanjutkan pasokan gas ke Eropa melalui jalur tersisa dari pipa Nord Stream yang berlokasi di Laut Baltik. Kendati mendapat tekanan politik, gas Rusia tetap diminati oleh pembeli regional karena lebih menarik dari segi harga dan logistik. "Gas Rusia lebih menarik dari segi harga dan logistik bagi pembeli regional," ungkap Novak.
Ketidakpastian mengenai pasokan gas Rusia menimbulkan tantangan besar bagi pasar energi Eropa yang tengah beradaptasi dengan sumber energi terbarukan. Adapun negosiasi antara Rusia, Ukraina, dan Uni Eropa masih terus berlangsung guna mencari solusi yang saling menguntungkan. Peran sektor energi, terutama gas, tetap menjadi pusat perhatian dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik di kawasan ini.
Berhadapan dengan pilihan yang semakin terbatas, Uni Eropa harus segera mengambil keputusan strategis mengenai sumber energi di masa depan. Sementara itu, Rusia tetap memainkan peran penting dalam mensuplai energi ke wilayah tersebut selama memungkinkan.
Dengan situasi ini, Uni Eropa dan Ukraina diharapkan dapat mencapai kesepakatan guna memastikan kontinuitas pasokan energi yang stabil dan terjangkau untuk memenuhi kebutuhan jutaan penduduknya di masa mendatang.