Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mengumumkan rencana ambisius untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham senilai hingga Rp3 triliun. Langkah strategis ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas harga saham perusahaan di pasar.
Informasi mengenai rencana ini diumumkan dalam siaran pers perusahaan yang dirilis di Jakarta baru-baru ini, Senin, 3 Februari 2025.
Sesuai Peraturan OJK
Rencana buyback saham ini telah dirancang sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 29/2023 tentang Pembelian Kembali Saham oleh Perusahaan Terbuka. Dalam peraturan tersebut, BRI mematuhi bahwa total nilai seluruh buyback yang direncanakan akan mencapai perkiraan maksimum sebesar Rp3 triliun.
Proses buyback ini akan dilakukan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun di luar bursa, baik secara bertahap maupun sekaligus. Rencana tersebut diperkirakan akan selesai paling lambat 12 bulan setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diadakan untuk menyetujui aksi korporasi ini.
Perhatian pada Likuiditas dan Permodalan
Direktur Utama BRI, Sunarso, menyatakan bahwa pelaksanaan buyback saham ini juga akan memperhatikan kondisi likuiditas dan permodalan perseroan. "Buyback saham nanti kami usulkan di RUPS," terang Sunarso. Pengalihan saham hasil buyback ini diharapkan dapat mendukung program kepemilikan saham pekerja serta direksi dan dewan komisaris.
Aksi korporasi ini menandakan komitmen BRI untuk memanfaatkan sebesar-besarnya hasil buyback, yang jadwal pengalihannya direncanakan berlangsung secara bertahap hingga 2025. Selain itu, perseroan mengonfirmasi bahwa semua langkah ini akan dilaksanakan dengan mematuhi peraturan yang berlaku.
Jadwal RUPS dan Tantangan 2024
Sebagai informasi tambahan, BRI menyebutkan bahwa RUPS perusahaan akan berlangsung pada Maret mendatang, tepatnya Selasa, 11 Maret 2025. Tanggal daftar pemegang saham (DPS) yang berhak hadir dalam pertemuan tersebut akan diumumkan pada 14 Februari mendatang.
Mengenai prospek kinerja tahun 2024, Sunarso mengakui bahwa ada tantangan ekonomi yang dihadapi sepanjang tahun lalu. Namun, ia tetap optimistis bahwa BRI akan terus meraih hasil positif. "Saya yakin BRI punya kapasitas dan kualitas untuk bisa mempertahankan tingkat perolehan labanya, meskipun sahamnya lagi dibuang-buang," ujar Sunarso.
Kinerja Keuangan dan Prospek
Meski banyak tantangan, hingga November 2024, BBRI berhasil mencatat laba bersih mencapai Rp50,00 triliun. Indikator kinerja utama perusahaan tetap stabil kecuali beban bunga dan kerugian penurunan nilai aset keuangan yang memberikan tekanan pada laba perusahaan.
Kredit yang disalurkan oleh BRI menunjukkan pertumbuhan positif, meski relatif rendah yaitu 4,99% (year on year/yoy) menjadi Rp1.219,21 triliun. Meskipun demikian, angka tersebut masih lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit ke segmen UMKM di industri perbankan, yang tercatat hanya 3,7% (yoy) pada November 2024.
BRI dengan model bisnis utamanya di sektor UMKM telah mendorong pertumbuhan kredit lebih tinggi meski di tengah kondisi pasar yang tidak menentu. Dengan langkah buyback dan strategi peningkatan kinerja finansial, BRI berkomitmen untuk mempertahankan posisi mereka sebagai salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia.