JAKARTA - Upaya pengembangan sepak bola putri di Indonesia terus menunjukkan arah yang semakin jelas. Bukan hanya melalui wacana, tapi melalui langkah nyata dan terukur. Hal ini tercermin dari berbagai kompetisi usia dini yang kini mulai bergulir secara berjenjang di berbagai wilayah. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa federasi serius membangun fondasi sepak bola putri dari akar rumput.
Dalam pernyataannya, Erick menyebut bahwa kompetisi seperti Piala Pertiwi 2025 untuk kelompok usia U-14 dan U-16 merupakan tonggak penting dalam menciptakan ekosistem sepak bola putri yang sehat dan berkelanjutan. Saat ini, kompetisi tersebut sudah berlangsung di 12 provinsi dan 16 kota atau wilayah regional di seluruh Indonesia.
“Piala Pertiwi bukan sekadar turnamen. Ia adalah langkah konkret untuk memastikan bahwa talenta muda putri memiliki ruang kompetitif yang sehat, terstruktur, dan berdampak,” ujar Erick Thohir saat menyaksikan pertandingan Semifinal All Stars Piala Pertiwi 2025 di Kudus, Jawa Tengah.
Pernyataan Erick tersebut menegaskan bahwa PSSI tidak ingin pengembangan sepak bola putri berhenti di level nasional atau senior saja. Sebaliknya, federasi ingin memastikan bahwa proses pembinaan berlangsung secara menyeluruh dan merata, mulai dari usia belia hingga jenjang profesional.
Menumbuhkan Talenta Sejak Dini
Lebih lanjut, Erick juga menyoroti pentingnya keberlanjutan pembinaan usia dini di kelompok U-8 dan U-10. Menurutnya, dua kelompok usia ini merupakan pondasi penting dalam proses awal anak-anak perempuan mengenal dunia sepak bola. Kompetisi usia dini ini juga telah memasuki tahun kedua pelaksanaan.
“Kami melihat meningkatnya antusiasme, bukan hanya dari para pemain, tetapi juga dari orang tua, pelatih, dan komunitas lokal. Ini menandakan bahwa fondasi sepak bola putri kini mulai diperkuat dari akar rumput,” ungkap Erick sebagaimana dilansir dari rilis resmi PSSI.
Antusiasme yang dimaksud terlihat dari peningkatan jumlah peserta, dukungan dari komunitas lokal, serta makin banyaknya klub atau sekolah sepak bola (SSB) yang kini membuka kesempatan latihan bagi anak perempuan sejak dini. Perubahan paradigma ini menjadi kunci penting dalam menghapus stigma bahwa sepak bola hanya untuk laki-laki.
Komitmen Jangka Panjang PSSI
Langkah-langkah konkret ini menunjukkan bahwa PSSI tidak ingin pembangunan sepak bola putri bersifat musiman. Melalui penyelenggaraan kompetisi secara rutin dan sistematis, PSSI tengah membentuk fondasi jangka panjang yang diharapkan akan melahirkan pemain-pemain putri bertalenta di masa depan.
“Kompetisi ini menjadi bukti berputarnya roda pembinaan sejak usia muda, sekaligus memperlihatkan berkembangnya benih-benih kompetisi yang makin merata,” tutur Erick.
PSSI juga menginginkan agar setiap daerah memiliki ruang kompetisi yang layak untuk anak-anak perempuan yang ingin menekuni olahraga sepak bola. Harapannya, tidak ada lagi kesenjangan antara kota besar dan daerah dalam hal akses terhadap kompetisi.
Kudus Jadi Saksi Keseriusan PSSI
Gelaran Semifinal All Stars Piala Pertiwi 2025 yang berlangsung di Kudus, Jawa Tengah, menjadi bukti bahwa PSSI tidak hanya menyelenggarakan kompetisi di kota-kota besar. Dengan menyasar daerah yang memiliki sejarah kuat dalam sepak bola, seperti Kudus, PSSI ingin membangkitkan kembali semangat pembinaan dari daerah.
Acara tersebut juga menjadi panggung unjuk bakat para pemain putri muda dari berbagai provinsi yang tampil dengan semangat tinggi. Kehadiran Erick Thohir secara langsung menunjukkan perhatian PSSI terhadap perkembangan kompetisi tersebut.
Dukungan Komunitas dan Orang Tua Jadi Modal Penting
Salah satu indikator suksesnya pengembangan sepak bola usia dini adalah keterlibatan aktif orang tua dan komunitas lokal. Erick Thohir mencatat bahwa dukungan dari lingkungan terdekat para pemain menjadi faktor penting dalam menjaga keberlangsungan minat anak terhadap sepak bola.
Kompetisi U-8 dan U-10 disebut bukan hanya menjadi tempat bermain, tetapi juga ruang untuk menanamkan nilai-nilai sportivitas, disiplin, dan kerja tim sejak dini.
Dengan tumbuhnya komunitas sepak bola putri di berbagai daerah, kompetisi seperti Piala Pertiwi akan semakin mendapat tempat di hati masyarakat. Ini membuka peluang besar bagi anak perempuan Indonesia untuk memiliki jalur karier profesional di dunia olahraga, khususnya sepak bola.
Harapan Masa Depan: Dari Piala Pertiwi ke Tim Nasional
Keberadaan kompetisi berjenjang sejak usia dini tentu bukan tanpa tujuan jangka panjang. PSSI berharap, melalui turnamen seperti Piala Pertiwi dan liga kelompok umur lainnya, akan muncul generasi pemain putri yang siap mengisi skuad tim nasional sepak bola putri Indonesia di masa depan.
Dengan sistem scouting yang berjalan seiring dengan jalannya turnamen, para pelatih dan pencari bakat dapat menemukan potensi tersembunyi di berbagai pelosok Indonesia.
PSSI juga terus mengembangkan sistem pelatihan dan pelatih bersertifikasi agar kualitas pembinaan semakin meningkat. Harapannya, dalam beberapa tahun mendatang, sepak bola putri Indonesia bisa bersaing di level internasional dan tidak lagi tertinggal dari negara-negara lain di Asia Tenggara.
Komitmen Erick Thohir dan PSSI dalam memajukan sepak bola putri tak berhenti pada slogan. Melalui kompetisi usia dini seperti Piala Pertiwi dan kelompok U-8 serta U-10, PSSI terus menguatkan akar rumput sepak bola putri Indonesia. Dengan dukungan masyarakat, komunitas, dan infrastruktur yang kian membaik, masa depan sepak bola putri Indonesia tampak semakin menjanjikan.