JAKARTA - Di tengah urgensi global untuk menekan laju perubahan iklim dan memperkuat ketahanan pangan, Indonesia berpotensi memainkan peran penting lewat pemanfaatan biochar. Teknologi berbasis biomassa ini tidak hanya menawarkan solusi ramah lingkungan, tetapi juga menjanjikan nilai ekonomi tinggi. Untuk mengonsolidasikan upaya pengembangan biochar secara nasional dan internasional, Asosiasi Biochar Indonesia Internasional (ABII) resmi diluncurkan.
Ketua Umum ABII, Hashim Djojohadikusumo, menegaskan bahwa Indonesia memiliki keunggulan strategis sebagai negara tropis dengan sumber daya biomassa yang sangat besar. Dalam peluncuran publik ABII, ia menyoroti pentingnya menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam pengembangan teknologi dan pasar biochar di tingkat global.
“Peluncuran ini menjadi tonggak awal dari perjalanan panjang untuk membawa biochar dari laboratorium dan lahan pertanian ke kebijakan publik, pasar karbon, dan solusi perubahan iklim global,” ujar Hashim.
- Baca Juga Tiga Crypto Altcoin Potensial Hari Ini
Menurutnya, kekayaan biomassa Indonesia tak tertandingi oleh banyak negara lain. Hanya segelintir negara seperti Republik Demokratik Kongo, Brasil, dan Venezuela yang memiliki kemiripan potensi sumber daya.
“Jarang ada negara seperti kita. Negara-negara tropis yang punya biomassa luar biasa. Bukan berupa pertanian tapi juga berupa hutan. Ini adalah kekayaan kita, ini adalah suatu sumber luar biasa. Indonesia saya yakin, semua yakin bisa jadi adidaya, super power dari biochar,” ujar Hashim optimis.
Biochar: Teknologi dari Limbah Pertanian yang Multiguna
Direktur Eksekutif ABII, Phil Rickard, memberikan penjelasan teknis mengenai apa itu biochar dan bagaimana fungsinya bagi lingkungan dan pertanian. Ia menguraikan bahwa biochar merupakan produk hasil pirolisis biomassa organik seperti jerami, sekam padi, hingga cangkang sawit.
Berbeda dengan arang biasa, biochar memiliki karakteristik yang membuatnya sangat berguna bagi kesuburan tanah, mitigasi perubahan iklim, serta penyimpanan karbon jangka panjang. Bahkan, teknologi ini telah diakui dalam berbagai kerangka kerja internasional untuk Carbon Dioxide Removal (CDR).
“Hasil pembakarannya adalah sesuatu yang terlihat seperti arang. Namun, tidak seperti arang biasa, biochar memiliki banyak manfaat ketika dikembalikan ke tanah. Manfaat utamanya adalah meningkatkan kesuburan tanah dan daya serap air, yang tentu saja akan meningkatkan hasil panen setiap tanaman,” jelas Phil.
Ia menambahkan bahwa teknologi ini juga efektif mengurangi emisi gas rumah kaca dan menjaga kelembaban tanah. Hal ini penting bagi Indonesia, mengingat setiap tahunnya lebih dari 100 juta ton limbah pertanian dihasilkan dan selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
“Pertanyaan saya adalah kenapa ini penting untuk Indonesia, dan kenapa kami melakukan ini? Karena di Indonesia ada lebih dari 100 juta ton limbah pertanian yang dihasilkan setiap tahun, dan harus melakukan sesuatu untuk hal tersebut,” lanjutnya.
Tantangan dan Peluang: Mengubah Limbah Jadi Penghasilan
Salah satu permasalahan lingkungan yang masih kerap ditemui di lapangan adalah kebiasaan membakar sisa-sisa pertanian, seperti jerami, oleh petani. Praktik ini menjadi salah satu sumber polusi udara yang cukup signifikan, terutama di wilayah pertanian dan delta.
Phil berharap, melalui dukungan dari pemerintah dan terbentuknya fasilitas-fasilitas produksi biochar, kebiasaan membakar limbah bisa digantikan dengan solusi yang lebih produktif.
“Saya berharap, dengan adanya biochar dan dukungan dari pemerintah, kita bisa mencari solusi agar para petani bisa mendapat penghasilan tambahan dari limbah itu dengan mengirimkannya ke fasilitas-fasilitas biochar yang sedang kami dan beberapa perusahaan lain dirikan,” katanya.
ABII: Menyatukan Visi, Menggerakkan Ekosistem
Asosiasi Biochar Indonesia Internasional (ABII) hadir sebagai respon terhadap kebutuhan untuk mengakselerasi pemanfaatan biochar dalam berbagai sektor, mulai dari pertanian, kehutanan, hingga energi dan rehabilitasi lahan. Dengan sifatnya yang lintas sektor, ABII diharapkan menjadi motor penggerak yang menyatukan pelaku usaha, akademisi, petani, hingga pengambil kebijakan.
Adapun tujuan utama ABII meliputi:
Mengenalkan biochar secara luas kepada petani, industri, pemerintah, dan masyarakat umum.
Mendorong riset dan inovasi di bidang teknologi produksi biochar.
Menjadi forum kolaborasi antara peneliti, pelaku bisnis, dan pembeli biochar.
Mengembangkan standarisasi dan sertifikasi biochar agar dapat digunakan secara luas dengan kualitas terjamin.
Dengan jaringan yang terus diperluas, ABII akan menggandeng lembaga penelitian dan universitas dalam upaya peningkatan literasi masyarakat. Harapannya, terbentuk ekosistem biochar yang inklusif dan berkelanjutan, sekaligus mendorong daya saing Indonesia di kancah internasional.
Momentum Menuju Ekonomi Hijau
Langkah Indonesia melalui pembentukan ABII juga selaras dengan visi global menuju transisi energi dan pertanian yang lebih ramah lingkungan. Ketika dunia semakin gencar mengadopsi kebijakan pengurangan karbon, biochar bisa menjadi salah satu solusi konkret dari negara berkembang seperti Indonesia.
Melalui pengelolaan biomassa yang optimal, peningkatan kesuburan tanah, dan pengurangan emisi karbon, Indonesia bukan hanya menjawab tantangan iklim, tetapi juga membuka jalan menuju ekonomi hijau berbasis inovasi dan keberlanjutan.
Dengan segala potensi yang dimiliki, saatnya Indonesia tidak hanya menjadi konsumen teknologi hijau, tetapi juga menjadi pemimpin dan produsen utama. Biochar, yang dulunya hanya dianggap sebagai limbah pembakaran, kini menjadi simbol masa depan yang lestari.