Produksi Naik, Harga Minyak Tetap Menguat

Selasa, 08 Juli 2025 | 11:31:37 WIB
Produksi Naik, Harga Minyak Tetap Menguat

JAKARTA - Lonjakan produksi minyak dari negara-negara anggota OPEC+ biasanya menjadi sinyal negatif bagi harga pasar. Namun, kondisi tersebut tak berlaku pada perdagangan awal pekan ini. Meskipun produksi global mengalami peningkatan signifikan, harga minyak mentah tetap menunjukkan tren penguatan. Fenomena ini menyoroti dinamika pasar energi global yang semakin kompleks, di mana ketersediaan fisik dan sentimen pasar kini memainkan peran yang sama besar dengan volume pasokan.

Keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi hingga lebih dari setengah juta barel per hari pada Agustus 2025 ternyata tidak serta-merta menekan harga minyak dunia. Pasar justru menunjukkan respons sebaliknya, mengindikasikan adanya keketatan pasokan fisik yang belum sepenuhnya teratasi di sejumlah wilayah.

Respons Pasar Tak Sesuai Prediksi

Pada Sabtu lalu, OPEC+ resmi mengumumkan kenaikan produksi sebesar 548.000 barel per hari mulai Agustus, jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan kenaikan sebelumnya yang berkisar 411.000 barel per hari selama tiga bulan terakhir. Logikanya, peningkatan suplai seperti ini seharusnya menurunkan harga karena pasokan yang lebih melimpah. Namun yang terjadi justru sebaliknya.

Harga minyak Brent sempat menyentuh titik rendah USD 67,22 per barel di awal sesi, namun akhirnya menguat menjadi USD 69,58 per barel—naik sekitar 1,87 persen. Sementara itu, minyak mentah WTI (West Texas Intermediate) dari AS juga naik sebesar 93 sen atau 1,39 persen, setelah sempat merosot ke level intraday USD 65,40 per barel.

Menurut analis dari UBS, Giovanni Staunovo, keketatan pasar saat ini menjadi faktor utama yang menyerap tambahan pasokan secara efisien. “Kondisi pasar minyak saat ini masih ketat, sehingga tambahan pasokan dari OPEC+ masih dapat terserap dengan baik,” ujarnya.

Strategi Arab Saudi: Naikkan Harga, Perkuat Optimisme

Meski peningkatan produksi secara keseluruhan tercatat besar, kenyataannya sebagian besar tambahan pasokan masih terkonsentrasi pada Arab Saudi. Negara ini menjadi aktor utama dalam kebijakan penambahan produksi, sekaligus menunjukkan kepercayaan kuat terhadap prospek permintaan minyak dunia.

RBC Capital, melalui analis senior Helima Croft, mencatat bahwa langkah OPEC+ akan memulihkan hampir 80 persen dari pemangkasan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari yang sebelumnya dilakukan oleh delapan negara anggota. Namun demikian, realisasi di lapangan belum sepenuhnya setara dengan target, dan sebagian besar suplai tambahan sejauh ini masih berasal dari Arab Saudi.

Optimisme Arab Saudi tercermin pula dalam keputusan menaikkan harga jual minyak Arab Light ke Asia untuk pengiriman Agustus. Harga yang dipatok kini berada pada level tertinggi dalam empat bulan terakhir. Langkah ini dibaca pasar sebagai sinyal kepercayaan bahwa permintaan di kawasan Asia—yang merupakan konsumen utama—akan tetap kuat.

Waspadai Efek Kebijakan Tarif AS

Di tengah penguatan harga, pasar tetap dibayangi oleh faktor eksternal yang berpotensi menahan laju pertumbuhan. Salah satunya adalah ketidakpastian kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat. Meski sejumlah pejabat menyebutkan bahwa implementasi tarif akan ditunda, belum ada kepastian mengenai skema dan dampak akhirnya terhadap perekonomian global.

Menurut analis pasar dari Phillip Nova, Priyanka Sachdeva, kekhawatiran tentang kebijakan tarif menjadi topik sentral dalam paruh kedua tahun ini. “Satu-satunya penopang harga saat ini adalah pelemahan dolar AS, yang membuat harga minyak dalam denominasi dolar menjadi lebih terjangkau bagi pembeli asing,” katanya.

Kekhawatiran ini sahih mengingat peningkatan tarif bisa menekan pertumbuhan ekonomi global, yang pada akhirnya akan berdampak pada permintaan minyak. Oleh karena itu, investor terus memantau pernyataan resmi dari otoritas Amerika Serikat.

Keseimbangan Baru di Pasar Minyak Global

Kondisi pasar saat ini mencerminkan keseimbangan yang tidak lagi hanya ditentukan oleh volume suplai, tetapi juga oleh kesiapan distribusi, ketersediaan infrastruktur penyimpanan, dan sentimen global terhadap ketahanan energi. Meski OPEC+ menaikkan produksinya, hambatan fisik dan logistik tetap menyulitkan distribusi minyak secara merata ke seluruh penjuru dunia.

Selain itu, permintaan dari negara-negara berkembang tetap kuat, terutama dari sektor transportasi dan industri manufaktur. Hal ini menyebabkan pasar masih mampu menyerap tambahan produksi tanpa memicu kejatuhan harga.

Arah Kebijakan OPEC+ Masih Jadi Sorotan

Pasar kini menanti keputusan berikutnya dari rapat OPEC+ yang dijadwalkan awal Agustus 2025. Dalam pertemuan tersebut, diperkirakan akan diumumkan kenaikan produksi tambahan sebesar 550.000 barel per hari untuk bulan September. Goldman Sachs memperkirakan bahwa kebijakan ini akan diambil guna mengamankan pasokan di tengah permintaan global yang dinamis.

Namun, perlu dicatat bahwa pengambilan kebijakan OPEC+ selalu bergantung pada hasil evaluasi pasar terkini, termasuk proyeksi pertumbuhan ekonomi dan risiko geopolitik.

Dinamika Suplai-Permintaan Semakin Kompleks

Di tengah derasnya pasokan baru dari produsen utama, kekuatan harga minyak tetap terjaga berkat tingginya permintaan serta kondisi pasokan fisik yang masih terbatas di berbagai wilayah. Arab Saudi memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat posisinya, sementara pelaku pasar tetap mencermati setiap perubahan kebijakan dari Amerika Serikat dan OPEC+.

Dengan demikian, penguatan harga minyak dalam kondisi seperti ini menandakan dinamika pasar energi yang semakin kompleks dan sensitif terhadap faktor-faktor non-teknis seperti politik, distribusi global, serta respons fiskal dari negara konsumen utama. Pelaku usaha, investor, dan pemerintah perlu terus menyesuaikan strategi agar mampu menghadapi fluktuasi ini secara adaptif dan strategis.

Terkini

iPhone 13 Turun Harga Jadi Rp8 Jutaan per Juli 2025

Selasa, 08 Juli 2025 | 13:32:01 WIB

Galaxy S25 Plus FE Bakal Lebih Tipis dan Canggih

Selasa, 08 Juli 2025 | 13:35:04 WIB

Harga OPPO A60 Turun, Spek Tetap Gahar

Selasa, 08 Juli 2025 | 13:38:05 WIB

IWIP Cetak Talenta Muda untuk Industri Nikel

Selasa, 08 Juli 2025 | 13:45:04 WIB