Tantangan Likuiditas Perbankan 2024: Pesimisme Bank Terhadap Target Pertumbuhan DPK dan Strategi Meningkatkan Penghimpunan Dana

Rabu, 27 November 2024 | 00:24:17 WIB
Tantangan Likuiditas Perbankan 2024: Pesimisme Bank Terhadap Target Pertumbuhan DPK dan Strategi Meningkatkan Penghimpunan Dana

JAKARTA - Industri perbankan Indonesia masih dibayangi oleh tantangan likuiditas yang ketat, meskipun langkah pemangkasan suku bunga acuan telah dilakukan oleh bank sentral, baik global maupun domestik. Bank Indonesia (BI) telah menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) pada September 2024 menjadi 6,00%, namun kondisi tersebut tidak sepenuhnya meringankan beban likuiditas perbankan yang masih dirasakan. Hal ini semakin jelas terlihat dalam Laporan Hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk triwulan IV-2024.

Dalam laporan tersebut, ditemukan bahwa sebagian kecil bank pesimis akan dapat mencapai target pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (RBB) mereka pada tahun 2024. Faktor utama yang mempengaruhi pesimisme ini adalah terbatasnya pertumbuhan kelas menengah ke bawah, yang menyebabkan permintaan kredit dan pertumbuhan DPK menjadi lebih lambat.

Faktor Penyebab Pesimisme dalam Pencapaian Target DPK

Pertumbuhan ekonomi yang terbatas, terutama di segmen kelas menengah ke bawah, memberikan dampak signifikan terhadap daya beli masyarakat. Hal ini, pada gilirannya, mempengaruhi permintaan kredit dan juga penghimpunan dana oleh bank. Bank-bank yang merasakan dampak tersebut, seperti yang dijelaskan dalam survei OJK, menunjukkan adanya kekhawatiran terhadap pencapaian target pertumbuhan DPK yang telah ditetapkan dalam RBB mereka. Suku bunga yang ketat juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan bank pesimis terhadap pencapaian target mereka.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan, menyebutkan bahwa saat ini, persaingan antar bank dalam memperoleh likuiditas sangat ketat. Meskipun BI-Rate telah diturunkan, tren suku bunga yang diperkirakan akan tetap tinggi atau bahkan kembali naik, menambah tantangan bagi perbankan dalam mengelola biaya dana. Hal ini membuat proses penghimpunan dana semakin tidak mudah, dengan bank-bank harus bersaing ketat untuk memperoleh likuiditas yang dibutuhkan.

Langkah Strategis Bank Dalam Menghadapi Ketatnya Persaingan

Untuk mengatasi tantangan ini, sebagian besar bank telah merumuskan berbagai strategi guna meningkatkan penghimpunan dana, terutama dalam memperoleh dana murah. Bank-bank sangat menyadari bahwa nasabah cenderung sensitif terhadap perubahan suku bunga. Oleh karena itu, sejumlah strategi telah diterapkan untuk menarik lebih banyak nasabah, terutama dengan memanfaatkan teknologi dan layanan digital.

Salah satu strategi utama yang digunakan oleh perbankan adalah optimalisasi layanan digital. Dengan adanya platform digital yang memudahkan nasabah dalam membuka dan mengelola rekening, bank berharap dapat menarik lebih banyak nasabah, khususnya yang berada di wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau. Layanan digital ini memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi secara lebih efisien, tanpa harus datang ke kantor cabang.

Selain itu, beberapa bank juga menawarkan program-program seperti hadiah, undian, program loyalitas, dan pemberian poin kepada nasabah untuk meningkatkan daya tarik produk mereka. Program-program ini diharapkan dapat mendorong nasabah untuk menambah saldonya di bank dan memperpanjang jangka waktu simpanan mereka, sehingga meningkatkan DPK bank tersebut.

Peran Layanan Digital dalam Penghimpunan Dana

Dalam survei OJK, sebanyak 93 bank responden yang mewakili hampir 96% total aset bank umum Indonesia memberikan gambaran tentang kesiapan mereka dalam menghadapi tantangan likuiditas. Hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 48 bank sudah memiliki layanan digital perbankan yang siap untuk digunakan, sementara 45 bank lainnya belum memiliki platform digital tersebut. Dengan semakin banyaknya bank yang menyediakan layanan digital, perbankan Indonesia berusaha memenuhi kebutuhan nasabah yang semakin menginginkan kemudahan dan kecepatan dalam bertransaksi.

Proyeksi Pertumbuhan DPK 2024

Dalam proyeksi ke depan, OJK memperkirakan bahwa pertumbuhan DPK akan lebih banyak didorong oleh deposito, meskipun suku bunga diperkirakan cenderung menurun setelah penurunan BI-Rate pada September 2024. Meskipun demikian, meski ada penurunan suku bunga, bank-bank harus tetap berhati-hati dalam menetapkan suku bunga mereka agar tetap menarik bagi nasabah, sekaligus menjaga margin keuntungan mereka.

Kondisi Makroekonomi dan Dampaknya Terhadap Perbankan

Pertumbuhan ekonomi yang moderat dan daya beli masyarakat yang menurun juga memberikan tekanan tambahan bagi bank. Bank-bank harus menghadapi situasi ekonomi yang kurang menguntungkan, yang menyebabkan rendahnya permintaan kredit dan penghimpunan dana. Dengan kondisi seperti ini, banyak bank yang terpaksa menurunkan target pertumbuhan mereka di tahun 2024.

Namun, meskipun ada berbagai tantangan, bank-bank yang lebih siap dengan teknologi dan inovasi di sektor digital diharapkan dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih baik. Sebagian bank telah berfokus pada pengembangan produk dan layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan nasabah, serta meningkatkan efisiensi operasional mereka melalui teknologi digital.

Adaptasi dan Inovasi Bank di Tengah Tantangan Likuiditas

Industri perbankan Indonesia saat ini tengah menghadapi sejumlah tantangan likuiditas, dengan ketatnya persaingan antar bank dan penurunan daya beli masyarakat. Namun, bank-bank yang mampu beradaptasi dengan perubahan ini, terutama melalui pengembangan layanan digital dan peningkatan program loyalitas nasabah, diperkirakan akan lebih mampu menghadapi tantangan tersebut. Di sisi lain, kebijakan suku bunga yang lebih rendah dari BI dapat memberikan dampak positif dalam menarik dana dari masyarakat, meskipun ada ketidakpastian dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi ke depan.

Perbankan Indonesia masih memiliki ruang untuk bertumbuh, namun mereka harus cerdas dalam merumuskan strategi agar dapat tetap mempertahankan kinerja positif meskipun dalam situasi yang tidak sepenuhnya ideal.

Terkini