Bursa Asia Melemah, Ketidakpastian Tarif Bayangi Pasar

Senin, 07 Juli 2025 | 09:26:31 WIB
Bursa Asia Melemah, Ketidakpastian Tarif Bayangi Pasar

JAKARTA - Ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan Amerika Serikat kembali mengguncang pasar Asia. Mayoritas bursa saham di kawasan Asia-Pasifik dibuka melemah pada Senin, 7 Juli 2025, setelah pernyataan terbaru Presiden AS Donald Trump dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengenai penerapan tarif impor.

Pelemahan ini terjadi menyusul pengumuman bahwa tarif yang telah direncanakan sejak April akan mulai diberlakukan pada 1 Agustus, kecuali negara-negara mitra dagang berhasil mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Trump sebelum tenggat tersebut. Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran pasar akan eskalasi ketegangan dagang yang lebih luas, yang pada akhirnya berpotensi menekan laju pertumbuhan ekonomi global, termasuk di kawasan Asia.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan pada Minggu, 6 Juli 2025 bahwa kebijakan tarif yang diumumkan sejak April akan ditegakkan pada awal Agustus. “Negara-negara yang belum menyelesaikan kesepakatan dengan pemerintahan Trump harus bersiap menghadapi tarif mulai 1 Agustus,” tegas Bessent dalam konferensi pers. Pernyataan ini menambah tekanan pada mitra dagang AS untuk segera menuntaskan perundingan dalam waktu yang semakin sempit.

Meskipun Bessent berusaha meredam ketakutan pasar dengan menyatakan bahwa 1 Agustus bukanlah “tenggat mati”, pasar tetap mencermati pernyataan itu sebagai bentuk ancaman yang dapat memengaruhi aliran perdagangan global. “Tanggal tersebut memberi waktu tambahan bagi negara-negara yang masih ingin menyelesaikan pembahasan tarif dengan kami,” kata Bessent, seperti dikutip Bloomberg.

Indeks Utama Asia Terkoreksi

Tekanan sentimen negatif dari pernyataan tersebut langsung tercermin di bursa Asia. Indeks Nikkei 225 di Jepang terpantau melemah 0,26% pada pembukaan perdagangan, sementara Topix juga terkoreksi 0,18%. Kondisi serupa terjadi di Korea Selatan, di mana indeks Kospi turun 0,48% dan Kosdaq merosot 0,5%.

Di Hong Kong, kontrak berjangka indeks Hang Seng berada di level 23.899, lebih rendah dibandingkan penutupan sebelumnya di 23.916,06. Pelemahan ini menunjukkan investor masih mencermati risiko kebijakan dagang AS terhadap prospek ekspor negara-negara Asia.

Sementara itu, indeks acuan Australia, S&P/ASX 200, dibuka nyaris stagnan dengan kecenderungan melemah tipis. Ketidakpastian terkait kebijakan tarif global membuat pelaku pasar di Australia cenderung bersikap wait and see, sambil menunggu kejelasan hasil pertemuan bank sentral.

RBA Dijadwalkan Rapat, Pasar Tunggu Keputusan Suku Bunga

Selain sentimen tarif, pelaku pasar di Asia juga menyoroti pertemuan Reserve Bank of Australia (RBA) yang dimulai Senin ini. Rapat yang dijadwalkan selama dua hari tersebut diperkirakan akan menghasilkan keputusan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, sehingga suku bunga resmi RBA akan turun ke 3,60%. Langkah ini dinilai sebagai upaya otoritas moneter Australia dalam meredam tekanan inflasi yang masih tinggi, sekaligus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Kontras dengan Wall Street yang Menguat

Menariknya, pelemahan mayoritas indeks Asia ini terjadi di saat bursa saham Amerika Serikat justru menutup perdagangan pekan lalu dengan kinerja positif. Pada Jumat, 4 Juli 2025, ketiga indeks utama Wall Street kompak menguat, mencerminkan optimisme investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi AS.

Indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average bahkan mencetak rekor tertinggi baru sepanjang sejarah. Penguatan ini didorong sentimen positif dari laporan kinerja keuangan kuartal III sejumlah bank besar, yang menunjukkan solidnya fundamental sektor perbankan di AS. Sementara itu, Nasdaq Composite menambahkan 0,33% ke level 18.342,94 dan kini hanya terpaut kurang dari 2% dari rekor tertingginya.

Kinerja positif di Wall Street seolah menjadi anomali di tengah meningkatnya risiko ketegangan dagang global. Namun, para analis menilai penguatan ini lebih disebabkan oleh faktor domestik AS, terutama ekspektasi investor terhadap stimulus fiskal lanjutan dan kebijakan suku bunga The Fed yang tetap akomodatif.

Kekhawatiran Pasar Tetap Tinggi

Kendati Wall Street mampu menguat, sentimen global yang dibayangi ketidakpastian tarif AS menjadi momok bagi investor Asia. Analis Mirae Asset Sekuritas menyebutkan bahwa dinamika negosiasi tarif antara AS dan mitra dagang utama, termasuk Tiongkok dan Uni Eropa, akan menjadi katalis utama pergerakan bursa dalam beberapa pekan ke depan.

“Jika kesepakatan tarif tidak tercapai sebelum 1 Agustus, ketegangan dagang bisa meningkat signifikan dan menekan pasar global, termasuk di Asia,” tulis Mirae Asset dalam laporan pagi ini. Mereka juga mengingatkan bahwa volatilitas tinggi bisa terjadi, terutama pada saham-saham sektor ekspor dan teknologi yang sangat sensitif terhadap kebijakan perdagangan.

Pelemahan mayoritas bursa saham Asia pada Senin, 7 Juli 2025 menjadi sinyal bahwa ketidakpastian kebijakan tarif AS masih mendominasi sentimen pasar. Pernyataan terbaru pemerintah AS yang menegaskan rencana penerapan tarif mulai 1 Agustus menjadi tantangan berat bagi negara-negara mitra dagang. Di saat pasar Asia terkoreksi, investor akan mencermati perkembangan negosiasi dagang dalam beberapa pekan ke depan, sembari menunggu keputusan penting bank sentral Australia yang dapat memengaruhi aliran dana di kawasan Asia-Pasifik.

Terkini

Keberuntungan Menanti Tiga Shio Ini

Senin, 07 Juli 2025 | 14:40:36 WIB

Megawati Ukir Sejarah di Liga Voli Turki

Senin, 07 Juli 2025 | 14:46:47 WIB

Pinjol OJK: Cara Kenali yang Resmi

Senin, 07 Juli 2025 | 14:49:42 WIB

Wuling Air EV: Pajak Ringan Mobil Listrik 2024

Senin, 07 Juli 2025 | 14:52:55 WIB