PT Kereta Api Indonesia (KAI) terus berinovasi untuk meningkatkan layanan transportasi publik di Jakarta. Salah satu rencana ambisius yang tengah dipertimbangkan adalah menjadikan Stasiun Sudirman sebagai pemberhentian baru untuk kereta api menuju Bandara Soekarno-Hatta. Langkah ini dipandang sebagai upaya strategis untuk meningkatkan integrasi transportasi publik di ibu kota.
Direktur Pengembangan Usaha dan Kelembagaan KAI, Rudi As Aturridha, menjelaskan bahwa peningkatan ini bertujuan mempermudah akses transportasi bagi masyarakat, terutama bagi pengguna setia LRT dan KRL. Kedua moda transportasi ini terhubung langsung dengan Stasiun Sudirman, yang nantinya bisa menjadi keunggulan utama layanan ini.
"Kalau kereta berhenti di Sudirman, penumpang dari LRT bisa langsung naik tanpa harus ke BNI City. Jarak jalan kaki jadi lebih pendek, lebih praktis," kata Rudi As Aturridha. Ucapan Rudi mencerminkan keinginan KAI untuk memperpendek jarak tempuh dan waktu perjalanan bagi para penumpang, menjadikan perjalanan lebih efisien dan nyaman.
Tak hanya ingin memperbaiki aksesibilitas, rencana ini juga diproyeksikan akan menggantikan Stasiun Karet sebagai pemberhentian kereta bandara. Pertimbangan ini datang dengan alasan yang sangat logis, mengingat lokasi Stasiun Karet yang memang berdekatan dengan Stasiun BNI City, sehingga penumpang dapat dengan mudah mengakses kedua stasiun tersebut dengan berjalan kaki.
Di sisi lain, pemerintah khususnya Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sangat mendukung langkah ini. Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan pentingnya menguatkan konektivitas transportasi publik antara Bandara Soekarno-Hatta dan pusat kota Jakarta. "Saat ini, penumpang KA Bandara baru sekitar 1,5 juta per tahun. Masih banyak ruang untuk dikembangkan agar layanan ini jadi pilihan utama masyarakat," jelas Erick saat merespons rencana tersebut.
Langkah menjadikan Stasiun Sudirman sebagai satu titik pemberhentian diharapkan dapat mengubah tren tersebut. Dengan target penumpang kereta bandara mencapai 10 juta orang per tahun, setara dengan 20 persen dari total 56 juta penumpang pesawat di Bandara Soekarno-Hatta, integrasi ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan perjalanan yang lebih cepat dan efisien.
Selain itu, langkah ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mendukung penggunaan transportasi umum sebagai pilihan utama masyarakat. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengubah pola pikir masyarakat yang masih mengandalkan kendaraan pribadi ke moda transportasi umum yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis.
Penunjukan Stasiun Sudirman sebagai pemberhentian kereta bandara juga diharapkan dapat meningkatkan jumlah penumpang harian yang menggunakan kereta bandara. Dengan memanfaatkan fasilitas yang sudah ada, seperti kemudahan akses dari LRT dan KRL, Stasiun Sudirman diproyeksikan akan menjadi titik fokus baru dalam jaringan transportasi publik di Jakarta.
Kehadiran kereta bandara di Stasiun Sudirman tentunya akan memberikan dampak positif bagi perekonomian dan pariwisata di Jakarta. Dengan akses yang lebih mudah dan cepat ke bandara, diharapkan dapat memudahkan wisatawan dan pelaku bisnis dalam menjalankan aktivitas mereka di ibu kota.
Sementara itu, langkah KAI ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak terkait, termasuk perencana transportasi dan ekonom, yang memandang upaya KAI sebagai langkah positif dalam upaya meningkatkan efisiensi dan integrasi transportasi di Jakarta.
Dengan adanya rencana ini, tentu harapannya adalah memberikan dampak positif bagi pelayanan transportasi publik di ibu kota. Efisiensi waktu, kemudahan akses, dan kenyamanan menjadi produk unggulan yang ditawarkan, menjadikan kereta bandara pilihan utama bagi pengguna transportasi umum di Jakarta.
Ke depan, dengan semakin disempurnakannya rencana ini, diharapkan akan ada lebih banyak langkah inovatif dan strategis dari KAI dan pemerintah dalam mengembangkan sektor transportasi publik di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Ini tidak hanya memberikan kenyamanan bagi penumpang, tetapi juga menjadi langkah penting menuju pembangunan berkelanjutan yang lebih baik.