JAKARTA – Meskipun banyak bank asing mulai menghindari pembiayaan sektor fosil, sektor pertambangan di Indonesia tetap menjadi salah satu pilihan yang prospektif bagi perbankan lokal. Dalam upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mencapai target netral emisi karbon (Net Zero Emission atau NZE) pada 2060, bank-bank besar Indonesia, termasuk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dan PT Bank Central Asia Tbk. (BCA), masih melihat potensi besar dalam sektor pertambangan, khususnya dalam pembiayaan fosil.
Bank Mandiri Tetap Fokus di Sektor Pertambangan
Bank Mandiri, yang dikenal sebagai bank pelat merah terbesar di Indonesia, tetap fokus pada sektor pertambangan meskipun ada tren global yang mendorong bank-bank asing untuk menghindari pembiayaan di sektor yang berkontribusi pada emisi karbon tinggi, seperti batu bara dan minyak. Freddy Iwan S. Tambunan, Senior Vice President Bank Mandiri, menjelaskan bahwa peran Bank Mandiri sebagai "agen pembangunan" membuat mereka tidak hanya fokus pada sektor energi terbarukan, tetapi juga sektor energi fosil yang masih penting bagi perekonomian Indonesia.
"Ketika bank-bank luar mulai menghindari pembiayaan sektor fosil karena kekhawatiran terhadap polusi dan dampaknya pada emisi karbon, ini justru menjadi peluang bagi kami," kata Freddy di acara Minerba Expo di Balai Kartini, Jakarta. Menurutnya, Bank Mandiri berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan sektor pertambangan, sekaligus mendorong pembiayaan untuk energi baru dan terbarukan (EBT) untuk menciptakan keseimbangan.
Freddy juga menambahkan bahwa Indonesia sebagai negara berkembang memiliki target NZE yang jauh lebih panjang, yakni pada tahun 2060. Dengan demikian, masih ada ruang besar bagi bank-bank Indonesia untuk berkontribusi dalam mendanai sektor pertambangan dalam jangka panjang sambil memastikan adanya pertumbuhan yang seimbang dengan sektor energi terbarukan.
Pertumbuhan di Sektor Energi Terbarukan
Selain terus berkomitmen pada sektor pertambangan, Bank Mandiri juga berupaya untuk "menumbuhkan" sektor energi baru dan terbarukan. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari strategi untuk mencapai target NZE pada tahun 2060 dan mendukung visi Indonesia Maju 2045. Freddy menegaskan pentingnya keseimbangan antara sektor fosil dan energi terbarukan, sehingga sektor energi yang lebih ramah lingkungan dapat berkembang bersamaan dengan sektor pertambangan.
"Setiap pertumbuhan kita di sektor pertambangan harus diimbangi dengan pertumbuhan yang sejalan dengan prinsip-prinsip energi terbarukan. Kami tidak hanya fokus pada energi fosil, tetapi juga memastikan bahwa energi terbarukan berkembang seiring waktu," kata Freddy. Langkah ini diharapkan dapat membantu Indonesia mencapai target NZE pada 2060, sambil menjaga sektor ekonomi yang sudah lama menjadi pilar perekonomian, yaitu pertambangan.
BCA: Sektor Pertambangan Masih Prospektif
Bank Central Asia (BCA), sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia, juga menilai sektor pertambangan masih sangat prospektif. David, salah satu eksekutif BCA, menyebutkan bahwa sektor pertambangan dan energi mineral di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang meskipun ada tantangan dalam mencapai target NZE.
"Pada dasarnya, bank-bank itu mengikuti perdagangan dan bisnis. Sektor pertambangan, mineral, dan energi masih sangat prospektif untuk negara berkembang seperti Indonesia," ujar David. Meskipun ada komitmen global untuk mengurangi emisi karbon dan beralih ke energi terbarukan, Indonesia masih memiliki ruang waktu lebih lama, hingga 2060, untuk mencapai target NZE. "Untuk negara berkembang seperti Indonesia, kesepakatan global tentang NZE agak diperpanjang, sehingga sektor pertambangan, terutama batu bara, masih bisa dieksploitasi hingga saat itu," tambah David.
Batu bara, yang menjadi salah satu ekspor utama Indonesia, masih dianggap sebagai salah satu komoditas yang strategis untuk pertumbuhan ekonomi jangka pendek dan menengah. "Jika kita lihat dari sisi ekspor, batu bara merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, kami melihat masih ada peluang pertumbuhan yang besar dalam sektor ini," ujar David.
Komitmen Perbankan Lokal terhadap Sektor Pertambangan
Meskipun tren global mengarah pada pengurangan pembiayaan sektor fosil untuk mendukung transisi energi yang lebih bersih, perbankan Indonesia, termasuk Bank Mandiri dan BCA, tetap mempertahankan komitmen kuat terhadap sektor pertambangan. Kedua bank ini menganggap sektor pertambangan sebagai salah satu pilar penting yang perlu didorong untuk mendukung perekonomian nasional, sambil tetap memperhatikan keberlanjutan dan pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan.
David menegaskan bahwa sektor pertambangan bukan hanya soal keuntungan ekonomi jangka pendek, tetapi juga merupakan sektor yang mendukung ketahanan energi dan stabilitas ekonomi Indonesia. "Kami percaya bahwa meskipun dunia bergerak ke arah energi terbarukan, sektor fosil, khususnya batu bara, masih memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia selama beberapa dekade mendatang," kata David.
Di sisi lain, Freddy dari Bank Mandiri juga menegaskan bahwa sektor pertambangan harus terus didorong, namun dengan perhatian khusus terhadap dampaknya terhadap lingkungan. "Kami berkomitmen untuk mendukung sektor pertambangan, tetapi kami juga berusaha memastikan bahwa sektor ini berkembang dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan emisi karbon," ujarnya.
Sektor pertambangan di Indonesia tetap menjadi sektor yang prospektif bagi perbankan, baik untuk bank-bank lokal seperti Bank Mandiri dan BCA. Meskipun ada tantangan global terkait dengan perubahan iklim dan target NZE, perbankan Indonesia masih memiliki ruang untuk tumbuh di sektor ini hingga 2060, seiring dengan transisi menuju energi yang lebih bersih. Bank-bank lokal terus berkomitmen untuk mendukung sektor pertambangan, sambil memastikan adanya pengembangan sektor energi terbarukan untuk menciptakan keseimbangan yang diperlukan guna mencapai tujuan jangka panjang.