JAKARTA - Konektivitas udara internasional dari Kalimantan Selatan kembali bergeliat. Mulai Oktober 2025, Bandara Internasional Syamsudin Noor dijadwalkan membuka kembali penerbangan langsung ke Kuala Lumpur, Malaysia. Kabar ini disambut antusias oleh pelaku usaha perjalanan wisata di Banjarmasin, yang menilai rute ini bisa menjadi pintu gerbang baru untuk kemajuan ekonomi dan sektor pariwisata di wilayah tersebut.
Salah satu pelaku usaha yang menyambut baik langkah ini adalah Aisyah, pemilik Camesa Travel Banjarmasin. Baginya, pembukaan kembali jalur penerbangan internasional ini bukan sekadar rute baru, melainkan jawaban atas harapan panjang pelaku pariwisata lokal.
“Tentu ini disambut baik oleh kami para pelaku agen perjalanan. Ini angan-angan kami sejak lama,” ungkap Aisyah.
- Baca Juga BMKG: Hujan Deras Masih Ancam NTB
Aisyah menilai, penerbangan langsung Banjarmasin–Kuala Lumpur akan membuka lebih banyak peluang kerja sama lintas negara. Apalagi, Malaysia selama ini dikenal sebagai salah satu negara tujuan utama masyarakat Indonesia, baik untuk wisata, pendidikan, maupun bisnis.
Namun, menurutnya, rute ini hanya akan efektif jika diiringi dengan strategi promosi yang cermat dan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk maskapai, pemerintah daerah, dan pelaku usaha wisata.
Usulan Strategis untuk Maskapai dan Penumpang
Sebagai pelaku bisnis travel, Aisyah turut memberikan beberapa saran praktis untuk mendukung kesuksesan rute baru ini. Salah satunya adalah mengenai kebijakan bagasi.
“Agar pengunjung bisa leluasa membawa oleh-oleh khas untuk dibawa pulang ke negaranya, terutama produk UMKM,” jelasnya, sembari mengusulkan agar maskapai memberi fasilitas bagasi gratis minimal 10 kilogram.
Menurutnya, kebijakan tersebut akan mendorong wisatawan untuk berbelanja produk lokal, yang pada akhirnya turut membantu penguatan sektor UMKM di Banjarmasin dan sekitarnya.
Tak hanya itu, Aisyah juga memberikan imbauan kepada calon penumpang agar tetap menggunakan jasa agen perjalanan dalam merencanakan perjalanan mereka. Ia menilai, meski penerbangan langsung membuka opsi traveling mandiri, peran agen wisata tetap penting untuk menjangkau destinasi yang lebih luas.
“Kendati ada penerbangan langsung, traveling mandiri biasanya hanya di kota-kota besarnya saja. Dengan travel agen, kami bisa membawa turis hingga ke destinasi-destinasi yang beragam,” ujar perempuan yang juga aktif di Asosiasi Pelaku Perjalanan Wisata Indonesia (Aspperwi) itu.
Pentingnya Promosi yang Intensif dan Kolaboratif
Guna mendukung kelangsungan dan keseimbangan arus penumpang antara Banjarmasin dan Kuala Lumpur, Aisyah menekankan pentingnya strategi promosi wisata yang agresif. Menurutnya, kegiatan promosi tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada pemerintah.
Ia mendorong para pelaku agen perjalanan untuk ikut aktif, misalnya melalui kegiatan roadshow dan kerja sama langsung dengan agen perjalanan di Malaysia. Tak lupa, ia juga mengusulkan agar maskapai turut berperan melalui kebijakan harga khusus.
“Seperti dengan roadshow mempromosikan wisata kita ke agen perjalanan di Malaysia. Ini juga membutuhkan kerja sama yang baik dengan maskapai, misalnya dengan memberlakukan harga khusus,” katanya.
Tujuannya jelas: menciptakan arus wisatawan yang seimbang antara kedua kota. Dengan begitu, dampak ekonominya akan dirasakan oleh lebih banyak pihak, dari maskapai, agen perjalanan, pelaku UMKM, hingga masyarakat lokal.
Faktor Penunjang: 3A Wisata Harus Siap
Sebagai ujung tombak dalam industri perjalanan wisata, Aisyah juga menyoroti kesiapan destinasi wisata lokal. Menurutnya, promosi wisata hanya akan efektif jika destinasi yang dipromosikan memang sudah siap untuk dikunjungi. Ia mengacu pada prinsip dasar pengembangan pariwisata: 3A—Atraksi, Aksesibilitas, dan Amenitas.
“Pastikan yang kita promosikan itu benar-benar siap dikunjungi,” pesannya.
Atraksi mencakup daya tarik wisata yang unik dan menarik bagi turis asing. Aksesibilitas merujuk pada kemudahan menjangkau lokasi wisata, baik dari segi transportasi maupun infrastruktur. Sementara itu, amenitas adalah fasilitas pendukung seperti penginapan, restoran, layanan transportasi lokal, dan layanan wisata lainnya.
Tanpa 3A yang memadai, Aisyah meyakini upaya promosi bisa menjadi sia-sia. Ia menekankan bahwa wisatawan mancanegara, khususnya dari Malaysia, punya harapan tinggi terhadap kenyamanan dan kelengkapan saat berwisata.
Optimisme Pelaku Pariwisata Jelang Oktober 2025
Penetapan kembali status Bandara Syamsudin Noor sebagai bandara internasional menjadi momentum penting bagi Kalimantan Selatan. Terlebih, Banjarmasin memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata budaya dan alam, terutama bagi wisatawan dari negara-negara Asia Tenggara.
Penerbangan langsung ke Kuala Lumpur membuka kemungkinan pertukaran wisata yang lebih intensif, termasuk potensi wisata medis, wisata religi, hingga wisata edukasi.
Dengan pelibatan aktif agen perjalanan lokal dan dukungan dari maskapai serta pemerintah, rute internasional ini diharapkan tidak hanya bersifat simbolis, tetapi mampu mendongkrak sektor pariwisata secara riil dan berkelanjutan.
“Ini momentum penting, semoga kita bisa memanfaatkannya sebaik mungkin untuk kemajuan pariwisata daerah,” tutup Aisyah.