Berbagai Fungsi Endometrium dan Kelainan serta Penyebabnya

Bru
Kamis, 10 Juli 2025 | 08:35:51 WIB
fungsi endometrium

Fungsi endometrium sangat penting dalam sistem reproduksi wanita karena berperan langsung dalam proses menstruasi dan kehamilan. 

Endometrium merupakan lapisan terdalam dari rahim yang memiliki peran krusial dalam mendukung proses pembuahan dan pertumbuhan embrio.

Lapisan rahim ini terdiri atas tiga bagian, yaitu perimetrium (lapisan terluar), miometrium (lapisan tengah), dan endometrium (lapisan terdalam). 

Struktur jaringan yang menyusun endometrium terbentang dari bagian luar hingga bagian dalam dinding rahim. 

Jika terjadi gangguan pada lapisan ini, dapat muncul kondisi medis serius seperti endometriosis, penebalan jaringan tidak normal (hiperplasia), bahkan kanker.

Apabila tidak terjadi pembuahan, lapisan endometrium akan luruh dan menyebabkan perdarahan yang dikenal sebagai menstruasi. 

Untuk memahami lebih lanjut perannya dalam sistem reproduksi, penting mengetahui bagaimana siklus menstruasi memengaruhi perubahan pada lapisan rahim dan mendalami kembali fungsi endometrium secara keseluruhan.

Siklus Haid

Tahap Menstruasi

Siklus bulanan pada wanita diawali dengan keluarnya darah melalui leher rahim dan vagina. Darah yang keluar ini berasal dari jaringan pelapis rahim yang terurai dan bercampur dengan darah lama. 

Umumnya, durasi keluarnya darah ini berlangsung selama 2 hingga 8 hari, dengan rata-rata terjadi selama 5 sampai 6 hari.

Tahap Pertumbuhan Ulang Jaringan

Pada fase ini, ovarium mulai mematangkan kantung kecil yang berisi sel telur. Proses tersebut dipengaruhi oleh hormon yang diproduksi kantung tersebut, yaitu hormon yang memicu pertumbuhan kembali lapisan dalam rahim setelah sebelumnya luruh pada tahap sebelumnya. 

Selama masa ini, lapisan rahim yang semula sangat tipis mulai menebal secara bertahap hingga mencapai ketebalan maksimal menjelang pelepasan sel telur. 

Ini merupakan persiapan tubuh jika nantinya terjadi pembuahan, sehingga embrio dapat menempel dan tumbuh dengan baik.

Tahap Pengeluaran Zat-Zat Pendukung

Pada tahap ini, pelapis rahim menyiapkan kondisi terbaik untuk mendukung kehamilan, atau justru akan kembali luruh jika tidak ada pembuahan. 

Proses ini dinamakan tahap sekresi karena terjadi produksi dan pelepasan berbagai zat kimia oleh lapisan tersebut. 

Jika terjadi pembuahan, zat yang dilepaskan akan membantu proses penempelan awal embrio. Sebaliknya, jika tidak ada sel telur yang dibuahi, zat-zat tersebut akan memicu peluruhan lapisan rahim.

Selama periode ini juga, ovarium berada dalam tahap setelah ovulasi, di mana kantung yang telah melepaskan sel telur berubah menjadi struktur yang disebut korpus luteum. 

Struktur ini berfungsi menghasilkan hormon tertentu yang penting untuk mempertahankan kondisi rahim. Jika tidak terjadi pembuahan, produksi hormon akan berhenti.

Namun jika sel telur dibuahi, hormon tetap diproduksi untuk menjaga lingkungan rahim tetap mendukung perkembangan kehamilan.

Fungsi Endometrium

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dipahami bahwa jaringan endometrium merupakan tempat berlangsungnya proses menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim, yang dikenal sebagai implantasi. 

Tahapan ini menjadi langkah awal dalam terjadinya kehamilan. Selama kehamilan berlangsung, struktur pembuluh darah dan kelenjar di lapisan tersebut berperan dalam menyuplai oksigen, nutrisi, serta berbagai zat penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin. 

Lapisan ini juga berintegrasi dengan bagian luar embrio guna membentuk plasenta, yang menjadi jalur utama pemenuhan kebutuhan janin. 

Inilah gambaran penting mengenai fungsi endometrium dalam mendukung awal dan keberlanjutan kehamilan.

Kelainan yang Dapat Timbul pada Endometrium dan Penyebabnya

Ketika peran penting jaringan pelapis rahim tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hal ini dapat menjadi indikasi adanya gangguan atau kondisi abnormal pada lapisan tersebut. 

Salah satu tanda yang muncul biasanya berupa ketidakteraturan dalam siklus haid. Berikut ini adalah beberapa jenis gangguan yang dapat terjadi pada jaringan tersebut dan perlu diwaspadai.

Pertumbuhan Jaringan di Luar Lokasi Normal (Endometriosis)

Kondisi ini terjadi ketika jaringan yang seharusnya hanya berada di dalam rahim justru tumbuh di tempat lain di dalam tubuh, seperti di area indung telur, saluran telur, atau bahkan sekitar panggul. 

Hal ini dapat menyebabkan rasa nyeri hebat terutama selama haid dan bisa berdampak pada kemampuan untuk memiliki keturunan.

Penanganan kondisi ini dapat meliputi penggunaan obat tertentu, terapi hormon, atau melalui tindakan operasi. 

Untuk menurunkan risiko mengalaminya, disarankan rutin berolahraga, menjaga berat badan tetap stabil, serta mengurangi konsumsi minuman berkafein dan beralkohol.

Walaupun penyebab pastinya belum sepenuhnya diketahui, beberapa faktor berikut diduga berkaitan dengan kemunculan gangguan ini:

a. Aliran Darah Haid yang Berbalik Arah

Pada sebagian kasus, darah menstruasi tidak keluar dari tubuh melalui jalur normal, tetapi justru bergerak ke arah berlawanan melalui saluran telur dan masuk ke rongga panggul.

Hal ini menyebabkan jaringan pelapis rahim menempel di bagian dalam panggul atau permukaan organ lain, yang kemudian tumbuh, menebal, dan mengalami perdarahan saat siklus haid berlangsung.

b. Masalah pada Sistem Imun

Dalam situasi tertentu, sistem kekebalan tubuh tidak mampu mengenali atau mengeliminasi jaringan yang tumbuh di tempat yang tidak semestinya, sehingga jaringan tersebut tetap bertahan dan berkembang di luar rahim.

c. Perubahan pada Sel Belum Matang

Sel-sel yang belum berkembang sempurna bisa saja berubah menjadi jaringan pelapis rahim ketika seseorang memasuki masa pubertas. Perubahan ini bisa dipengaruhi oleh fluktuasi hormon, khususnya hormon estrogen.

d. Penyebaran Sel melalui Sirkulasi Tubuh

Sel jaringan rahim juga dapat berpindah ke bagian tubuh lain dengan mengikuti aliran darah atau getah bening, dua komponen penting dalam sistem pertahanan tubuh.

e. Efek dari Prosedur Medis

Beberapa jenis tindakan medis seperti operasi caesar atau pengangkatan rahim dapat menyebabkan jaringan rahim menempel di sekitar bekas luka operasi, yang kemudian bisa berkembang menjadi kondisi serupa dengan endometriosis.

Penebalan Abnormal pada Lapisan Rahim

Kondisi ini terjadi ketika bagian dalam dinding rahim menebal secara berlebihan. Salah satu penyebab utamanya adalah gangguan pada keseimbangan hormon, khususnya produksi hormon estrogen yang terlalu tinggi. 

Ketidakseimbangan tersebut disertai dengan rendahnya kadar hormon progesteron yang seharusnya mendukung proses pematangan dan pelepasan sel telur, sehingga bisa mempengaruhi kemampuan reproduksi.

Pada wanita yang mengalami gangguan ini, lapisan dalam rahim tetap bertahan meskipun tidak ada proses pembuahan. Hal tersebut menyebabkan sel-sel di dalamnya terus berkembang dan memperbanyak diri tanpa kontrol.

Beberapa gejala yang sering muncul meliputi siklus haid yang tidak teratur, jumlah darah yang keluar terlalu banyak, rasa nyeri selama haid, masa menstruasi yang berlangsung lebih dari sepuluh hari, jarak antara haid pertama bulan ini dengan haid berikutnya kurang dari tiga minggu, bahkan pendarahan dari vagina pada wanita yang sudah tidak lagi mengalami haid.

Untuk menangani masalah ini, salah satu jenis pengobatan yang dapat digunakan adalah pemberian obat progestin, yang tersedia dalam bentuk pil, suntikan, atau krim yang digunakan secara lokal.

Selain itu, prosedur medis seperti kuretase atau pengikisan jaringan lapisan rahim juga dapat dilakukan untuk mengurangi ketebalannya. 

Jika kondisi ini berkembang menjadi lebih serius atau mengarah pada pertumbuhan sel tidak normal yang berpotensi menjadi kanker, maka pengangkatan rahim bisa dipertimbangkan, terutama bagi yang tidak lagi berencana memiliki keturunan.

Jenis Kanker yang Berasal dari Lapisan Dalam Rahim

Kanker yang berkembang di bagian dalam rahim biasanya muncul pada lapisan terdalam, yaitu jaringan yang menjadi tempat implantasi. 

Meski sebagian besar berasal dari lapisan tersebut, ada pula kasus yang bermula dari jaringan otot pada rahim, dan kondisi ini dikenal sebagai sarkoma rahim.

Seperti gangguan lainnya pada area ini, ketidakseimbangan hormon juga menjadi salah satu faktor pemicunya, terutama jika kadar hormon estrogen dalam tubuh terlalu tinggi. 

Faktor risiko lain seperti kelebihan berat badan juga turut berkontribusi terhadap munculnya penyakit ini.

Gejala yang kerap dirasakan oleh penderita antara lain perdarahan yang tidak biasa, baik setelah masa menopause maupun di antara dua siklus haid; rasa nyeri di daerah panggul atau sensasi tidak nyaman di area tersebut; penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas; rasa lelah berkepanjangan; mual; ketidaknyamanan saat melakukan hubungan intim; serta nyeri yang menjalar ke area tubuh lain seperti punggung dan kaki.

Semua perempuan memiliki kemungkinan untuk mengalami kanker pada lapisan dalam rahim, tetapi ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko tersebut, di antaranya:

a. Ketidakseimbangan Hormon Reproduksi

Produksi hormon yang dihasilkan oleh indung telur, yakni estrogen dan progesteron, dapat mengalami perubahan dan tidak selalu berada dalam kondisi stabil. 

Ketika jumlah estrogen meningkat namun progesteron tidak ikut naik, maka risiko munculnya kanker pada lapisan rahim menjadi lebih besar. 

Kondisi seperti ovulasi yang tidak teratur, yang sering terjadi pada individu dengan gangguan seperti kelebihan berat badan, gangguan metabolisme, atau sindrom ovarium polikistik, dapat memperparah ketidakseimbangan ini.

b. Menstruasi dalam Rentang Waktu yang Panjang

Seorang wanita yang mengalami haid pertama kali sebelum usia 12 tahun dan baru mengalami menopause di atas usia 55 tahun memiliki masa menstruasi yang lebih panjang dibandingkan rata-rata. 

Paparan estrogen yang terus menerus dalam jangka panjang bisa berdampak pada perubahan struktur lapisan rahim dan memicu risiko kanker.

c. Tidak Pernah Mengalami Kehamilan

Perempuan yang belum pernah hamil memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kanker rahim dibandingkan dengan mereka yang setidaknya pernah mengandung satu kali dalam hidupnya. 

Kehamilan diyakini berperan dalam menjaga keseimbangan hormon secara alami sehingga dapat menurunkan risiko.

d. Usia yang Bertambah

Seiring dengan pertambahan usia, peluang munculnya kanker pada bagian dalam rahim juga ikut meningkat. Kasus ini paling banyak ditemukan pada wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi.

e. Berat Badan Berlebih

Obesitas dapat menjadi salah satu faktor penyebab karena lemak tubuh yang berlebih dapat memicu perubahan hormon, khususnya peningkatan estrogen, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi kondisi jaringan rahim.

f. Penggunaan Terapi Hormonal dalam Pengobatan Kanker Payudara

Wanita yang menjalani terapi hormon sebagai bagian dari pengobatan kanker payudara juga berpotensi mengalami kanker rahim sebagai efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi, salah satunya tamoxifen. 

Meski risikonya tidak terlalu sering ditemukan, bagi mereka yang sedang atau pernah menjalani terapi ini, sebaiknya berkonsultasi lebih lanjut dengan tenaga medis.

g. Adanya Riwayat Keluarga dengan Sindrom Lynch

Kelainan genetik ini diturunkan secara turun-temurun dan berkaitan erat dengan meningkatnya risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker usus besar. 

Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan sindrom ini sebaiknya segera berdiskusi dengan dokter. 

Di samping kanker pada usus besar dan dubur, sindrom ini juga membuat seseorang lebih rentan terkena kanker pada indung telur, lambung, ginjal, payudara, serta rahim bagian dalam.

Ketebalan yang Terlalu Rendah

Agar proses penempelan embrio berjalan lancar dan kehamilan bisa terjadi, lapisan dalam rahim perlu memiliki ketebalan yang cukup. Umumnya, ukuran yang ideal berkisar antara 8 hingga 13 milimeter. 

Namun, pada beberapa perempuan ditemukan kondisi di mana lapisan ini memiliki ukuran yang lebih tipis dari seharusnya.

Ketika ketebalan lapisan berada di bawah 7 milimeter, maka kemungkinan untuk berhasilnya penempelan sel telur yang telah dibuahi menjadi sangat kecil. 

Akibatnya, embrio mungkin tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, sehingga perkembangan kehamilan dapat terganggu dan berujung pada keguguran.

Ketidakseimbangan dalam Produksi Hormon

Perubahan atau gangguan dalam sistem hormonal bisa terjadi kapan saja, terutama pada wanita yang mengalami kelebihan berat badan atau memiliki kondisi seperti sindrom ovarium polikistik. 

Dalam keadaan seperti ini, produksi hormon estrogen sering kali tidak sebanding dengan hormon progesteron.

Ketika lapisan rahim tidak mendapat dukungan hormonal yang seimbang, maka proses untuk terjadinya pembuahan bisa menjadi lebih sulit. Hal ini berdampak langsung pada peluang keberhasilan kehamilan.

Pertumbuhan Abnormal di Dalam Rahim (Polip)

Lapisan rahim yang menebal secara berlebihan bisa memicu munculnya benjolan kecil yang dikenal sebagai polip. Bentuknya menyerupai tonjolan kecil atau struktur memanjang yang menempel pada permukaan dinding rahim. 

Ukurannya sangat bervariasi, mulai dari sebesar biji kecil hingga lebih besar dari bola golf. Meski belum ada penyebab pasti yang diketahui, kondisi ini sering dikaitkan dengan tingginya kadar hormon estrogen dalam tubuh. 

Selain itu, sejumlah faktor juga dapat meningkatkan kemungkinan terbentuknya polip, antara lain kelebihan berat badan, penggunaan obat tamoxifen untuk terapi kanker payudara, terapi hormonal setelah menopause, serta adanya riwayat keluarga yang mengalami sindrom Lynch atau sindrom Cowden.

Tanda-tanda dari kondisi ini bisa berbeda-beda pada setiap orang, namun secara umum gejala yang sering dialami meliputi:

  • Haid yang tidak teratur
  • Volume darah haid yang berlebihan atau berlangsung lama
  • Pendarahan di luar siklus haid
  • Timbul bercak atau pendarahan setelah menopause
  • Keluarnya darah setelah hubungan intim
  • Kesulitan dalam memperoleh kehamilan

Untuk mengatasi kondisi ini, terdapat beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan, seperti pemberian obat-obatan guna menstabilkan hormon, tindakan histeroskopi atau kuret untuk mengangkat jaringan, serta prosedur histerektomi jika diperlukan. 

Meskipun sebagian besar kasus bersifat jinak, diagnosis pasti hanya dapat diperoleh melalui pemeriksaan medis oleh tenaga profesional.

Adhesi di Dalam Rahim (Sindrom Asherman)

Kelainan ini tergolong langka dan ditandai dengan terbentuknya jaringan parut yang menyebabkan dinding rahim saling menempel. 

Faktor yang dapat memicu kondisi ini meliputi prosedur medis pada area rahim maupun infeksi yang menyerang lapisan bagian dalam rahim.

Gejala yang timbul bisa berbeda tergantung pada tingkat keparahannya. Beberapa gejala umum antara lain: jumlah darah haid yang sangat sedikit, nyeri perut hebat, tidak mengalami menstruasi sama sekali, serta gangguan kesuburan.

Pengobatan yang biasa dilakukan termasuk operasi melalui histeroskopi untuk mengangkat jaringan parut, pemasangan alat seperti kateter Foley untuk mencegah lengket kembali, dan pemberian terapi hormon untuk membantu pemulihan.

Infeksi pada Organ Reproduksi Bagian Atas (Radang Panggul)

Kondisi ini bisa terjadi ketika bakteri atau mikroorganisme masuk ke dalam leher rahim dan menyebar ke bagian atas sistem reproduksi wanita. Infeksi ini dapat menyerang satu atau lebih bagian, seperti rahim, saluran telur, maupun leher rahim.

Beberapa tanda yang biasanya muncul antara lain nyeri di bagian bawah perut, dorongan kuat untuk buang air kecil, serta rasa sakit saat berkemih.

Penanganan infeksi ini umumnya dilakukan melalui konsumsi antibiotik untuk mengatasi penyebab infeksinya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Sebagai penutup, menjaga keseimbangan hormon sangat penting agar fungsi endometrium tetap optimal dalam mendukung proses menstruasi dan keberhasilan kehamilan.

Terkini

UMKM Jateng Didampingi Ekspansi ke Pasar Dunia

Kamis, 10 Juli 2025 | 13:22:44 WIB

Harga Sembako Jatim Terkendali di Tengah Cuaca Buruk

Kamis, 10 Juli 2025 | 13:25:59 WIB

Perbankan Syariah BRK Ekspansi ke Karimun

Kamis, 10 Juli 2025 | 13:32:03 WIB

BRI Finance Dukung Transformasi Lewat BRIVolution

Kamis, 10 Juli 2025 | 13:43:05 WIB

IHSG Menguat, Saham Properti dan Baku Jadi Incaran

Kamis, 10 Juli 2025 | 13:48:59 WIB