Sri Mulyani Andalkan Danantara untuk Dongkrak Investasi 2025

Jumat, 04 Juli 2025 | 11:27:03 WIB
Sri Mulyani Andalkan Danantara untuk Dongkrak Investasi 2025

JAKARTA - Upaya pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi nasional kembali menjadi sorotan setelah realisasi pertumbuhan pada Kuartal I 2025 hanya mampu mencapai 4,87 persen. Angka ini masih di bawah target optimistis pemerintah yang menginginkan ekonomi tumbuh 5,2 persen pada tahun ini. Kini, pemerintah mengandalkan investasi sebagai motor penggerak utama, dengan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara dijadikan senjata untuk menggaet modal swasta.

Dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa investasi memegang peranan vital dalam perekonomian Indonesia. Ia mengungkapkan, kontribusi investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai sekitar 28 persen. Namun, realisasi pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebagai indikator investasi, hanya tumbuh 2,1 persen di Kuartal I. Angka ini jauh dari ideal untuk mengejar target pertumbuhan 5 persen.

"Yang mungkin perlu kita waspadai pertama adalah PMTB atau investasi di Kuartal I. Itu termasuk sangat lemah dibandingkan kalau kita ingin (ekonomi) tumbuh 5 persen, biasanya investasi juga harus tumbuhnya sekitar 5 persen," ujar Sri Mulyani.

Menurutnya, kondisi ketidakpastian global membuat banyak investor masih menerapkan sikap wait and see. Hal ini berdampak langsung pada penyerapan investasi di dalam negeri, padahal investasi merupakan salah satu komponen penting yang bisa mendorong percepatan ekonomi nasional.

Sri Mulyani memaparkan, upaya untuk mempercepat laju investasi bisa ditempuh dengan dua jalur: deregulasi atau penyederhanaan regulasi dan pemberian insentif fiskal pada sektor-sektor strategis. Namun, ia menekankan bahwa BPI Danantara berperan sangat penting sebagai katalisator investasi di Indonesia.

"Peranan Danantara akan sangat menentukan apakah investasi kita meningkat. Kalau investasi Danantara mampu menarik private, maka Danantara bisa menjadi katalis," kata Sri Mulyani.

Danantara, yang merupakan lembaga pengelola investasi milik negara, diharapkan bisa menarik minat investor swasta dengan proyek-proyek strategis yang memiliki prospek cerah. Namun, Sri Mulyani mengingatkan agar Danantara tidak mendominasi pasar secara berlebihan. Ia khawatir, dominasi Danantara justru menimbulkan efek crowding out yang membuat pelaku swasta enggan masuk karena merasa kalah bersaing dengan negara.

"Kalau Danantara terlalu dominan, kita harus hati-hati, karena akan menimbulkan crowding out," ujarnya memperingatkan.

Selain mengandalkan investasi, pemerintah juga menaruh harapan besar pada konsumsi rumah tangga sebagai penopang pertumbuhan. Data menunjukkan konsumsi rumah tangga berkontribusi lebih besar ketimbang investasi, yakni sekitar 55 persen terhadap PDB nasional.

Sayangnya, tren konsumsi rumah tangga pada Kuartal I 2025 juga menunjukkan perlambatan. Realisasi hanya tumbuh 4,89 persen, lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 4,98 persen, bahkan di bawah Kuartal I 2024 yang tumbuh 4,91 persen.

Menurut Sri Mulyani, menurunnya konsumsi rumah tangga ini salah satunya dipicu oleh minimnya belanja pemerintah pada awal tahun akibat kebijakan efisiensi anggaran, serta tidak adanya momen Pemilu seperti yang terjadi di Kuartal I tahun lalu. Padahal, belanja pemerintah selama masa Pemilu biasanya ikut menggairahkan konsumsi masyarakat.

"Agar bisa mencapai target 2025, maka konsumsi rumah tangga harus bisa dijaga tumbuh 5 persen," tegasnya.

Ia menambahkan, pemerintah akan terus mengoptimalkan kebijakan fiskal untuk menjaga stabilitas ekonomi. Langkah ini juga disertai dengan upaya pengendalian inflasi agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Menurut Sri Mulyani, menjaga daya beli sangat penting karena konsumsi rumah tangga merupakan mesin utama perputaran ekonomi di dalam negeri.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Keuangan juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2025 hanya akan berada di kisaran 4,7-5 persen, menyesuaikan dengan hasil realisasi pertumbuhan di Kuartal I.

Selain itu, Sri Mulyani mengungkapkan Danantara harus mampu bekerja sama dengan mitra strategis agar aliran investasi yang masuk ke Indonesia semakin besar. Dengan begitu, potensi pertumbuhan yang lebih tinggi dapat tercapai meski di tengah tantangan global.

"Kalau kita lihat dari PMTB yang hanya tumbuh 2,1 persen di Kuartal I, memang butuh langkah akselerasi yang lebih agresif. Kita harap Danantara mampu membawa investasi berkualitas yang juga bisa menarik investor lain untuk masuk," jelas Sri Mulyani.

Di sisi lain, konsumsi rumah tangga yang lemah juga menjadi perhatian serius pemerintah. Oleh karena itu, selain menjaga stabilitas harga bahan pokok, belanja pemerintah yang efektif dan tepat sasaran menjadi kunci agar konsumsi bisa kembali tumbuh mendekati 5 persen.

Upaya menjaga daya beli masyarakat ini dinilai akan membantu memacu pertumbuhan sektor riil, yang pada gilirannya mendukung target pemerintah untuk membawa ekonomi tumbuh di atas 5 persen.

Melalui kebijakan fiskal yang terukur, optimalisasi peran Danantara, dan pengendalian inflasi, pemerintah berharap perekonomian Indonesia tetap tangguh dan mampu tumbuh sesuai target meski menghadapi tekanan global.

Terkini