Peran Pendidikan bagi Masa Depan

Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:35:41 WIB
Peran Pendidikan bagi Masa Depan

JAKARTA - Di tengah kompetisi dunia kerja yang semakin ketat, pendidikan kini tidak hanya dipandang sebagai kewajiban formal, melainkan sebagai investasi jangka panjang yang dapat membuka lebih banyak peluang karier. Bagi banyak orang, pendidikan menjadi landasan utama dalam menentukan arah dan kecepatan perkembangan profesional mereka.

Hal ini tercermin dari data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat perbedaan signifikan dalam rata-rata gaji berdasarkan jenjang pendidikan. Pada Februari 2025, lulusan pendidikan tinggi seperti Diploma IV, S1, S2, dan S3 memiliki rata-rata pendapatan bulanan sebesar Rp4,35 juta. Angka ini jauh melampaui pendapatan lulusan sekolah dasar yang hanya sekitar Rp2,07 juta. Data tersebut menunjukkan bahwa jenjang pendidikan yang lebih tinggi kerap dikaitkan dengan akses terhadap pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan yang lebih layak.

Namun, pendidikan bukan hanya tentang gelar dan angka. Pemahaman yang mendalam, keterampilan yang relevan, serta kesiapan menghadapi tantangan di dunia kerja menjadi nilai tambah dari proses belajar yang ditempuh selama di bangku pendidikan tinggi.

Hal ini diperkuat oleh temuan dari Global Student Survey 2025 yang dilakukan oleh Chegg. Dalam survei tersebut, sebanyak 54% mahasiswa Indonesia menyatakan sangat setuju dan 34% setuju bahwa pendidikan yang sedang mereka tempuh telah mempersiapkan mereka untuk menghadapi pasar kerja. Jika digabungkan, total 88% responden merasa yakin bahwa pendidikan mereka relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat keyakinan mahasiswa tertinggi ketiga dari 15 negara yang disurvei. Indonesia hanya berada di bawah Arab Saudi (dengan 50% sangat setuju dan 41% setuju) serta Kenya (65% sangat setuju dan 23% setuju). Menariknya, hanya 2% responden dari Indonesia yang menyatakan tidak setuju, dan 1% sangat tidak setuju, sementara sisanya bersikap netral.

Tingginya tingkat kepercayaan mahasiswa Indonesia terhadap relevansi pendidikan dengan masa depan karier mereka mencerminkan adanya kesadaran akan pentingnya kesiapan menghadapi pasar kerja. Pendidikan tidak lagi dianggap sekadar menuntaskan kurikulum, melainkan harus bisa menjembatani mahasiswa dengan realitas dan dinamika lapangan pekerjaan yang terus berubah.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Mereka dituntut untuk terus melakukan pembaruan kurikulum, memperkuat kerja sama dengan dunia industri, serta menanamkan keterampilan lunak (soft skills) dan teknis (hard skills) yang sesuai kebutuhan masa kini dan masa depan.

Jika perguruan tinggi mampu menyelaraskan materi pembelajaran dengan tuntutan lapangan kerja, maka lulusan yang dihasilkan bukan hanya siap pakai, tetapi juga mampu bersaing secara global. Pendidikan yang aplikatif dan kontekstual akan mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja nasional serta menurunkan angka pengangguran.

Dalam konteks yang lebih luas, survei Chegg juga menjadi cerminan dari keresahan dan harapan mahasiswa dunia terhadap sistem pendidikan. Setiap tahun, survei ini dilakukan untuk menangkap dinamika yang terjadi di kalangan mahasiswa terkait relevansi pendidikan, tekanan mental, dan tantangan yang mereka hadapi selama menempuh studi.

Survei tahun 2025 ini dilakukan secara daring pada 1–23 Oktober 2024 terhadap mahasiswa usia 18–21 tahun dari 15 negara. Total ada 11.706 responden, dengan masing-masing negara menyumbangkan sampel antara 500 hingga 1.002 mahasiswa.

Temuan dari Chegg dan BPS ini sejatinya saling melengkapi. Di satu sisi, BPS memperlihatkan bagaimana tingkat pendidikan berkorelasi dengan pendapatan. Di sisi lain, survei Chegg mencerminkan bagaimana mahasiswa menilai efektivitas pendidikan yang mereka jalani. Kedua data tersebut menguatkan bahwa pendidikan tetap menjadi pilar utama dalam membangun karier, asalkan tetap relevan dan adaptif terhadap perubahan.

Di era yang terus bergerak cepat ini, kebutuhan akan tenaga kerja yang terampil, inovatif, dan fleksibel menjadi prioritas. Oleh karena itu, pendekatan pendidikan pun harus bergeser dari yang semata-mata teoritis menuju pendekatan yang praktis dan visioner. Pendidikan harus menjadi tempat lahirnya pemecah masalah, bukan hanya penghafal teori.

Tak heran jika saat ini banyak kampus mulai bertransformasi, menerapkan kurikulum berbasis proyek, kerja praktik industri, hingga pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan dan data analytics dalam proses pembelajaran. Semua ini bertujuan agar mahasiswa tidak sekadar lulus, tetapi juga siap berkontribusi di dunia profesional.

Dengan semangat kolaboratif antara dunia pendidikan dan industri, serta dorongan dari mahasiswa yang semakin sadar akan arah kariernya, pendidikan tinggi Indonesia memiliki peluang besar untuk mencetak generasi yang tidak hanya kompeten, tetapi juga tangguh dan relevan di masa depan.

Maka, menjawab pertanyaan “seberapa besar peran pendidikan bagi karier?”, jawabannya: sangat besar. Namun, keberhasilannya tergantung pada sejauh mana pendidikan tersebut mampu menjawab tantangan zaman dan memenuhi harapan generasi muda.

Terkini

HP OPPO Rp2 Jutaan Spek Mumpuni

Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:24:21 WIB

5 Alasan Pilih Samsung Galaxy S FE Sekarang Juga

Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:26:39 WIB

HP OPPO Rp2 Jutaan, Speknya Ngebut

Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:29:31 WIB

Harga HP Xiaomi Juli 2025 Terbaru

Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:32:38 WIB

Peran Pendidikan bagi Masa Depan

Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:35:41 WIB