Green Coke Pertamina Perkuat Industri Nasional

Senin, 07 Juli 2025 | 10:32:30 WIB
Green Coke Pertamina Perkuat Industri Nasional

JAKARTA – Green Coke, produk padat berwarna hitam yang dihasilkan dari proses pemanasan residu hidrokarbon di kilang, kini memainkan peran strategis dalam memperkuat industri nasional. Di balik bentuknya yang sederhana, Green Coke menjadi komoditas bernilai tinggi yang diproduksi oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), anak usaha Pertamina yang mengoperasikan kilang-kilang BBM di Indonesia.

Keberadaan Green Coke tak hanya menambah deretan produk turunan minyak bumi yang dihasilkan KPI, tetapi juga mendukung penuh agenda hilirisasi pemerintah. “Green Coke sebagai salah satu produk yang diproduksi KPI menjadi bagian penting dalam mendukung agenda hilirisasi nasional, membuka peluang investasi, serta memperkuat daya saing Indonesia di pasar regional dan global,” ujar Pejabat Sementara Corporate Secretary KPI, Muttaqin Showwabi.

Menurutnya, pemanfaatan residu yang sebelumnya tidak memiliki nilai menjadi produk bernilai tinggi seperti Green Coke menjadi salah satu wujud inovasi hilirisasi yang secara langsung dapat meningkatkan efisiensi kilang dan mendatangkan pendapatan tambahan bagi negara. Apalagi, kebutuhan Green Coke di industri nasional terus meningkat, sejalan dengan pertumbuhan industri berbasis logam, semen, hingga energi terbarukan seperti baterai mobil listrik.

Kilang Dumai saat ini tercatat sebagai satu-satunya kilang di bawah KPI yang memproduksi Green Coke dalam skala komersial. Peningkatan kebutuhan industri mendorong KPI untuk menambah kapasitas produksinya. Data KPI menunjukkan, pada tahun 2024, total produksi Green Coke dari Kilang Dumai mencapai 244,4 ribu ton. Sementara sepanjang Januari hingga Maret 2025 saja, produksi sudah menembus 49,6 ribu ton.

“Kami terus meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan industri, sekaligus mendorong perputaran ekonomi agar lebih memberikan manfaat bagi banyak pihak,” kata Muttaqin menegaskan komitmen KPI.

Green Coke yang dihasilkan dari unit Delayed Coker ini digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan Calcined Coke. Calcined Coke kemudian menjadi komponen penting dalam industri alumunium, berfungsi sebagai agen pengurai dalam proses elektrolisis pembuatan aluminium. Selain itu, Green Coke juga memiliki kegunaan luas pada berbagai sektor, mulai dari reduktor pada peleburan timah, penambah kadar karbon di industri logam, hingga bahan bakar pada pabrik semen dan pembangkit listrik.

Menariknya, dalam beberapa tahun terakhir, Green Coke kian diminati sebagai bahan baku pembuatan Anoda Grafit Artifisial, salah satu komponen baterai kendaraan listrik. Hal ini membuka peluang baru bagi pengembangan industri hilir yang mendukung transisi menuju energi bersih, sesuai arahan pemerintah dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik nasional.

Lebih jauh, Muttaqin menekankan bahwa Green Coke yang diproduksi Kilang Dumai hadir dengan spesifikasi yang lebih unggul dibandingkan produk sejenis. Green Coke ini memiliki kandungan sulfur rendah sebesar 0,5% (Low Sulphur) dan kandungan abu (Ash Content) hanya 0,1%. Kualitas tersebut memberikan nilai tambah karena emisi gas rumah kaca yang dihasilkan saat Green Coke dibakar jauh lebih rendah dibanding bahan bakar padat lain yang memiliki kandungan sulfur lebih tinggi.

“Dengan kandungan sulfur yang lebih rendah berkontribusi pada kualitas udara yang lebih baik dan dampak lingkungan yang lebih rendah,” jelas Muttaqin, menyoroti keunggulan Green Coke Kilang Dumai.

Selain ramah lingkungan, Green Coke juga memiliki nilai kalor yang tinggi, yakni di kisaran 7500 hingga 8500 kalori per kilogram. Nilai kalor yang tinggi ini membuat Green Coke sangat efisien digunakan sebagai bahan bakar alternatif pada sektor industri, menggantikan batubara dengan emisi yang lebih besar.

Sebagai informasi, produksi Green Coke di Kilang Dumai terintegrasi dengan proses kilang yang memproduksi Bahan Bakar Minyak (BBM) utama untuk konsumsi nasional. Dengan inovasi ini, KPI mampu memaksimalkan nilai setiap tetes minyak yang diolah, mulai dari BBM hingga produk bernilai tambah seperti Green Coke.

Ke depan, Pertamina melalui KPI berencana memperluas produksi Green Coke di kilang lainnya agar pasokan untuk kebutuhan industri dalam negeri dapat lebih terjamin, sekaligus mengurangi ketergantungan impor bahan baku serupa. Hal ini juga sejalan dengan target pemerintah dalam mengoptimalkan sumber daya dalam negeri untuk mendukung ketahanan industri nasional.

Sementara itu, bagi industri dalam negeri yang memanfaatkan Green Coke sebagai bahan baku, hadirnya produk Green Coke berkualitas tinggi dari Kilang Dumai menjadi angin segar yang dapat mendukung efisiensi biaya produksi. Selain lebih kompetitif dari sisi harga, pasokan yang stabil dari dalam negeri mengurangi risiko fluktuasi pasokan global.

Muttaqin menambahkan, keberhasilan KPI memproduksi Green Coke berkualitas menunjukkan kapasitas kilang nasional yang mampu bersaing di pasar internasional. Di sisi lain, ini juga menjadi bentuk dukungan nyata KPI terhadap transformasi industri Indonesia menuju industri yang lebih ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan.

“Green Coke bukan hanya produk turunan minyak, melainkan juga simbol kemampuan kita dalam menciptakan nilai tambah dari industri pengolahan minyak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih berkelanjutan,” pungkas Muttaqin.

Terkini

Keberuntungan Menanti Tiga Shio Ini

Senin, 07 Juli 2025 | 14:40:36 WIB

Megawati Ukir Sejarah di Liga Voli Turki

Senin, 07 Juli 2025 | 14:46:47 WIB

Pinjol OJK: Cara Kenali yang Resmi

Senin, 07 Juli 2025 | 14:49:42 WIB

Wuling Air EV: Pajak Ringan Mobil Listrik 2024

Senin, 07 Juli 2025 | 14:52:55 WIB