Saham GOTO Mulai Bangkit Didukung Fintech dan Efisiensi

Jumat, 11 Juli 2025 | 11:30:16 WIB
Saham GOTO Mulai Bangkit Didukung Fintech dan Efisiensi

JAKARTA – Di tengah tekanan pasar yang masih membayangi sektor teknologi, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang dinanti para pelaku pasar. Meski sepanjang 2025 sahamnya belum pulih dari tren pelemahan, sejumlah analis percaya bahwa momentum rebound tinggal menunggu waktu. Ini tak lepas dari fundamental keuangan yang mulai membaik dan kinerja impresif lini fintech perseroan.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham GOTO mengalami koreksi sebesar 14,28 persen secara year-to-date (ytd) dan bertengger di level Rp60 per saham. Penurunan ini membuat GOTO menjadi salah satu saham teknologi dengan performa terburuk dalam indeks MSCI ASEAN, menguapkan nilai kapitalisasi pasar hingga US$2,2 miliar.

Namun, koreksi tersebut justru dipandang sebagai anomali oleh sejumlah lembaga riset terkemuka. Dalam analisis yang dirilis ke publik, JPMorgan Chase & Co. serta Aletheia Capital menilai bahwa tekanan harga saham belum mencerminkan perbaikan signifikan yang sudah diraih GoTo dalam beberapa kuartal terakhir.

“Secara operasional, perusahaan berada dalam kondisi yang solid,” ungkap Nirgunan Tiruchelvam, Kepala Riset Konsumen dan Internet di Aletheia Capital, Singapura. Ia menilai bahwa langkah-langkah strategis yang dilakukan manajemen sudah berada di jalur yang tepat, namun apresiasi pasar justru belum sepadan dengan kinerja tersebut. “Pasar tampaknya memberikan penalti yang tidak adil terhadap saham ini,” ujarnya.

GoTo sendiri merupakan entitas hasil merger antara Gojek dan Tokopedia yang resmi bergabung pada 2021. Setelah mencatatkan debut di bursa lewat IPO tahun 2022 dengan euforia tinggi, saham GOTO sempat mencetak reli kuat. Namun, sejak saat itu, harga saham terus menurun hingga hampir 90% di titik terendah pada 2024.

Kini, harapan bangkitnya saham GOTO mulai terlihat seiring keberhasilan perseroan membukukan laba EBITDA (Earnings Before Interest, Tax, Depreciation and Amortization) yang disesuaikan selama tiga kuartal berturut-turut. Pada laporan keuangan terbaru, perusahaan berhasil mencetak EBITDA positif sebesar Rp393 miliar, berbalik dari rugi pro forma Rp101 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Kinerja ini juga diperkuat dengan lonjakan pendapatan bersih sebesar 37% secara tahunan.

Salah satu pendorong utama dari perbaikan tersebut berasal dari lini bisnis layanan keuangan digital. Unit fintech GoTo—yang mencakup dompet digital dan layanan pinjaman—melaporkan pertumbuhan pendapatan hingga 90% secara tahunan pada kuartal terakhir. Tak hanya itu, jumlah pengguna aktif bulanan di sektor ini juga menembus 20 juta, menunjukkan tingginya adopsi dari konsumen.

Pertumbuhan eksponensial ini menegaskan bahwa bisnis fintech GoTo bukan sekadar pelengkap, melainkan salah satu mesin pertumbuhan baru bagi perseroan. Mohit Mirpuri, mitra senior SGMC Capital yang berbasis di Singapura, turut mengungkapkan optimisme serupa. “Skala dan arah pertumbuhan fintech GOTO baru saja dimulai,” katanya.

Menurutnya, performa GOTO di sektor keuangan digital berpotensi menyaingi pemain regional lain seperti SEA Ltd. (pemilik Shopee) dan Grab Holdings Ltd. “GoTo bisa jadi adalah 'kuda hitam' dalam persaingan fintech Asia Tenggara,” tegas Mirpuri.

Di samping kinerja operasional yang membaik, GOTO juga menunjukkan sinyal positif dari sisi korporasi. Salah satunya adalah pelaksanaan program pembelian kembali saham (buyback) yang dinilai memberikan sinyal kepercayaan manajemen terhadap valuasi perusahaan. Aksi ini turut dianggap sebagai langkah strategis dalam menjaga harga saham dan meningkatkan daya tarik bagi investor.

Rumor yang kembali mencuat terkait kemungkinan merger antara GOTO dan Grab juga ikut mengangkat harapan pasar. Meskipun belum ada konfirmasi resmi, sentimen penggabungan dua raksasa teknologi tersebut dapat menciptakan sinergi besar di level regional dan memperkuat posisi GoTo di industri.

Hal ini turut disoroti oleh Henry Wibowo, Kepala Riset Indonesia di JPMorgan. Ia menilai bahwa valuasi saham GOTO saat ini belum memperhitungkan potensi pemulihan kinerja maupun kemungkinan terjadinya merger strategis. “Harga saham GoTo saat ini menarik, dan penurunan terbaru merupakan peluang beli yang baik,” ujar Henry.

Ia menambahkan bahwa sentimen negatif terhadap saham GOTO saat ini tidak mencerminkan kondisi fundamentalnya. Menurutnya, pemulihan profitabilitas dan efisiensi operasional adalah dua faktor penting yang seharusnya menjadi dasar penilaian investor.

Di tengah dinamika sektor teknologi yang masih berfluktuasi, GOTO tampaknya menjadi salah satu nama yang layak dipantau. Terlepas dari tekanan jangka pendek, kinerja keuangan yang membaik, transformasi digital yang berkelanjutan, serta penguatan lini bisnis fintech menjadikan GOTO sebagai kandidat kuat untuk rebound di paruh kedua 2025.

Kini, semuanya kembali pada bagaimana pasar merespons data dan sinyal positif yang terus bermunculan dari dalam perusahaan. Jika tren pertumbuhan ini bisa dipertahankan, bukan tak mungkin GOTO akan kembali ke jalur bullish dan memberikan imbal hasil yang menarik bagi para pemegang sahamnya.

Terkini

Olahraga Pagi Efektif Bakar Lemak

Jumat, 11 Juli 2025 | 10:50:28 WIB

Cara Sadap WA Pasangan Tanpa Ketahuan

Jumat, 11 Juli 2025 | 13:44:40 WIB

Dokter Jelaskan Bahaya Skincare Bermerkuri

Jumat, 11 Juli 2025 | 13:54:29 WIB