Strategi ESDM Tingkatkan Produksi Minyak Nasional

Jumat, 11 Juli 2025 | 09:28:49 WIB
Strategi ESDM Tingkatkan Produksi Minyak Nasional

JAKARTA - Di tengah tekanan konsumsi energi domestik yang tinggi dan penurunan alamiah produksi minyak, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengambil langkah strategis dengan menitikberatkan pada tiga jurus utama untuk mengerek produksi minyak nasional. Fokus kebijakan tidak hanya diarahkan pada upaya eksplorasi semata, tetapi juga pada optimalisasi sumber daya yang telah ada, termasuk potensi besar dari sumur-sumur tua.

Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, mengungkapkan dalam pembukaan Musyawarah Nasional V Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) yang berlangsung di Jakarta, bahwa pemerintah serius mendorong peningkatan produksi minyak dalam negeri guna menekan ketergantungan terhadap bahan bakar impor yang saat ini masih mendominasi.

Strategi Bertumpu pada Inovasi Teknologi, Revitalisasi Sumur Idle, dan Eksplorasi Kawasan Timur

Ketiga strategi yang menjadi fokus utama pemerintah saat ini meliputi penggunaan teknologi mutakhir untuk optimalisasi produksi, reaktivasi sumur idle, serta pencarian cadangan baru di kawasan Indonesia Timur.

"Optimalisasi teknologi seperti enhanced oil recovery (EOR), fracking, dan pengeboran horizontal menjadi pendekatan pertama kami dalam meningkatkan efisiensi dan hasil produksi dari sumur-sumur eksisting," ujar Tanjung.

Strategi kedua adalah pemanfaatan kembali sumur idle. Dari total 16.990 sumur, sekitar 4.495 sumur tidak aktif dan berpotensi untuk direaktivasi. Upaya ini dinilai bisa secara signifikan menambah angka produksi tanpa perlu membuka sumur baru yang memerlukan biaya tinggi dan proses perizinan yang panjang.

Untuk itu, Tanjung menekankan pentingnya kolaborasi dan dukungan dari pemerintah daerah.

“Kalau sumur baru, harus ada dukungan kepala daerah supaya proses perizinan dan lainnya bisa dipercepat,” katanya.

Strategi ketiga yang kini mulai digencarkan adalah eksplorasi wilayah Indonesia bagian timur, yang selama ini dinilai memiliki potensi cadangan migas yang belum tergarap maksimal. Pemerintah mendorong badan usaha untuk meninjau kawasan ini secara aktif guna menemukan sumber daya baru yang bisa menunjang ketahanan energi nasional.

Realisasi Produksi Masih Menantang, Target 1 Juta Barel Tetap Dikejar

Realisasi produksi minyak mentah Indonesia pada tahun 2024 tercatat sebesar 580.000 barel per hari (bpd). Angka ini lebih rendah dari capaian tahun sebelumnya yang berada pada 606.000 bpd.

Meski mengalami penurunan, pemerintah tetap menargetkan produksi bisa mencapai 605.000 bpd pada tahun 2025 dan terus naik hingga 1 juta bpd pada 2030.

"Target jangka panjang tetap kita pegang, dengan harapan tahun 2030 tingkat produksi minyak Indonesia sudah mencapai satu juta barel per hari," tegas Tanjung.

Namun, tantangannya tidak ringan. Saat ini, Indonesia mencatat konsumsi minyak sebesar 1,6 juta barel per hari, sementara produksi dalam negeri tidak sampai separuh dari kebutuhan tersebut. Selisih besar itu membuat Indonesia harus mengimpor sekitar 1 juta barel per hari untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Sumur Tua Disiapkan untuk Skema Usaha Mikro Energi

Salah satu solusi konkret yang ditawarkan adalah pengalihan pengelolaan sumur-sumur tua ke badan usaha milik daerah (BUMD) dan koperasi. Hal ini karena sebagian besar sumur tua hanya mampu memproduksi 1–2 barel per hari angka yang sangat tidak ekonomis bagi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) besar.

“Produksi sumur tua kira-kira 1 - 2 bpd. Kalau kegiatan ini dilakukan perusahaan KKKS sangat tidak ekonomis,” ucapnya.

Namun demikian, jika pengelolaan dilakukan oleh BUMD atau koperasi, maka produksi kecil tersebut tetap bisa dikapitalisasi sebagai bagian dari kontribusi energi nasional. Kementerian ESDM pun membuka ruang besar bagi pelibatan sektor UMKM energi ini.

“Pemanfaatan sumur tua tetap tercatat sebagai produksi minyak tingkat nasional, dengan mekanisme bagi hasil produksi sebesar 80 persen untuk BUMD atau koperasi yang melaksanakan kegiatan itu,” terang Tanjung.

Sementara itu, sisanya sebesar 20 persen dari nilai ICP (Indonesian Crude Price) menjadi bagian dari perusahaan KKKS sebagai bentuk insentif. Dalam model ini, KKKS juga diwajibkan untuk melakukan pembinaan terhadap BUMD dan koperasi yang terlibat.

Harapan Ada pada Kolaborasi Pemerintah Pusat dan Daerah

Seluruh strategi yang digulirkan pemerintah tersebut membutuhkan dukungan penuh dari berbagai pemangku kepentingan, terutama dari asosiasi dan kepala daerah yang wilayahnya menjadi lokasi sumber energi potensial.

“Pemerintah membutuhkan dukungan semua pihak termasuk asosiasi agar pelaksanaan tiga strategi intervensi peningkatan produksi minyak Indonesia dapat mencapai target 2025 sebanyak 605.000 bpd,” kata Yuliot Tanjung.

Dengan sinergi yang tepat dan pelibatan seluruh elemen, Indonesia diharapkan bisa keluar dari ketergantungan impor minyak secara perlahan dan menciptakan sistem ketahanan energi nasional yang tangguh dan berkelanjutan.

Terkini

Olahraga Pagi Efektif Bakar Lemak

Jumat, 11 Juli 2025 | 10:50:28 WIB

Cara Sadap WA Pasangan Tanpa Ketahuan

Jumat, 11 Juli 2025 | 13:44:40 WIB

Dokter Jelaskan Bahaya Skincare Bermerkuri

Jumat, 11 Juli 2025 | 13:54:29 WIB