JAKARTA - Samsung Electronics kembali menjadi sorotan setelah muncul laporan terbaru yang mengungkapkan bahwa raksasa teknologi asal Korea Selatan tersebut tengah melakukan pengujian internal terhadap teknologi baterai baru untuk lini ponsel Galaxy masa depan. Langkah ini dipandang sebagai upaya serius Samsung untuk meningkatkan daya tahan baterai smartphone mereka, sekaligus menjaga aspek keamanan yang menjadi prioritas utama perusahaan.
Informasi ini pertama kali diungkapkan oleh akun pembocor teknologi terpercaya @PandaFlashPro melalui platform X (sebelumnya Twitter). Dalam bocoran tersebut disebutkan bahwa Samsung sedang menguji teknologi baterai silicon-carbon (silikon-karbon), teknologi yang menawarkan kapasitas lebih besar dengan ukuran lebih ringkas dibandingkan baterai lithium-ion konvensional.
"Samsung sedang menguji beberapa solusi baterai silicon-carbon yang dirancang untuk meningkatkan ketahanan dan kepadatan energi baterai smartphone," ungkap akun @PandaFlash
Langkah Samsung ini terbilang cukup menarik, mengingat selama ini perusahaan lebih dikenal sebagai pionir dalam inovasi layar dan kamera dibandingkan terobosan di sektor baterai. Kompetitor seperti Oppo, Vivo, Honor, dan Xiaomi justru sudah terlebih dahulu memperkenalkan teknologi serupa di beberapa model flagship mereka. Namun, Samsung memilih untuk bersikap lebih konservatif dalam hal baterai, terutama dengan memprioritaskan aspek keamanan.
Kenapa Samsung Memilih Jalur Konservatif?
Keputusan Samsung untuk lebih berhati-hati dalam mengadopsi teknologi baterai baru bukan tanpa alasan. Perusahaan masih sangat berhati-hati pasca insiden yang terjadi pada Galaxy Note 7 beberapa tahun silam, di mana kasus baterai meledak menyebabkan Samsung harus menarik jutaan unit dari pasaran secara global. Insiden besar itu membekas dalam sejarah perusahaan dan menjadi pelajaran penting mengenai pentingnya aspek keamanan dalam inovasi teknologi baterai.
“Material silikon pada baterai memang menjanjikan karena dapat meningkatkan kapasitas energi secara signifikan dalam dimensi yang lebih ramping. Tetapi, penggunaan silikon murni juga membawa risiko mengembang saat pengisian daya, yang dapat mempercepat degradasi dan meningkatkan risiko keamanan,” ungkap laporan tersebut.
Oleh karena itu, pendekatan Samsung jauh lebih konservatif dibandingkan para pesaingnya. Mereka tidak terburu-buru menghadirkan teknologi ini ke pasar sebelum benar-benar yakin dengan performa jangka panjangnya.
Selain teknologi silicon-carbon, bocoran juga menyebutkan bahwa Samsung turut melakukan riset dan pengembangan pada baterai solid-state, yang digadang-gadang sebagai masa depan teknologi baterai dengan kombinasi ideal antara performa, efisiensi, dan keamanan. Meski teknologi tersebut belum siap untuk produksi massal, langkah penelitian intensif ini memperlihatkan komitmen Samsung untuk terus berinovasi.
Fokus Pada Galaxy S25 Edge dan Generasi Selanjutnya
Berdasarkan laporan bocoran terbaru, untuk saat ini Samsung tetap menggunakan baterai Li-ion konvensional berkapasitas 3.900mAh pada perangkat flagship mendatang, termasuk Galaxy S25 Edge. Perangkat ini diprediksi akan meluncur dalam beberapa bulan ke depan, dengan membawa desain lebih ramping untuk meningkatkan kenyamanan genggaman pengguna.
Namun, penggunaan baterai lithium-ion standar ini kemungkinan hanya menjadi solusi sementara. Apabila pengujian teknologi silicon-carbon berjalan lancar dan memenuhi standar keamanan yang ketat, maka besar kemungkinan generasi smartphone Samsung selanjutnya akan mulai mengadopsi baterai berteknologi baru tersebut.
Meski Samsung tampaknya lebih fokus pada pengembangan baterai dan keamanan internal perangkat, laporan juga menyebutkan bahwa perusahaan tidak akan melakukan peningkatan signifikan pada sektor kamera untuk lini Galaxy S dalam waktu dekat. “Samsung tidak akan menghadirkan peningkatan kamera besar untuk lini Galaxy S hingga setidaknya Galaxy S28,” tulis laporan dari sumber yang sama.
Sebagai catatan, Samsung sebelumnya sudah menghadirkan inovasi teknologi kamera ALOP (Active Lens Optical Performance) pada 2024. Namun hingga kini, beberapa perangkat flagship Samsung seperti Galaxy S25 Edge dan Z Fold7 masih menampilkan tonjolan kamera yang cukup mencolok, serta menghadapi tantangan ergonomis dalam desainnya.
Keamanan Jadi Prioritas Utama Samsung
Samsung menyadari bahwa daya tahan baterai memang menjadi salah satu faktor utama yang dipertimbangkan pengguna ketika membeli smartphone baru. Namun, berdasarkan pengalaman masa lalu, keamanan menjadi faktor yang tidak bisa dikompromikan. Oleh karena itu, Samsung memilih untuk melakukan uji coba teknologi baru secara diam-diam sebelum menyematkannya ke produk konsumen secara massal.
Langkah berhati-hati Samsung dalam inovasi baterai ini pun diapresiasi oleh para pengamat teknologi. Dengan reputasi sebagai salah satu produsen smartphone terbesar di dunia, langkah gegabah justru bisa berpotensi merusak kepercayaan pasar. Samsung lebih memilih bermain aman demi memberikan pengalaman terbaik dan aman bagi para penggunanya.
“Langkah Samsung untuk menguji teknologi baterai baru secara internal menunjukkan keseriusan mereka dalam menghadirkan peningkatan nyata pada masa depan, tanpa mengorbankan keselamatan pengguna,” tulis laporan tersebut.
Jika teknologi silicon-carbon berhasil dikembangkan dengan aman, Samsung berpotensi menciptakan standar baru dalam dunia smartphone premium. Bayangkan saja smartphone flagship tipis, ringan, namun memiliki daya tahan baterai jauh lebih lama dibandingkan generasi saat ini—itu akan menjadi terobosan besar.
Masa Depan Smartphone Galaxy
Dengan persaingan ketat dari produsen lain seperti Apple, Xiaomi, dan Google, langkah Samsung untuk berinvestasi pada teknologi baterai adalah keputusan strategis jangka panjang. Dunia smartphone kini bergerak ke arah perangkat serba ramping, ringan, dengan performa maksimal, sehingga peningkatan daya tahan baterai menjadi salah satu prioritas inovasi industri.
Samsung masih belum memberikan konfirmasi resmi terkait pengujian teknologi silicon-carbon ini. Namun, indikasi kuat dari berbagai bocoran menunjukkan bahwa perubahan besar akan terjadi dalam beberapa generasi Galaxy mendatang.
Samsung tampaknya memahami bahwa konsumen kini lebih kritis dalam memilih smartphone. Tidak hanya melihat performa chipset atau resolusi kamera, tetapi juga memperhatikan daya tahan baterai, ergonomi, dan fitur keamanan perangkat.
Dengan pengembangan teknologi baterai silicon-carbon serta riset lanjutan pada baterai solid-state, Samsung mengisyaratkan kesiapan mereka untuk menghadirkan inovasi nyata di masa depan. “Butuh waktu, namun jika berhasil, langkah ini bisa menjadi terobosan penting bagi masa depan smartphone Galaxy,” demikian laporan tersebut menegaskan.