Dalam upaya menghadirkan solusi transportasi publik yang lebih efektif dan efisien, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkomitmen membangun sistem transportasi publik terintegrasi yang mirip dengan konsep JakLingko di Jakarta. Salah satu langkah konkret yang telah diambil adalah pengoperasian Bus Rapid Transit Metro Jabar Trans yang mulai melayani warga Bandung Raya.
Metro Jabar Trans, yang sebelumnya dikenal sebagai Trans Metro Pasundan, kini beroperasi dengan manajemen baru di bawah pengawasan langsung Pemprov Jabar. Perubahan ini menandai langkah besar dalam upaya peningkatan layanan transportasi publik di wilayah tersebut. Sebanyak 85 unit armada bus telah disiapkan untuk melayani enam koridor utama: Leuwipanjang-Soreang, Kota Baru Parahyangan-Alun-Alun Bandung, BEC-Baleendah, Leuwipanjang-Dago, Dago-Jatinangor, dan Leuwipanjang-Majalaya.
Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin, mengungkapkan bahwa kehadiran BRT MJT bertujuan untuk meningkatkan kemampuan transportasi publik tanpa mengesampingkan layanan angkot yang sudah ada. Mereka angkot berkomitmen untuk mendukung, dan yang paling penting jangan malu untuk mencontoh Jakarta ya. Itu kan JakLingko bagus, ada satu tarif untuk tiga moda, kalau di Jakarta kan bisa terintegrasi, ujar Bey.
Sistem Tarif dan Integrasi Transportasi
Saat ini, tarif BRT Metro Jabar Trans telah ditetapkan dengan harga Rp4900 untuk umum dan Rp2000 khusus untuk pelajar. Bey berharap, ke depannya sistem tarif tunggal dapat diterapkan untuk memudahkan penumpang dalam melakukan perjalanan di dalam jaringan BRT tanpa biaya tambahan. Saya berharap segera diterapkan yang satu tarif untuk sesama MJT gitu, agar tidak bayar dua kali, jadi cukup satu kali. Jadi dari Dago bisa sampai Padalarang, walaupun berganti MJT-nya, tambahnya.
Selain BRT, Jabar juga menggagas pengembangan Kereta Rel Listrik yang diusulkan untuk melayani rute Cicalengka. Rencananya, pembangunan KRL ini akan dipercepat bersamaan dengan langkah konsultasi antara Pemprov Jabar dengan pemerintah pusat. Menurut Bey, minggu depan jadwal konsultasi dengan Menteri Perumahan dan Menteri Perhubungan sudah direncanakan untuk membahas percepatan pembangunan KRL ini.
Persiapan dan Harapan Jangka Panjang
Plh Kepala Dinas Perhubungan Jabar, Ade Afriandi, mengungkapkan bahwa saat ini tarif perjalanan BRT hanya berlaku untuk perjalanan tunggal dengan durasi maksimal 90 menit. Ya bayar sekali, batas waktunya 90 menit. Jadi transitnya kurang dari 90 menit, harga tetap Rp4900, ucap Ade.
Meski demikian, visi jangka panjang Pemprov Jabar adalah menerapkan sistem tiket terpadu yang berlaku juga untuk layanan kereta yang beroperasi di wilayah yang sama. Ade menyebutkan bahwa integrasi penuh diharapkan bisa terealisasi pada tahun 2027. Terintegrasi jadi misalkan kalau dari rumah naik BRT misalkan ya mau sampai ke Woosh itu tidak turun beli tiket, turun beli tiket gitu, bisa sekaligus ya, jelas Ade.
Untuk mendukung operasional BRT, Pemprov Jabar telah mengalokasikan dana sebesar Rp121 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selama satu tahun. Dana ini mencakup subsidi tarif, biaya bahan bakar, listrik untuk bus listrik, gaji sopir, sarana prasarana, dan pemeliharaan armada. Untuk operasional setahun itu Rp121 miliar, tahun yang akan datang harus ada sharing dengan kabupaten/kota yang Bandung Raya, tambah Ade.
Langkah strategis Pemprov Jabar ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan transportasi umum, tetapi juga untuk menurunkan ketergantungan pada kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan serta pencemaran udara. Dengan mencontoh kesuksesan sistem integrasi JakLingko di Jakarta, Jabar berharap bisa menawarkan layanan transportasi publik yang efisien dan terjangkau bagi seluruh masyarakat.