Medan Kembangkan Transportasi Ramah Lingkungan

Rabu, 16 Juli 2025 | 10:56:48 WIB
Medan Kembangkan Transportasi Ramah Lingkungan

JAKARTA - Pemerintah Kota Medan terus memperkuat komitmennya dalam pengembangan transportasi berbasis energi bersih melalui perluasan layanan bus listrik dan integrasi moda angkutan kota (angkot). Upaya ini menjadi bagian dari transformasi sistem transportasi publik yang modern, efisien, dan berkelanjutan.

Salah satu langkah strategis adalah menjadikan angkot sebagai moda pengumpan atau feeder bagi Bus Rapid Transit (BRT) berbasis listrik. Skema ini diharapkan mampu menciptakan jaringan transportasi yang saling terhubung antar-moda, tanpa mematikan moda eksisting seperti angkot.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan, Supriono, menjelaskan bahwa peran angkot tetap sangat penting dalam sistem transportasi perkotaan. Pemerintah berupaya agar angkot tidak tersingkir, melainkan bertransformasi sebagai penghubung antar-kawasan menuju titik-titik transit utama BRT.

“Kami berharap angkutan kota ini bisa dikembangkan menjadi feeder. Sehingga layanan BRT tidak menjadi musuh dari angkutan yang sudah ada,” ujar Supriono.

Pemerintah Kota Medan juga menekankan bahwa integrasi ini dirancang untuk menciptakan keseimbangan antara keberlanjutan lingkungan dan kebutuhan masyarakat terhadap aksesibilitas transportasi.

Selain itu, penggunaan armada bus listrik membawa banyak keunggulan, mulai dari pengurangan emisi karbon, minim polusi suara, hingga efisiensi biaya operasional.

“Energi listrik ini ramah lingkungan, baik dari sisi emisi gas buang maupun kebisingan. Bus listrik juga lebih hening, sehingga mengurangi polusi suara,” tambah Supriono.

Penataan Rute dan Peran Angkot

Penataan ulang trayek angkot dilakukan agar mendukung fungsi feeder secara optimal. Penumpang dapat menggunakan angkot untuk menjangkau halte-halte BRT listrik dan melanjutkan perjalanan ke pusat kota atau kawasan lainnya. Dengan konsep ini, mobilitas masyarakat menjadi lebih cepat, murah, dan terjangkau.

Program integrasi ini juga menjadi bagian dari sistem Buy The Service (BTS), yang didukung penuh pemerintah pusat. Melalui program ini, pemerintah membeli layanan transportasi dari operator, sehingga tarif kepada masyarakat tetap terjangkau.

Sebagai pendukung ekosistem transportasi baru ini, halte dan titik transit mulai ditata ulang agar memudahkan perpindahan antar-moda. Pemerintah juga tengah merancang terminal dan shelter terintegrasi yang dapat digunakan bersama oleh angkot, bus listrik, dan moda lain seperti ojek daring.

Dampak bagi Pengguna Transportasi Publik

Perubahan ini mulai dirasakan langsung oleh masyarakat. Penggunaan bus listrik memberikan kenyamanan dan efisiensi yang sebelumnya tidak didapatkan dari moda lain.

Sinta Duma Siregar, seorang ASN yang bekerja di Puskesmas, menyebut bahwa dirinya kini lebih memilih menggunakan bus listrik dibanding kendaraan pribadi. Hal ini karena bus listrik lebih nyaman, bersih, dan berjadwal.

“Sebelumnya saya pakai motor, sekarang naik bus listrik jadi lebih nyaman dan terjadwal,” kata Sinta.

Namun, ia berharap armada dan jangkauan layanan bus listrik dapat segera diperluas agar masyarakat tidak perlu bergantung pada kendaraan pribadi atau menunggu lama di halte.

Sementara itu, Sesil Sibarani, seorang mahasiswa, mengatakan bahwa ia merasa lebih aman dan nyaman saat menggunakan bus listrik dibandingkan angkot. Selain lebih lapang, tarif yang ditawarkan juga lebih murah.

“Kalau angkot sempit dan berhimpitan. Di bus ini tempat duduknya sendiri, nggak perlu berbagi. Tarifnya juga lebih murah,” ujar Sesil.

Dengan kartu pelajar, Sesil cukup membayar Rp3.000 sekali jalan menggunakan bus listrik, jauh lebih hemat dibandingkan total biaya harian angkot yang bisa mencapai Rp8.000.

Tantangan dalam Implementasi

Meski menunjukkan kemajuan, implementasi sistem transportasi listrik di Medan belum sepenuhnya mulus. Beberapa kendala masih harus diatasi, seperti konektivitas yang belum merata, armada yang terbatas, dan ketergantungan warga pada kendaraan pribadi.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah menyusun sejumlah langkah lanjutan. Di antaranya adalah:

Perluasan jaringan BRT ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau,

Penambahan jumlah armada bus listrik secara bertahap,

Reorganisasi trayek angkot agar selaras dengan koridor bus listrik,

Penambahan halte yang mudah dijangkau dan nyaman.

Pemerintah Kota juga tengah menyiapkan sistem digital seperti aplikasi pelacak armada bus listrik, agar penumpang dapat mengetahui waktu kedatangan bus secara real-time. Ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan transportasi publik.

Menuju Transportasi Terpadu dan Berkelanjutan

Pengembangan ini menjadi bagian dari visi jangka panjang Kota Medan dalam membangun sistem transportasi yang terintegrasi dan berorientasi lingkungan. Pemerintah menargetkan seluruh moda transportasi publik terhubung secara digital dan fisik, baik dari segi rute maupun pembayaran.

Dalam jangka menengah, pemerintah juga mendorong kawasan Transit Oriented Development (TOD), yakni kawasan permukiman dan komersial yang terkoneksi langsung dengan simpul transportasi. Hal ini diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal sekaligus mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.

Dengan adanya sinergi antara moda lama seperti angkot dengan moda baru seperti bus listrik, Medan kini menata ulang wajah transportasinya menuju sistem yang lebih modern, hijau, dan inklusif. Perubahan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia dalam mewujudkan transportasi masa depan yang berkelanjutan.

Terkini

Tiket Kapal Pelni Surabaya Jakarta Mulai Rp183 Ribu

Rabu, 16 Juli 2025 | 14:16:58 WIB

KAI Pasang PLTS di 10 Fasilitas

Rabu, 16 Juli 2025 | 14:20:10 WIB

Garuda Indonesia Buka Rute Umrah dari Palembang

Rabu, 16 Juli 2025 | 14:23:00 WIB

Strategi Transportasi Rendah Emisi Indonesia

Rabu, 16 Juli 2025 | 14:28:23 WIB

Harga Sembako Stabil di Pacitan

Rabu, 16 Juli 2025 | 14:33:03 WIB